SURABAYA - Tahun ini Jatim nyaris kekurangan tenaga pendidik. Sebab, ada 3.387 guru yang bakal pensiun. Namun, kekosongan tersebut bisa segera terisi karena tingginya minat menjadi guru.
Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dikbud Jatim Gatot Gunarso mengatakan, sejatinya angka pensiun 3.387 guru di Jatim itu tidak begitu tinggi. "Jika dibagi dengan jumlah kabupaten/kota di Jatim, angka guru yang pensiun tersebut tidak begitu tinggi," jelasnya.
Hanya, jumlah guru yang pensiun tidak sama di berbagai daerah. Ada kabupaten/kota yang jumlah gurunya mencukupi. Tetapi, rata-rata kekurangan tenaga pendidik. Jika angka guru yang masa kerjanya berakhir itu konstan terjadi tiap tahun dan tidak diimbangi dengan suplai tenaga pendidik baru, Jatim bisa mengalami defisit.
Untung, kata Gatot, animo masyarakat untuk menjadi guru kini jauh lebih tinggi ketimbang beberapa tahun lalu. Di beberapa LPTK seperti Unesa dan Universitas Negeri Malang (UM), jumlah peminat jurusan pendidikan guru SD (PGSD) semakin banyak. Tingginya animo masyarakat menjadi pendidik itu diduga disebabkan adanya tunjangan profesi guru (TPG). "Ternyata faktor kesejahteraan sangat memengaruhi animo masyarakat untuk menjadi guru," ungkapnya.
Pada 10-15 tahun lalu, minat menjadi guru boleh dibilang sangat kecil. Profesi guru tidak menarik minat orang lantaran gajinya yang kecil. Kini keberadaan TPG-PGSD di beberapa LPTK diserbu masyarakat. Padahal, menurut Gatot, menjadi guru sejatinya panggilan hati. Bukan sekadar keinginan dan tergoda untuk mendapat penghasilan besar dan tetap. Sebab, tidak mudah mengajar siswa. Dibutuhkan skill khusus dan kesabaran. "Kalau tidak suka mengajar dan tak terbiasa bertatap muka dengan murid, seseorang bisa frustrasi," ungkapnya.
Karena itu, tiap kabupaten/kota juga harus selektif menyiapkan regenerasi para guru yang akan pensiun. Kompetensi yang menggantikan mereka harus berkualitas. Misalnya, kompetensi guru SD dan TK diupayakan lulusan PGSD dan PGTK. Guru bidang studi minimal harus S-1 dari perguruan tinggi.
Apalagi saat ini terbuka kans besar bagi sarjana non kependidikan untuk menjadi guru. Mereka bisa melamar menjadi guru melalui program pendidikan profesi guru (PPG). Disiplin ilmu murni juga diperlukan untuk mengisi posisi kekosongan guru. "Kadang ilmu murni sangat dibutuhkan untuk posisi guru. Misalnya, guru BP akan pas jika background-nya dari psikolog," jelas alumnus program pascasarjana dari Ubaya itu.
Demikian pula guru-guru SMK bisa diisi lulusan dari fakultas teknik. Dengan begitu, para guru yang direkrut diharapkan lebih banyak menerapkan praktik. (kit/mas/ai)
BACA JUGA: SBY Beri Semangat Siswa SMA Peserta UN
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang UN, Gelar Istighosah dan Maaf-maafan
Redaktur : Tim Redaksi