Belakangan ini semakin banyak wanita-wanita berusia di usia lanjut yang terpaksa tinggal tanpa rumah. Sejumlah kelompok advokasi mengatakan pemotongan dana oleh pemerintah Federal Australia bagi para tunawisma memperparah keadaan.
Para wanita berusia lanjut yang menjadi tunawisma terus meningkat. Tabungan pensiun yang tidak cukup, perceraian, hingga kekerasan dalam rumah tangga menjadi beberapa masalah yang berkaitan dengan ketidakmampuan untuk memiliki rumah.
BACA JUGA: Kisah Wanita Australia Berlibur ke Tempat yang Sama Selama 70 Tahun
Beberapa kelompok advokasi mengatakan pemotongan dana oleh pemerintah federal bagi para tunawisma hanya akan membuat masalah semakin buruk.
"Saya selalu merasa kalau harus merawat diri sendiri. Ini adalah benar-benar hal yang buruk," ujar Annie, yang kini berusia 61 tahun.
BACA JUGA: Pencari Suaka Yang Mogok Makan di Darwin Dibawa ke RS Karena Infeksi
Annie pernah bekerja selama bertahun-tahun di sektor pelayan publik, hingga ia menderita lupus dan terpaksa bekerja paruh waktu.
Setelah ditinggal suaminya, ia mencoba mengasah kemampuan lainnya, salah satunya dengan mendapatkan sertifikat di bidang pelayanan kesehatan mental. Tapi ia tidak berhasil mendapatkan pekerjaan yang digaji.
BACA JUGA: Lima Mahasiswa UGM Arungi Sungai di Selandia Baru
Menurut Samiro Douglas dari yayasan yang mengurusi masalah perempuan di Victoria , masalah tunawisma kini bisa terjadi pada siapa pun.
"Persepsi mereka adalah bahwa para tunawisma hanya akan terjadi pada kelompok tertentu saja, padahal bisa terjadi pada siapapun diantara kita," ujar Douglas.
"Ini tidak saja terjadi bagi para wanita yang bekerja dengan upah rndah, tetapi mereka yang pernah menjalin bisnis dengan pasangan mereka, kemudian bangkrut yang berakhir pada perceraian dan tidak mendapat sokongan," ujar Judy Line, dari organisasi yang menyediakan rumah-rumah terjangkau bagi perempuan tidak mampu.
Salah satu akomodasi yang bisa dipilih oleh para wanita di Victoria, misalnya adalah pemukiman di Victoria tenggara. Ada 49 unit rumah yang terjangkau, dan kebanyakan diisi oleh para perempuan berusia lanjut.
Salah satu yang tinggal disini adalah Irene Bor, wanita berusia 73 tahun.
Setelah bisnisnya ditutup dan bercerai dengan suaminya, Irene mengatakan tidak punya pilihan untuk menyewa rumah.
Di tempat ini ia membayar hampir 75 persen lebih murah dari harga sewa normal dan tidak melebihi 30 persen dari pendapatannya.
Bagi Irene, bisa tinggal di rumahnya sekarang sudah menjadi berkah.
"Saya tinggal di surga dan saya sangat bahagia," ujar Irene.
Tahun lalu, pemerintah federal Australia memotong dana untuk para tunawisma, dan konseling perumahan dan keuangan.
Scara nasional, ada kekurangan hingga 500 ribu rumah yang bisa dijangkau oleh mereka yang berupah rendah untuk menyewa atau membeli.
Laporan dari Dewan Pelayanan Sosial Australia terbaru menyatakan wanita bisa lebih miskin dari pada pria.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bahasa Inggris Pekan ini: Beda Fill In and Fill Out