jpnn.com - PURWOKERTO - Aktivitas Gunung Slamet yang terus menunjukan peningkatan terus diantisipasi Pemkab Banyumas. Termasuk untuk mengamankan sejumlah objek wisata seperti Pancuran 3 dan Pancuran 7 yang diharapkan ditutup.
Hal tersebut berdasarkan rapat koordinasi antisipasi bencana erupsi Gunung Slamet Rabu (12/3) kemarin.
BACA JUGA: Rakor Gunung Slamet, Sejumlah Pejabat Absen
Asekbangkesra Setda Banyumas, Didi Rudwianto menegaskan, penutupan Pancuran 3 dan Pancuran 7 untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pasalnya akan sangat sulit melakukan evakuasi jika terjadi hal-hal buruk terkait aktivitas Gunung Slamet.
"Medannya cukup sulit untuk evakuasi, maka disarankan untuk Pancuran 7 dan Pancuran 3 untuk ditutup sementara waktu," katanya.
BACA JUGA: Slamet Semburkan Asap Hitam, Warga Masih Santai
Selain itu, masyarakat juga dilarang untuk melakukan aktivitas di radius dua kilometer dari Gunung Slamet, seperti mencari kayu bakar. Pasalnya, hingga Selasa (11/3) malam kemarin setidaknya terjadi 120 kali gempa di puncak Gunung Slamet. "Bahkan asap tebal juga beberapa kali menyembul keluar. Itu cukup membahayakan," katanya.
Sementara itu, Kepala ESDM Banyumas, Anton mengatakan sejauh ini kondisi air di lereng Gunung Slamet belum menunjukan tanda-tanda terjadinya erupsi.
BACA JUGA: Rahudman dan Abdillah Resmi Tersangka
Namun demikian pihaknya berharap warga bisa bekerja sama jika menemukan kejanggalan terhadap air, terutama air sungai. "Kalau ada perubahan warna, bau, atau suhu air, untuk segera dilaporkan ke posko terdekat," katanya.
Sementara itu, terkait pengamanan warga, tim akan fokus untuk tujuh desa di tiga kecamatan. Sebelumnya, 35 desa di Banyumas dinilai rawan terkena dampak erupsi Gunung Slamet, namun melalui kajian yang dilakukan tim, jumlah tersebut dikerucutkan menjadi hanya tujuh desa saja yang akan diprioritaskan terlebih dahulu. Pasalnya, letak geografis ketujuh desa tersebut masuk dalam radius 10 km dari puncak Gunung Slamet.
Asekbangkesra Setda Banyumas, Didi Rudwianto mengatakan melalui rapat koordinasi antisipasi penanggulangan tersebut, nantinya akan ditetapkan sejumlah titik kumpul di wilayah desa masing-masing, saat terjadi hal-hal buruk yang mungkin terjadi.
"Ini dilakukan untuk melakukan efisiensi penanggulangan bencana, sehingga difokuskan pada wilayah-wilayah yang berdampak langsung seperti semburan lava pijar, awan panas, serta pekat debu vulkanik di radius 10 km," katanya.
Sebelumnya, lanjut Didi, dampak erupsi Gunung Slamet kemungkinan menjangkau 35 desa di enam kecamatan di Banyumas, hanya saja untuk saat ini persiapan dilakukan terlebih dahulu terhadap tujuh desa yang paling dekat dengan puncak Gunung Slamet.
Terkait penentuan titik kumpul, Didi menjelaskan kendala ada pada peta wilayah. Oleh karena itu, tim kecamatan yang terdiri dari Camat, Danramil, dan Kapolsek diharapkan dapat segera melakukan survei wilayah sekaligus jumlah penduduk yang ada.
"Penambahan titik kumpul nanti bisa dilakukan sesuai kebutuhan. Namun poin pentingnya harus bisa dimasuki kendaraan untuk proses evakuasi ke titik aman di luar radius," jelasnya.
Sementara itu, Kasubag Dal Ops Polres Banyumas, Isfa Indarto mengatakan penentuan titik kumpul sudah ditetapkan sesuai kesepakatan. Ada beberapa titik kumpul di masing-masing desa antara lain SDN 1 Limpakuwus, balai desa dan SDN 1 Gandatapa, lapangan mini Ketenger, balai desa dan SDN 1 Karangmangu, lapangan dan SDN 1 Karangsalam, SDN 1 dan SDN 2 Kemutug Lor, serta lapangan Desa Melung.
"Sedangkan Pos Aju untuk memantau aktivitas Gunung Slamet dikonsentrasikan di tiga titik, yaitu di balai desa Limpakuwus, Lokawisata Baturraden, dan Kalikesur di Kecamatan Kedungbanteng," katanya.
Selain itu, dari rakor kemarin setidaknya ditetapkan ada 13 pleton yang siap diterjunkan ke lokasi-lokasi guna membantu melakukan sosialisasi dan pembuatan jalur evakuasi. Sejumlah pleton tersebut berasal dari Pemda Banyumas, TNI/Polri, relawan, Rapi, Ubaloka, hingga PMI. Sedangkan sarana transportasi, setidaknya ada 30 kendaraan yang siap diterjunkan, khususnya untuk membantu proses evakuasi nantinya.
Tidak hanya Banyumas, Pemkab Purbalingga juga sudah menyiapkan posko pengungsian dan jalur evakuasi, jika terjadi peningkatan status. "Jalur evakuasi dan posko-posko kesehatan sudah dipersiapkan oleh TNI dan tim SAR," kata Sekda Purbalingga Imam Subijakto.
Pemkab, menurutnya akan terus memantau aktifitas gunung Slamet melalui Pusat Vulaknologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) serta mengkoordinasikan segala kegiatan, yang berkaitan dengan peningkatan aktifitas tersebut. Selain itu juga menginvetarisir logistik dari BPBD, TNI, Polri, SAR dan kesiapan warga masyarakat.
Komandan Kodim (Dandim) 0702 Purbalingga Agustinus Sinaga saat rapat koordinasi di Pos Pendakian Bambangan mengatakan, sudah mempersiapkan jalur evakuasi. "Titik evakuasi pertama adalah masjid-masjid terdekat, balai desa sampai dengan kecamatan, dan apabila dirasa masih membahayakan para pengungsi akan dievakuasi ke Stadion Goentoer Darjono dan GOR Mahesa Jenar Purbalingga yang ada di pusat kota," jelasnya.
Kordinator SAR Purbalingga Yudi menambahkan, SAR sudah melakukan berbagai persiapan dan akan tetap waspada. Serta tidak henti-hentinya meminta kepada warga masyarakat untuk mewaspadai berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Dengan jumlah 46 orang personil, pihaknya akan mengamankan jalur evakuasi para pengungsi,dan untuk saat ini pihaknya baru menerjunkan separuh dari personil yang ada. Dan apabila statusnya sudah membahayakan seluruh personil diharapkan untuk turun semua. (tya/bay/acd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gunung Slamet Meletus, 5 Kabupaten Waspada
Redaktur : Tim Redaksi