jpnn.com, JAKARTA - Kebutuhan alat berat makin meningkat seiring gencarnya pembangunan infrastruktur.
Namun, hampir 95 persen alat berat penunjang seperti crane masih harus diimpor.
BACA JUGA: Gandeng Barata, Perum Perindo Bangun Pabrik Es
Pasalnya, perusahaan alat berat domestik belum mampu memenuhinya.
Untuk itu, PT Barata Indonesia (Persero) pun berupaya memperluas bisnis penyediaan crane dengan menggandeng PT Pelabuhan Indonesia.
BACA JUGA: KPK Didesak Periksa Eks Direktur Keuangan Pelindo II
Hasilnya, Barata telah menggarap crane pesanan Pelindo I dan Pelindo II pada triwulan kedua senilai Rp 1 triliun.
Direktur Utama PT Barata Indonesia Silmy Karim mengatakan, Barata Indonesia juga memperoleh kontrak pengadaan empat unit crane di Pelindo II.
BACA JUGA: Pelindo II Beri Manfaat kepada Warga Sekitar Pelabuhan
Kontrak pengadaan ship to shore crane, rubber tyre gantry crane, dan automatic stacking crane itu berjangka waktu hingga 2019.
Menurut Silmy, pemenuhan kebutuhan crane domestik akan dilakukan dengan skema sewa beli, sewa, dan jual.
”Selain Pelindo, kami sedang melakukan negosiasi dengan perusahaan kepelabuhanan lain,” katanya.
Setelah sukses mendapatkan kontrak hingga Rp 1 triliun pada triwulan pertama 2017, Barata menargetkan kontrak Rp 3 triliun hingga akhir tahun ini.
Barata juga mulai menggarap bisnis pembangkit listrik. Bekerja sama dengan Siemens Aktiengesellschaft dan Wartsila Energy Solutions, Barata membangun pembangkit di NTB dan Luwuk.
”Kami juga membangun fasilitas produksi baru di Gresik,” ujar Silmy. (pus/c10/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Barata Tandatangai LOI dengan Perusahaan AS
Redaktur & Reporter : Ragil