Sejak polisi menemukan bom di belakang rumahnya pertengahan Juni lalu, Baridin hilang bagai ditelan bumiDensus 88 pun dibuat pusing mencari pria yang juga disebut-sebut sebagai mertua Noordin M
BACA JUGA: Menelusuri Jejak Ibrahim, Penata Bunga yang Lenyap Bersama Ledakan Bom
Top itu================
DARYANTO, Cilacap
================
SUDAH lebih dari sebulan orang memperbincangkan nama Ustad Baridin atau yang juga dikenal dengan Bahrudin Latif
BACA JUGA: Menelusuri Jejak Hendrawan, Teroris Pelarian Perencana Bom Bandara Changi, Singapura
Nama Baridin diberi oleh orang tuanya, Sankenapi, pemuka agama di Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, CilacapPada 1950-an, ayah Baridin menjadi ''tukang uang'' (sekarang Kaur keuangan) di desa tersebut
BACA JUGA: Berlogat Melayu, Istri Beri Les Inggris Gratis
Selain aparat pemerintah desa, Sankenapi juga dikenal sebagai tokoh agama yang gigih berdakwah.Dari Desa Pasuruhan itu juga dakwah Islam di pesisir selatan Cilacap bagian timur disebarluaskanPadahal, daerah tersebut sebelumnya dikenal sebagai kawasan merah.
Baridin merupakan anak ketujuh di antara delapan bersaudara, anak pasangan Sankenapi dan TampenSejak kecil, pria kelahiran 20 Februari 1955 itu menunjukkan sifat keras.
Ayahnya yang merupakan tokoh terpandang di desa tersebut membuat Baridin dan saudara-saudaranya mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi daripada kebanyakan warga lainHampir semua saudara laki-lakinya mampu mengenyam perguruan tinggi di Jogjakarta.
Kakak-kakaknya seperti Sawu, Lareng, Jumiah, Sakem, Adi, Muin, dan adiknya Hasyim hampir semua menjadi orang berhasilAda yang menjadi dosen, guru, dan ada yang menjadi petani sukses.
Hanya Baridin yang lebih memilih berdakwah setelah beberapa tahun mengenyam pendidikan di Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa TimurDia juga paling berbeda dari saudara-saudara lainnyaMeski sama-sama menjadi pemeluk Islam yang taat dan kuat, Baridin cenderung keras serta radikal.
''Baridin merupakan tokoh yang cukup disegani di siniSelain berasal dari keluarga terpandang, dia sejak kecil dididik agama dengan baik oleh orang tuanya,'' ungkap H Salimi, tokoh masyarakat setempat.
Banyak cerita yang menunjukkan kekerasan sikap Baridin dalam mempertahankan keyakinan serta pandangan-pandangannya saat mudaBukan hanya soal ketidaksukaannya terhadap praktik pemerintahan yang dinilai menyimpang dari ideologi yang dia yakini, namun juga tradisi masyarakat yang dinilai penuh bidah.
Suatu ketika ada sebuah musala yang menggunakan pengeras suara untuk puji-pujian sebagaimana kebiasaan pemeluk Islam di pelosok desaTanpa kompromi, Baridin melarang dengan mendatangi langsung orang yang melakukannya.
''Baridin memang keras kepala dalam mempertahankan pendapatnyaDia tidak mau kompromi terhadap hal yang dinilai salah,'' ujar Rois, teman kecil Baridin.
Kekerasan sikap Baridin terhadap hal-hal yang dinilai menyimpang terus berlanjutSikap itu pula yang memunculkan pro-kontra yang memecah umat Islam di Desa PasuruhanWarga yang tidak sepaham dengan Baridin membuat kegiatan sendiri, sedangkan mereka yang sepaham terus mendukung langkah Baridin yang disebut penegak Quran dan hadis.
Baridin menikah dengan Rahayu Anggraeni atau yang dipanggil Dwi Astuti, seorang bidan desa asal Ngawi dan dikaruniai tujuh anakYakni, Irfan Ma'arif, Arina Rahmah, Ata Sabik Alim, Kholid Mukhtar, Fatina Salma, Faris Ubaidillah Amni, dan Ismail MajidDi antara ketujuh anaknya tersebut, baru Arina Rahma yang sudah menikah.
Arina itulah yang dikabarkan dinikahkan Baridin dengan Noordin MTopMeski belum pasti, berbagai petunjuk mengindikasikan bahwa menantu misterius Baridin adalah gembong teroris yang sedang dicari Densus 88 itu''Untuk yang itu, saya tidak tahuSaya sendiri kagetTidak mengira Baridin sejauh itu,'' tutur Rois.
Dalam catatan di Desa Pasuruhan, Baridin juga termasuk orang yang aktif ikut berbagai kegiatanSelain dikenal sebagai tokoh agama, dia pernah mengikuti seleksi calon sekretaris desaNamun, rencananya untuk mengabdi kandas lantaran kalah bersaing dengan calon lain
''Dia memang pernah seperti saya, berniat mengabdi dengan menjadi perangkat desa, tapi belum mujur,'' ujar Kepala Desa Pasuruhan Watim Suseno.
Sejak gagal menjadi perangkat desa itulah Baridin makin getol memperjuangkan keyakinannya untuk menegakkan jihad.
Sejumlah tetangga juga menceritakan sepak terjang BaridinSaat perang Afghanistan berkecamuk akhir 1980-an, Baridin menjadi salah seorang sukarelawan yang ikut berjuang di kamp-kamp pejuang AfghanistanDia tidak sendiri berangkat ke Afghanistan, tapi bersama tokoh-tokoh garis keras lainnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dari situlah kebencian Baridin terhadap Amerika terpatri sangat kuatSaat pulang ke Indonesia, dia banyak mengenal rekan seperjuangannya di AfghanistanDari situlah Baridin memiliki hubungan khusus dengan tokoh-tokoh garis keras di Indonesia.
''Dulu di sini banyak yang bercerita bahwa dia (Baridin, Red) baru pulang berjihad melawan Amerika di AfghanistanNamun, karena saat itu banyak simpati untuk Afghanistan, hal itu kami anggap sesuatu yang wajar,'' ungkap seorang tetangga yang mengaku tak pernah menyangka bahwa di belakang rumah Baridin disembunyikan bahan-bahan bom.
Bukan hanya konflik Afghanistan yang membuat Baridin menjadi tokoh garis kerasSaat konflik Poso dan Ambon, dia juga menjadi bagian dari pengiriman laskar jihad dengan sejumlah relawan dari Cilacap dan Banyumas.
Konflik Poso dan Ambon membuat Baridin makin matang dalam mengaplikasikan ilmunya saat berada di kamp-kamp pejuang AfghanistanBerbagai kemampuan strategi perang diyakini digunakan Baridin untuk menyiapkan para ''mujahid'' dalam bom bunuh diri.
Meski, hal itu dibantah keluarganya sebagaimana yang disampaikan Wasum (kakak kandung Baridin) dan istrinya, JumiahMereka tidak yakin adiknya yang dikenal pandai itu menjadi bagian dari pelaku terorisme.
''Saya tidak percaya adik saya terlibat apa itu terorismeYang saya tahu, dia baik dan rajin mengaji serta mendirikan pondok untuk menampung anak-anak yang mengaji,'' tegas Wasum.
Sejak 2006, Baridin memang mendirikan pesantren yang dinamai Al MuaddibKiprahnya disokong para koleganya dari TasikmalayaUntuk mengurus pesantren, dia dibantu Ustad Mahfud sebagai direktur yayasan.
Baridin juga dikenal pandai meyakinkan orang untuk mengikuti keinginannyaHal itu bisa dilihat dari kiprah Saifudin Zuhri yang mau membantu dirinya mencari ''calon pengantin'' bom bunuh diri di Jawa Tengah dan diperkirakan telah mempunyai 40 militan yang siap mati syahidSalah satunya adalah Achmadi yang telah ditangkap polisi.
Ustad Mahfud mengaku tak mengenal jauh sosok Baridin''Saya kenal Pak Baridin hanya sebatas urusan pesantren dan yayasanSelain itu, saya sama sekali tidak tahu,'' ujarnya(nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesaksian Peserta Breakfast Roundtable Castle Asia soal Bom Marriott
Redaktur : Tim Redaksi