Menelusuri Jejak Ibrahim, Penata Bunga yang Lenyap Bersama Ledakan Bom

Dari Hotel Mulia, Pindah ke Hilton, lalu Ritz-Carlton

Sabtu, 25 Juli 2009 – 11:30 WIB

 Setelah bom di Ritz-Carlton dan JW Marriott meledak Jumat lalu (17/7), Ibrahim, perawat dan tukang tata bunga,  seperti lenyap bersama sirnanya kepulan asapNyaris tanpa bekas

BACA JUGA: Menelusuri Jejak Hendrawan, Teroris Pelarian Perencana Bom Bandara Changi, Singapura

Bukan hanya kita yang bertanya-tanya ke mana dia menghilang, polisi lebih pusing lagi
Sebab, di antara serpihan sembilan tubuh korban, ternyata tidak ada secuil pun daging milik Ibrohim

BACA JUGA: Berlogat Melayu, Istri Beri Les Inggris Gratis

Terus, siapa sebenarnya dia" Ke mana?
 
============================= 
AGUNG PUTU ISKANDAR -
JAKARTA
=============================
 
 
Ibrahim memang penuh misteri
Meski  rumahnya di Jalan Cililitan Kecil 21,  RT 3, RW 7, sedikit memberikan ilustrasi mengenai latar belakangnya, tetap saja dia sosok yang sulit dibaca

BACA JUGA: Kesaksian Peserta Breakfast Roundtable Castle Asia soal Bom Marriott

Sejumlah sumber di Jamaah Islamiyah mengaku tidak tahu bahwa ada kadernya yang bernama Ibrahim
 
Memasuki rumahnya yang berlantai dua, kita bisa lewat dua caraLewat pintu di lantai satu atau dari tangga di luar rumah yang langsung terhubung ke lantai dua
 
Melihat kusamnya bangunan sepertinya  hunian itu sudah lama ditinggalkanPintu depan dan jendela, baik lantai satu maupun dua, dibiarkan terbukaMeja, kursi, dan aneka perabot di ruang dapur telah terlapisi debu tebalSofa di ruang tamu pun sudah jebolBuku-buku dan perkakas yang rusak diletakkan begitu saja di atasnyaPenulis mencoba mengamati lembar-lembar kertas dan buku itu.
 
Lantai dua, selain menjadi tempat menaruh ranjang dan kasur, juga menjadi semacam perpustakaan kecilDinding-dindingnya lama tidak disentuh catDi bagian barat terdapat coretan tangan berupa sketsa gedung bertingkat (tower Ritz-Carlton?) dan gambar kartun bertulisan "Mati Bebi?Ada rak buku lima tingkat dengan buku-buku berserakan"Dulu bukunya banyakTapi, karena sudah lama ditinggal, diambil orang-orang untuk dijual," ujar salah seorang warga
 
Di rumah itu, Ibrahim tinggal sejak usia SMPRumah itu memang dibeli Ahmad Rodhin Dja?far sekitar 20 tahun laluRumah tersebut kemudian ditempati lima orangYakni, Rodhin dan istri plus tiga anaknya: Ibrohim Muharram, Muhammad Syukri, dan Mualif Suni"Mereka sebenarnya punya lima anak,  tapi yang ikut di sini cuma tigaIbrahim di sini biasa dipanggil AamNamanya kan Ibrahim MuharramPanggilnya Aam," kata Ketua RT 3, RW 7, Tubagus Rudi
 
Ibu Ibrahim meninggal beberapa tahun setelah menempati rumah tersebut.  Bapaknya menyusul sekitar lima tahun laluSetelah dua orang tuanya tidak ada, tiga bersaudara itu yang menempati rumah tersebutNah, pada awal 2007,  terjadi banjir besarSungai Ciliwung yang membelah kampung Cililitan Kecil naikPermukaan air mencapai puncak rumah"Setelah banjir, mereka tidak pernah kembali lagi," katanya.
 
Para tetangga tidak terlalu banyak mengenal keluarga tersebutNamun, mereka dikenal sebagai orang yang ramah dan baikTerutama Ibrahim"Dia kalau salat selalu berjamaah di musala  dekat rumahDia juga sangat sopan  kepada para tetangga," ujarnya.
 
Kata Rudi, Ibrohim hanya lulusan STM.  Anak bungsu di antara lima bersaudara itu sejak masih STM aktif di kegiatan keislamanLulus STM, dia aktif dalam kegiatan-kegiatan salah satu partai Islam"Semua saudara dia kader partaiTiap kali masa kampanye dia selalu aktif ngajakin orangTerakhir kali itu pas pilkada Jakarta pada 2007, " tuturnya
 
Dokumen-dokumen di rumah memperkuat dugaan bahwa Ibrohim yang bapak empat anak itu adalah anggota partai tersebutDalam salah satu buku yang ditemukan di rumah itu, terdapat catatan mengenai arkanul baiah (rukun baiat) Hasan Al Banna, pendiri organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir yang menjadi acuan pendidikan dakwah partai tersebutAda juga tujuh tahap  perbaikan menurut Hasan Al BannaMulai mempersiapkan pribadi muslim hingga mempersiapkan pendirian negara Islam dan menjadi guru alam semesta
 
Slogan-slogan jihad pun terlihat jelasDi kamar lantai dua, misalnyaAda tulisan Arab berbunyi Allah Ghoyatuna, Arrasul Qudwatuna, Al Quran Dusturuna, Al Jihadu Sabiluna, Almautu Fisabilillah Asma amaninaKalimat itu berarti Allah tujuan kami, Rasul teladan kami, Al Quran petunjuk kami, jihad jalan kami, dan mati di jalan Allah cita-cita kami tertinggiAda juga stiker Partai Keadilan Sejahtera berukuran sekitar lima kali 10 cm di salah satu sudut dinding.
 
Juru Bicara DPP PKS Ahmad Mabruri tidak tahu pasti apakah Ibrohim adalah kadernya"Kalau cuma stiker, bisa dibeli di mana-mana," ujarnyaDia menegaskan PKS adalah partai Islam yang menolak keras tindakan teror"Soal apakah dia anggota atau simpatisan atau apa,  nanti saya cek dulu ke wilayah setempat," katanya. 
 
Latar belakang Rodhin, ayah Ibrohim, pun sedikit terkuakDi lantai dua rumah itu, penulis mendapati selembar surat keputusan (SK) yang menerangkan bahwa Rodhin bekerja pada Agence France-Presse, sebuah kantor berita ternama yang bermarkas di Prancis yang biasa disebut AFPSurat berbahasa Prancis itu menerangkan bahwa Ahmad Rodhin Dja?far berposisi sebagai assistant redaqcionnel polyvalent aupres du directur (yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti asisten redaksional serbaguna untuk direktur).  Surat bertanggal 31 Maret 1981 itu menunjukkan bahwa Rodhin mendapat gaji Rp 191.500Jumlah yang lumayan besar untuk gaji tahun 80-an
 
Buku-buku keislaman juga banyak ditemukan di rumah ituMulai buku-buku bertema fikih dan tata cara dalam rukun agama hingga buku-buku bernuansa jihadSalah satunya adalah sebuah buku bersampul hijau bertulisan Mengasingkan Diri di Akhir Zaman
 
Mengenai Ibrohim, setelah lulus STM belum diketahui aktivitasnyaYang jelas, pada 2002, dia menjadi florist di Hotel MuliaItu terlihat dari tumpukan daftar gaji IbrahimDaftar gaji itu paling awal bertahun 2002, sedangkan yang paling lama adalah tahun 2005Itu klop dengan kesaksian rekan-rekan Ibrohim yang menyebut dia bekerja sebagai florist sejak empat tahun lalu
 
Salah seorang teman Ibrohim, Andi Suhandi, menilai Ibrohim sangat jauh dari kesan sadis seperti halnya watak pembunuh yang tega menghilangkan nyawa"Orangnya baik sekali," kata Andi di depan Hotel Ritz-Carlton (23/7)
 
Andi pernah tinggal bersama Ibrahim di kontrakannya, Jalan Exauri, Kuningan Timur"Tapi, pada Mei, dia pindah ke kawasan CondetSaya tidak tahu persis.  Katanya rumah kakaknya," ujarnyaSelama mereka tinggal bersama, tidak ada aktivitas Ibrahim yang dirasakan  aneh"Cuma berangkat kerja, pulang kerja, kadang-kadang pulang ke Kuningan tempat istrinyaItu aja," tuturnya.  
 
Di tempat mereka bekerja, yakni Chynthia Florist, perusahaan yang menyuplai kebutuhan bunga Ritz-Carlton dan JW Marriott, Ibrohim juga dikenali sebagai sosok yang tidak banyak omong"Dia bukan tipe orang yang gampang marah," katanyaSejak nama Ibrohim disebut terkait dengan pengeboman, pintu kantor Chynthia Florist di Plaza Mutiara Suit 103, samping JW Marriott,  selalu ditutup"Kami belum tahu kapan bukanya.  Nunggu pengumuman," katanya.
 
Riwayat Ibrahim juga bisa sedikit dirunut dari beberapa berkas menyangkut  pekerjaannyaDia pernah bekerja di PT Mulia Persada Tata (1992?1994)Berdasar slip gaji yang penulis temukan, Ibrahim juga pernah bekerja di Hotel Mulia Senayan (2002?2005)Dia pindah kerja ke Hotel Hilton Senayan (2005?2006) sebelum akhirnya menjadi florist di Hotel Ritz-Carlton, lalu meninggalkan seribu teka-teki sejak 17 Juli(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Densus 88, Burung Hantu yang Tak Pernah Tidur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler