Batam Diprediksi Alami Krisis Air Bersih pada 2020

Senin, 08 Mei 2017 – 03:15 WIB
Dam Mukakuning, salah satu sumber air minum di kota Batam, Kepri. Foto: batamos/jpg

jpnn.com, BATAM - Pihak perusahaan pengelola air minum swasta Batam, Kepulauan Riau, PT Adhya Tirta Batam (ATB) memprediksi bahwa Kota Batam terancam mengalami krisis air pada 2020 mendatang.

Krisis air dikarenakan Batam merupakan daerah perekonomian, sehingga mengundang masyarakat di kota-kota lainnya berdatangan ke Batam.

BACA JUGA: Pembangunan KRB Sekelas Botanic Garden Singapura Kembali Dilanjutkan

Sementara, ketersediaan air saat ini jumlahnya sangat terbatas. Hal ini dikarenakan Dam Duriangkang yang mensuplai air kepada sebagaian besar masyarakat Kota Batam mengalami penyusutan yang signifikan.

"Jika sampai pada tahun 2020 tidak ada air tambahan. Maka, Batam diprediksi akan mengalami bencana krisis air," ujar Corporate Communications Manager PT Adhya Tirta Batam (ATB), Enriqo Moreno kepada Batam Pos (Jawa Pos Group), kemarin.

BACA JUGA: INSA Desak BP Segera Rampungkan Revisi Tarif Pelabuhan

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan adanya waduk atau WTP yang baru. Biaya untuk membangun waduk atau WTP baru itu, dibutuhkan dana hingga mencapai Rp 60 miliar.

"Kemungkinan pembangunannya itu memakan waktu hingga satu tahun, baru bisa airnya diolah. Solusinya Dam di Tembesi harus segera digunakan," katanya lagi.

BACA JUGA: Wujudkan Batam jadi Kota Modern, KemenPUPR akan Bangun Jalan Tol

Enriqo melanjutkan, permasalahannya sekarang apakah ATB akan membangun waduk baru atau tidak. Dia belum bisa memastikan. Pasalnya, kontrak ATB untuk mengelola air bersih hanya tersisa tiga tahun mendatang.

"Karena kita hanya sampai tahun 2020, dan waktu itu terlalu singkat. Untuk selanjutnya kita serahkan kepada pemerintah, bagaimana jalan terbaiknya," ucapnya.

Vice President Directur ATB, Zulkhairi Pasuni menyatakan, ditahun 2016 kemarin merupakan tahun yang membanggakan bagi ATB. Bagaimana tidak, mereka berhasil menekan angka kebocoran air hingga mencapai 15 persen.

"Selama ini kita kehilangan air di atas 20 persen. Itu pencapaian yang amat dibanggakan. Karena, angka itu bukan mudah untuk dicapai," katanya.

Sebagai perusahaan bergerak di bidang utilitas, sangat penting bagi ATB menerapkan teknologi terkini dalam menghasilkan pelayanan prima kepada pelanggan. Pelayanan itu ditunjukkan dengan penerapan aplikasi Scada (Supervisory Control and Data Acquisition).

Manager non Revenue Water (NRW) Sadma Lastyanta menjelaskan, teknologi Scada memungkinkan petugas ATB melakukan kendali dan pengawasan jarak jauh terhadap proses produksi hingga suplai ke seluruh Kota Batam.

"Dari sini, kita bisa melihat kondisi air di waduk hingga suplay ke pelanggan. Untuk di tahun 2016 itu, kita kehilangan 15 persen air per hari. Jumlah itu setara dengan 8000 truk per harinya," ucapnya. (cr1)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Camp Vietnam Bakal Dikelola Serius Jadi Tujuan Objek Wisata Ziarah


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler