Batu Bara dan Minyak Menipis, EBT Harus Dimaksimalkan

Jumat, 27 Juli 2018 – 12:01 WIB
Ilustrasi batu bara. Foto: Jawa Pos.Com/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Projo Handoko mengatakan, pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) merupakan penentu tercapainya kedaulatan energi di Indonesia.

Dalam janji politik pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang dikenal dengan Nawacita, sektor energi turut menjadi prioritas pemerintah.

BACA JUGA: Ekspor Batu Bara Indonesia Anjlok 16 Persen

“Kedaulatan energi itu menjadi keharusan. Sebab, pemenuhan energi dari dalam negeri akan mengurangi ketergantungan kita terhadap energi fosil, terutama yang berasal dari minyak dan batu bara,” kata Handoko, Kamis (26/7).

Dia menambahkan, Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan energi dari dalam negeri dengan memanfaatkan energi terbarukan dari air, mikrohidro, angin (bayu), tenaga surya, gelombang laut, dan panas bumi.

BACA JUGA: Ini Bikin Indonesia Masih Primitif di Era Energi Terbarukan

“Paradigma pengelolaan energi nasional harus berubah, dari energi sebagai komoditas ke energi sebagai penggerak roda ekonomi. Melimpahnya sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia selayaknya bisa dimanfaatkan secara optimal,” kata Handoko.

Menurut Handoko, salah satu kendala besar pengembangan EBT adalah mahalnya teknologi yang banyak diimpor dari luar negeri.

BACA JUGA: Garap Batu Bara Kokas, Adaro Akuisisi Tambang di Australia

Karena itu, itu penguasaan teknologi juga harus mendapatkan prioritas sehingga Indonesia tidak lagi tergantung pada teknologi luar negeri.

Dari sisi energi primer, saat ini lebih dari 70 persen pembangkit listrik di Indonesia menggunakan minyak bumi dan batu bara.

Melimpahnya batu bara dalam negeri membuat PLTU batu bara (coal fired power plant/ CFPP) menjadi kontributor terbesar dalam konfigurasi pembangkit di Indonesia.

Dalam jangka pendek, PLTU batu bara bisa menjadi solusi penyediaan energi listrik yang terjangkau dari sisi harga.

Namun, sambung Handoko, keberadaan batu bara dan minyak bumi semakin berkurang dan akhirnya akan habis.

Selain itu, volatilitas harga minyak dunia yang sangat dinamis dan selalu berkait dengan harga komoditas batu bara juga akan turut mengerek harga jual listrik.

“Bayangkan saja bila tiba-tiba harga minyak dunia melaju sampai USD 100 per barrel. Pasti biaya produksi listrik akan meningkat tajam,” ujar Handoko. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cadangan Batu Bara Makin Menipis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler