jpnn.com, PONDOK CABE - Sebanyak 450 mahasiswa Universitas Terbuka (UT) mengikuti prosesi wisuda periode I tahun akademik 2021/2022 secara daring.
Mereka merupakan wisudawan yang berasal dari 39 kantor Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ-UT) di seluruh Indonesia.
BACA JUGA: Kemnaker Teken MoU dengan Universitas Terbuka, Ini Tujuannya
Rektor UT Prof Ojat Darojat mengatakan, gelar ini merupakan pengakuan atas kompetensi baru yang didapatkan para wisudawan.
Mereka merupakan lulusan dari Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FHISIP), Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), serta Program Pascasarjana (PPs).
BACA JUGA: Universitas Terbuka dan Garuda Indonesia Berkolaborasi, Ini Harapan Rektor OjatÂ
Menyertai gelar baru tersebut, lanjutnya, para lulusan juga mengemban tanggung jawab memberikan sumbangsih nyata kepada bangsa dan negara.
"Saya percaya bahwa menyelesaikan studi dalam situasi pandemi Covid-19 bukanlah hal mudah. Terdapat perjuangan luar biasa karena belajar di UT benar-benar menuntut disiplin dan kemandirian belajar," kata Prof Ojat saat memberikan sambutan dalam wisuda yang digelar di Universitas Terbuka, Pondok Cabe, Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (28/6).
BACA JUGA: Kunjungi Universitas Terbuka, Pak Bupati Kaget, Takjub
Dikatakan Prof Ojat, mahasiswa juga harus pandai membagi waktu, memfokuskan perhatian, juga memotivasi diri tanpa henti.
Sebab, tanpa semangat serta ketekunan dan konsistensi, akan sulit untuk berhasil menuntaskan kuliah di UT, apalagi dengan berbagai pembatasan di masa pandemi.
"Namun, di sisi lain, pandemi juga memberi pelajaran bagi pengembangan dunia pendidikan di Indonesia. Dulu, UT menjadi pioner dalam PJJ, kini banyak perguruan tinggi yang mengusung dual mode system, yakni tatap muka dan pembelajaran jarak jauh," kata Prof Ojat Darojat.
Hal ini menjadi pemacu UT untuk lebih maju bersaing dengan perguruan tinggi konvensional lainnya. Itulah yang mendorong UT untuk melakukan transformasi dari Perguruan Tinggi Badan Layanan Umum (BLU) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH).
"Dengan menjadi PTNBH, UT diharapkan memiliki otonomi dan flesibilitas tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi yang dapat merancang dan melakukan evaluasi atas sebuah program studi sesuai kebutuhan masyarakat," kata Prof Ojat.
Pada kesempatan tersebut, UT juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan dua institusi, yakni Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) terkait peningkatan mutu penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ditandatangani Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc. dan nota kesepahaman dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan RI yang ditandatangani Anwar Sanusi, terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Juga penandatanganan kerja sama dengan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Provinsi Bengkulu, dengan Direktur UT-Bengkulu mengenai peningkatan kualitas SDM dan mutu penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Sekjen Kemenaker Anwar Sanusi mengatakan, kerja sama ini tujuannya sama menciptakan SDM unggul. Pekerja Migran Indonesia (PMI) jumlahnya sangat besar di Singapura, Korsel, Hongkong, Taiwan, Timur Tengah, dan Jepang.
"Banyak PMI yang kuliah di UT mengalami perubahan orientasi dari pekerjaan sebelumnya. Mereka menjadi dosen, YouTuber," terang Anwar.
Dengan penandatanganan kerja sama ini, Kemenaker meminta pemberi kerja di negara penempatan agar memberikan kesempatan PMI untuk kuliah di UT, apalagi tidak ada DO.
Sementara itu, Rektor UAI Prof Asep mengatakan kerja sama dengan UT untuk mengadopsi pendidikan jarak jauh (PJJ). Dia menyebutkan, induknya PJJ di Indonesia, bahkan ASEAN adalah UT.
"UAI perlu belajar di UT. Sebab, PJJ tidak hanya memindahkan pembelajaran dari offline ke online," ujarnya.
Prof Asep menegaskan, tidak ada kompetitor di perguruan tinggi Indonesia, tetapi harus berkolaborasi. Nantinya, dalam kerja sama dengan UT, UAI akan memberikan pembelajaran bahasa Arab dan Mandarin. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad