jpnn.com - JAYAPURA - Tujuh nelayan asal Kabupaten Biak, Papua, yang dilaporkan terdampar hingga ke Papua Nugini (PNG) telah kembali. Mereka menginjakkan kaki di Jayapura kemarin (14/3).
Sebelumnya, Kapal Motor (KM) Jabal Rahma yang dinaiki terseret arus dan terombang-ambing selama dua bulan di perairan PNG, tepatnya di Wewak, East Sepik Province. Tujuh nelayan tersebut adalah Mansur, 42, kapten kapal, beserta dan anak buahnya. Yakni, Daeng Baco, 26; Sirajudin, 39; Sahar, 22; Asdar, 25; Hamzah, 21; dan Anwar (35).
BACA JUGA: Mantan Sekda Dituntut 7 Tahun
Dengan kelelahan, tujuh nelayan tersebut tiba di Pelabuhan Porasko, Jayapura, sekitar pukul 12.00 WIT. Mereka diserahkan ke Pemda Provinsi Papua yang diwakili Kepala Badan Perbatasan dan Hubungan Luar Negeri Suzanna Wanggai.
Awalnya, pada 18 Januari tujuh nelayan tersebut bertolak dari Pelabuhan Biak menuju Mamberamo Raya dengan menggunakan perahu kayu. Mereka membawa muatan bahan makanan pesanan seorang pedagang. Namun, di tengah perjalanan, ketika hendak tiba di Muara Teba atau hendak memasuki Mamberamo Raya, tiba-tiba mesin kapal mati dan tidak bisa diperbaiki. Para awak kapal hanya bisa pasrah saat terseret arus ombak.
BACA JUGA: Sertifikasi Guru Swasta Nunggak
“Lokasi mesin mati itu sekitar tujuh mil sebelum Muara Teba. Normalnya, kami hanya membutuhkan waktu sehari dari Biak ke Mamberamo Raya. Tetapi, karena mesin mati, akhirnya kami hanya pasrah ke mana ombak membawa kami,” tutur Hamzah.
Pemuda yang sudah lima tahun bekerja dengan nakhoda kapal itu menerangkan, saat terseret ombak, dia sempat mendapat sinyal. Namun, dia tidak mengetahui posisi kapalnya.
BACA JUGA: Cabut Izin Perusahaan Pembakar Lahan di Riau
“Kami terus terombang ambil hingga tiba di perairan East Western Province PNG. Pada 3 Februari kami ditemukan kapal nelayan Filipina dan ditarik ke Wewak,” ucapnya.
Setiba di Wewak, tujuh nelayan tersebut tidak bisa turun karena tidak memiliki surat imigrasi. Kapal mereka harus berlabuh 500 meter dari dermaga. Selama itu pula, mereka bertahan dengan bantuan dari warga setempat. “Kami tidak bisa turun dari kapal karena tidak punya paspor,” ujar Asdar.
Selama di perairan Wewak, warga setempat menyuplai tujuh nelayan itu. Mereka memberikan air, sayur, dan beras ke kapal untuk dikonsumsi awak kapal tersebut. Mereka pun akhirnya dijemput petugas dari Konsulat RI di Vanimo untuk dibawa pulang ke tanah air.
Suzanna menjelaskan, pihaknya memperoleh informasi pada 26 Januari dari SAR Sentani. Pihaknya dikontak SAR Biak bahwa ada kapal ikan yang akan kembali ke Biak, namun mengalami masalah mesin dan akhirnya terombang-ambing di laut. (ade/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengumuman Hasil K2, Tunggu Konfirmasi Gubernur NTT
Redaktur : Tim Redaksi