jpnn.com - MAJALENGKA - Kondisi memprihatinkan dialami Siti Fatimah, bayi bungsu tanpa dosa yang lahir dari pasangan Juju dan Agung, warga Blok Sabtu RT 03/03 Desa Mirat, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka tersebut lahir dalam kondisi memprihatinkan.
Bayi berjenis kelamin perempuan ini, terlahir tanpa daun dan lubang telinga. Seluruh kulit tubuhnya keras serta tangannya kaku. Hampir di sekujur tubuhnya dipenuhi luka, termasuk di wajahnya, hingga tidak mampu membuka mata maupun menutup mulutnya.
BACA JUGA: Akui Ada Kemungkinan Manipulasi Data Honorer K2
Bahkan, saat baru lahir 2 Februari 2014 lalu, di Rumah Sakit Sumber Waras, jarum infusan tak mampu menembus kulit dari bayi yang ayahnya berprofesi sebagai penjual baso ikan (cilok) dan ibunya sebagai pengurus rumah tangga ini. Sehingga, keluarga memutuskan untuk membawa pulang bayi malang ini, untuk dirawat di rumah kakeknya.
Namun, saat ini pihak keluarga tidak memperkenankan siapapun mengambil gambar bayi malang tersebut, karena keluarga merasa jika kejadian yang menimpanya ini, tidak ingin menjadi konsumsi publik.
BACA JUGA: Aktivitas Gunung Anak Krakatau Menurun
Bahkan, para tetangga di lingkungan tersebut pun cenderung menutup-nutupi keberadaan bayi malang ini. Mereka juga enggan menunjukkan alamat rumahnya, saat wartawan Radar Cirebon (grup JPNN) mencoba menanyakan lokasi rumah tempat Siti dirawat.
Penuturan Sadili, sang kakek bayi malang ini, kondisi ini terjadi sejak Siti Fatimah baru dilahirkan ibunya Juju melalui operasi sesar di RS Sumber Waras. Juju sendiri, saat itu belum bisa merawat Siti, akibat kondisi tensi darah dan jantungnya masih belum stabil karena baru menjalani operasi sesar.
BACA JUGA: Golkar: Caleg yang Sering Golf Stop Dulu
Untuk mengobati kondisi bayi malang ini, keluarganya memberikan Siti obat yang diberikan oleh RS Sumber Waras. Di samping itu, keluarga juga mengupayakan pengobatan cara pengobatan alternatif. Dia mengaku sudah beberapa kali cucunya ini, diberikan air zam-zam dari seorang ustad atau kiai dengan harapan kondisinya lekas baik.
Untuk asupan makanan, ujar dia, masih bisa meminum ASI yang diberikan ibunya. Saat pertama lahir, ketika ibunya masih di Rumah Sakit, ASI diberikan dalam kemasan yang sebelumnya sudah diperah dari ibunya dan dihangatkan terlebih dahulu sebelum diminum. "Makanya sih normal minum susu ibunya, buang airnya juga normal," ujarnya.
Sebelum kelahiran Siti, tidak ada firasat apapun dialami orang tua maupun pihak keluarga bayi malang ini. "Nggak ada firasat apa-apa. Cuma waktu awal-awal hamil, Juju pernah mimpi didatengin kakeknya yang udah meninggal," sebutnya.
Kepala Puskesmas Leuwimunding Zaenal Arifin membenarkan kondisi yang dialami Siti Fatimah ini. Menurutnya, pihaknya belum bisa memastikan penyakit apa yang diderita bayi malang ini, karena saat lahir penanganannya dilakukan oleh pihak RS Sumber Waras.
"Mungkin kelainan bawaan, kalau ngeliat kondisinya begitu, kayaknya cukup sulit buat diobati. Kita sudah melaporkan kasus ini ke Dinas Kesehatan. Kalau tindakan selanjutnya mau diapakan (diobati cara apa), kita juga masih nunggu keputusan dari dinas," ujarnya.
Meski demikian, jika melihat dari kondisi cara makan dan buang air bayi itu, pihaknya meyakini jika organ dalamnya kondisinya normal. Bahkan, saat masih di kandungan ibunya pun, ketika diperiksa oleh bidan Puskesmas, detak jantungnya normal.
Hanya saja, Zaenal mengakui jika kondisi ibunya sejak saat hamil, memiliki tensi darah dan detak jantung yang tinggi. Sehingga, ketika hendak melahirkan, pihaknya menyarankan agar dilakukan dengan cara sesar di rumah sakit, khawatir di Puskesmasnya tidak tersedia layanan persalinan sesar.
Oleh karenanya, dia menegaskan kepada para ibu, agar mempersiapkan dan menjaga kondisi asupan makanannya saat hamil. Serta melarang tegas meminum sembarangan obat ketika hamil, terkecuali obat yang diberikan dengan resep dokter kandungan.
Selain itu, bisa menghindari konsumsi obat-obatan yang tadinya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit-penyakit ringan seperti pusing dan batuk yang malah berdampak pada potensi keguguran kandungan.
"Disarankan kepada ibu hamil, agar menghindari konsumsi obat-obatan sembarangan, harus ada resep dari dokter spesialis kandungan. Mau obat herbal atau obat medis juga nggak boleh sembarangan, soalnya bisa berpengaruh kurang baik ke janin yang dikandungnya," tegasnya
Sementara, Humas RS Sumber Waras Bambang Sugiarto mengakui merawat Siti Fatimah. "Betul ada bayi yang memiliki kelainan penyakit kulit (Ichthyosis). Di sini kami tidak bisa menjelaskan pasti apa penyakitnya karena itu sudah ada kode etiknya," kata Bambang kepada Radar, kemarin.
Seperti diketahui, penyakit aneh berjenis Ichthyosis adalah penyakit yang menyerupai sisik ikan. Penyakit Lamellar Ichthyosis kadang-kadang disebut penyakit sisik ikan atau Ichthyosis vulgaris merupakan kelainan kulit turunan yang menyebabkan sel-sel kulit mati menumpuk tebal, kering seperti sisik pada permukaan kulit. Penyakit kulit ini merupakan kelainan yang bersifat menurun.
Lebih lanjut, kata dia, pihaknya bersama kepala bidang pelayanan medis dr Imelda Tanjung dan spesialis anak dr Dani Kurnia yang menangani pasien tersebut tidak bisa mempublikasikan jenis penyakit dan faktor yang menyebabkan penyakit Ichthyosis.
"Saat lahir bayinya langsung dibawa keluarganya pulang, kami pun sudah menjelaskan penyakit si bayi itu. Oleh karena itu, kami tidak bisa menjelaskan hal ini secara rinci," ucapnya.
Senada, pemilik RS Sumber Waras dr Suwanta mengungkapkan, pihaknya tidak dapat memberi keterangan lebih lanjut mengenai penyakit yang diderita Siti Fatimah.
"Itu sudah kode etik kami dan ada undang-undangnya. Kami akan memberikan keterangan apabila keluarga memberikan izin dan ada surat resminya. Kalaupun kami memberikan keterangan mengenai hal ini, pihak keluarga juga harus mendampinginya. Mohon maaf ini sudah menyangkut pribadi orang," katanya. (azs/via)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesurupan Massal di Tengah Upacara Bendera
Redaktur : Tim Redaksi