SURABAYA - Pemilihan wali kota (pilwali) Surabaya yang dihelat pada 2 Juni mendatang terancam berantakanPenyebabnya, daftar pemilih tetap (DPT) yang disahkan panitia pemungutan suara (PPS) ternyata bermasalah
BACA JUGA: Politisi Diperiksa KPK, Dukungan ke Oposisi Turun
Banyak bayi dan anak kecil yang masuk dalam DPTBACA JUGA: Ical Panggil Dua Kandidat Cagub Sulut
Polemik berawal ketika KPU Surabaya membagikan DPT kepada seluruh tim pemenangan pasangan calon
BACA JUGA: PDIP Tetap Bertahan Sebagai Oposan
Ada lima pasang kandidat yang akan bertarungNomor urut satu adalah Bagio Fandi Sutadi-Mazlan Mansur (Dimas) yang diusung PKB dan Partai GerindraNomor dua adalah Fandi Utomo-Yulius Bustami (Fu-Yu) yang dijagokan PKS, PDS, PPP, dan PKNUNomor urut tiga adalah duet Arif Afandi-Adies Kadir yang diusung Partai Demokrat dan Golkar serta didukung PANPasangan nomor urut empat adalah Tri Rismaharini-Bambang Dwi Hartono (PDIP)Sedangkan nomor buncit dipegang pasangan dari jalur perseorangan, yakni Fitradjaja Purnama-Naen Suryono
Begitu DPT dibagikan, PDIP langsung menangkap gelagat tidak baikKecurigaan muncul karena banyak pemilih di daerah basis mereka yang tidak masuk dalam DPTPadahal, mereka tercantum dalam daftar pemilih sementara (DPS) dan tidak pindah ke lokasi lainPenelusuran lantas dilakukan
DPC PDIP menerjunkan tim untuk menginvestigasi ketidakberesan tersebutDari hasil pemeriksaan, ditemukan kejanggalan baruYakni, terjadi penambahan pemilih di sebagian daerah yang selama ini bukan basis PDIP"Jadi, DPT di daerah basis kami digembosi, sedangkan di daerah lain ditambah," tutur Ketua DPC PDIP Surabaya Whisnu Sakti Buana
Dari hasil penelusuran tim Jawa Pos, penambahan pemilih terjadi "salah satunya" karena banyak anak kecil yang masuk dalam DPTBahkan, ada bayi berusia enam bulan yang namanya tercatat dalam DPTItu terjadi di Simorejo Sari, Kelurahan Simomulyo, Kecamatan SukomanunggalBayi mungil tersebut bernama Lintang Prastyo Utomo.
Di Kelurahan Bulak Banteng, Kecamatan Kenjeran, bayi berumur tujuh bulan pun tercatat dalam DPTBayi lucu itu bernama Miftahussurur Husen Sairoh, anak kelima pasangan H Husen Sairoh dan Ummu HabibahKeluarga tersebut berdomisili di Jalan Dukuh Bulak Banteng, Perintis Utama, Gang 3 Nomor 28 RW 7 RT 2Sesuai dengan salinan DPT yang diterima Jawa Pos, bayi itu lahir pada 27 November 2009.
Jika mengacu pada hasil investigasi sementara tim pemenangan Risma-Bambang, terdapat 882 bayi dan anak di bawah umur yang masuk DPT"Jumlah itu mungkin bertambah karena pemeriksaan masih berlangsung," ujar Jagat Hariseno, ketua tim pemenangan Risma-Bambang bidang eksternalBagaimana anak di bawah umur bisa masuk DPT? Hingga kemarin belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab terhadap masalah ituSemua instansi yang terkait dengan penyusunan DPT tak mau disalahkan
Anggota KPU Surabaya Edward Dewaruci mengatakan, DPT berasal dari data penduduk potensial pemilih pemilu (DP4) yang diberikan dispendukcapilNamun, Kepala Dispendukcapil Kartika Indrayana juga tak mau disalahkan begitu sajaDia membenarkan bahwa DPT berasal dari DP4Namun, dispendukcapil tidak memiliki kewenangan dan perangkat memvalidasinya menjadi DPT"Kami tidak berbicara dalam ranah DPTTapi, validasi kan seharusnya dilakukan KPU untuk memeriksa data pemilih," katanya
Edward mengatakan, meski sudah ada pemutakhiran data, tetap saja ada kemungkinan salah dalam menangani data 2,1 juta pendudukHanya, dia menolak bila kekeliruan DPT disebut sistematis"Saya rasa belum ada indikasi ke sanaIni murni kesalahan teknis," ucapnya
Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi mengatakan, kasus nama bocah yang masuk DPT rawan disalahgunakanSebab, ada banyak sisa suara yang tidak terpakaiSisa surat suara itu bisa saja dimanfaatkan beberapa pihak untuk memenangkan pasangan calon tertentu
Airlangga mengatakan, kekeliruan itu terjadi karena petugas P2DP tidak bekerja optimal"Bisa saja karena malas atau apa, sehingga tidak memelototi data satu per satuIni bisa menjadi salah satu sumber permasalahan DPT," ujarnya
Airlangga mengatakan, beruntung ada tim pemenangan Risma-Bambang yang rela memelototi data DPT yang sebegitu banyaknya sehingga kemudian muncul temuan-temuan mengejutkan"Bila tidak ada yang memelototi, data seperti itu bisa lolos begitu sajaApalagi, yang bisa mengakses DPT hanya kalangan terbatas," tandasnya(ano/edw/c2/oni)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Century Tak Dongkrak Oposisi
Redaktur : Soetomo Samsu