JAKARTA – Sikap dan perilaku parat oposisi menyikapi kasus bailout Bank Century senilai Rp 6,7 triliun tak memberi keuntungan dalam hal dukungan dari pemilihSebaliknya, partai partai yang mendukung kebijakan pemerintah terkait dengan penggelontoran dana itu justru menaikkan dukungan politik dari pemilih.
Hal itu terungkap dari hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia selama empat bulan, dari Januari hingga April 2010
BACA JUGA: Kongres PD Dinilai Hanya Basa-Basi
Menurut Direktur Eksekutif LSI, Dodi Ambardi, dukungan pada partai-partai oposisi pasca Pansus Centery cenderung belum mengalami kemajuan, setidaknya dibanding hasil pemilu tahun 2009.”Kecendrungan dukungan pada PDIP, Gerindra, Hanura secara elektoral tidak pernah melampaui hasil pemilu 2009, bahkan cenderung menurun,” kata Dodi saat merilis hasil surveinya di Kantor LSI, Jalan Lembang Terusan, Jakarta, Minggu (9/5).
LSI mengelompokkan tiga kategori partai dalam melakukan survei dengan obyek kasus Pansus Bank Century
BACA JUGA: Demokrat Harus Kompak Seperti PDIP
Pseudo koalisi atau partai yang bergabung dalam koalisi tapi menentang kebijakan bailout Century ditempati PKS, Golkar, PPP, dan PANSebelum terbentuknya Pansus Angket Century, kata Dodi, kekuatan koalisi awalnya sangat besar
BACA JUGA: Sri ke World Bank, Ical Ngaku Bangga
Secara elektoral hampir 78 persen dan sisanya dimiliki oposisiNamun, setelah munculnya kasus Century, koalisi terbelah menjadi pseudo-koalisi sehingga kekuatan koalisi menurun tajam”Dari 78 persen turun sekitar 26 persen, secara elektoral dari hasil pemilu,” katanya.Setelah kasus Pansus Century, dijelaskan Dodi, kekuatan koalisi secara elektoral tetap paling tinggi, bahkan lebih tinggi dari hasil pemilu 2009Kecendrungan dukungan pada Partai Demokrat selalu di atas perolehan suara dalam rentang 27 sampai 42 persen yang pada Pemilu 2009 mendapat suara 21 persenSedangkan PKB relatif stabil diangka 4 sampai lima persen.
“Pansus Century nampaknya bukan panggung kampanye politik yang segera bisa efektif untuk membangun kepercayaan publik pada partai-partai yang mengalami kekalahan dalam Pemilu 2009 seperti PDIP dan Golkar,” katanya.
Penyebab tidak mendapatnya penghargaan para partai yang terkatogeri pseudo-koalisi dan oposisi, kata Dod,i karena digerakkan oleh kekuatan partai atau tokoh-tokoh partai yang kurang kredibel di mata pemilih yang cendrung membunuh eksistensi oposisi itu sendiri“Untuk memperkuat demokrasi, kita butuh kekuatan yang secara teoritis oposisi kredibel, bukan sekadar oposisi,” tukasnya(awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masa Tenang, Awasi Serangan Fajar
Redaktur : Soetomo Samsu