jpnn.com, JAKARTA - Program BBM Satu Harga yang diberlakukan di berbagai wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) memiliki efek domino yang sangat positif terhadap beberapa bidang.
Salah satunya ialah sektor transportasi. Selain itu, program tersebut juga berdampak positif terhadap bidang produksi, pertanian, perhubungan darat, dan perhubungan laut.
BACA JUGA: Konsumsi BBM Nonsubsidi Meningkat
“Bahkan bidang pendidikan dan bidang kesehatan pasti ada (dampak positifnya),” kata pengamat ekonomi Universitas Cendrawasih Ferdinand Risamasu, Jumat (1/2).
Ferdinand menambahkan, kegiatan masyarakat memang berkaitan dengan energi, baik secara langsun maupun tidak.
BACA JUGA: Terminal Bahan Bakar Minyak Gunung Sitoli Salurkan Biodiesel B20
Salah satu sektor yang tidak berkaitan langsung dengan BBM Satu Harga ialah pertanian.
BACA JUGA: 2018, BBM Satu Harga Ada di 131 Titik
BACA JUGA: Rekrut Guru dan Dosen Lewat PPPK, Gerindra: Jokowi Anggap Remeh Pendidikan
Namun, petani tetap membutuhkan transportasi yang terkait erat dengan BBM untuk memasarkan hasil panen.
Hal yang sama juga terjadi pada sektor perikanan, kesehatan, pendidikan. Menurut Ferdinand, semua sektor itu akan terkena efek domino BBM Satu Harga.
“Untuk dampak pendidikan, kondisi anak-anak di Ilaga, Papua, bisa menjadi contoh,” kata Ferdinand.
Saat ini warga Ilaga memang sangat merasakan dampak positif program BBM Satu Harga.
Salah satu warga bernama Miati Ridwan mengatakan, anak-anak di distrik Kabupaten Puncak Papua itu saat ini bisa belajar dengan tenang.
Sebab, harga BBM yang lebih murah membuat warga bisa menyalakan genset setiap malam.
Genset itu digunakan sebagai alat penerangan karena sampai saat ini Ilaga belum dialiri listrik.
“Dulu anak-anak tidak bisa belajar setiap malam. Kami harus mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk bisa membeli BBM yang dipergunakan untuk menggerakkan genset. Namun, sekarang anak-anak bisa belajar setiap hari. Semoga mereka makin pintar,” kata Miati.
Warga lainnya bernama Fathoni juga mengamini ucapan Miati. Menurut dia, BBM Satu Harga membuat semua harga kebutuhan menjadi turun.
Dia mencontohkan tarif ojek. Sebelum ada BBM Satu Harga, tarif ojek dari bandara ke Ilaga dengan jarak sekitar dua kilometer mencapai Rp 50 ribu.
Saat ini tarif ojek dengan jarak lima kilometer hanya Rp 30 ribu. Hal yang sama juga terjadi pada sayuran.
Harga sayuran memang masih sama, yakni Rp 10 ribu. Namun, saat ini jumlah dalam satu ikatan jauh lebih banyak.
Fathoni mencontohkan ikatan kacang panjang dari yang awalnya cuma berisi tiga menjadi enam.
“Minuman soda juga turun jauh. Dulu Rp 35 ribu per kaleng. Sekarang hanya Rp 18 ribu. Kami semua sangat merasakan manfaatnya,” kata pria yang memiliki warung nasih di Jalan Kagu itu.
Sebelumnya, harga BBM memang sangat mahal. Warga harus membeli premium dengan harga Rp 60 ribu per liter.
Namun, warga kini bisa membeli BBM dengan harga yang sama seperti di Jawa sejak program BBM Satu Harga diluncurkan pada 17 Agustus 2016. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kilang RU III Hasilkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan Biosolar B-20
Redaktur & Reporter : Ragil