BBM Satu Harga Bikin Natuna Lepas dari Status Daerah Termahal

Selasa, 05 Februari 2019 – 19:45 WIB
SPBU. ILUSTRASI. Foto: Malut Pos/JPNN.com

jpnn.com, NATUNA - Program BBM Satu Harga yang diterapkan di berbagai wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Indonesia memberi berkah bagi masyarakat Natuna, Kepulauan Riau.

Warga di Natuna kini bisa membeli barang kebutuhan pokok dengan harga jauh lebih murah. Selain itu, BBM Satu Harga juga membuat Natuna kehilangan status sebagai wilayah termahal di Indonesia.

BACA JUGA: Libur Imlek, Pertamina Prediksi tak ada Lonjakan Konsumsi BBM dan LPG

Karyawan BUMN Zulkarnain mengaku sempat cemas ketika ditempatkan di Natuna. Sebab, dia mendengar kabar bahwa harga kebutuhan pokok di Natuna sangat mahal.

Namun, kini Zulkarnain bisa tersenyum lebar. Pasalnya, harga-harga di Natuna sama dengan daerah lain.

BACA JUGA: Pertamina Jamin Pasokan BBM di Maluku dan Papua Satu Harga

“Makan pakai ikan hanya Rp 15 ribu. Pakai ayam R p20 ribu. Minuman bersoda cuma Rp 6 ribu per botol. Sewa kos satu kamar dengan kamar mandi di dalam juga hanya Rp 500 ribu. Masih standar,” kata Zulkarnain, Selasa (5/2).

Dia menambahkan, BBM Satu Harga membuat masyarakat Natuna semakin sejahtera. Hal itu terlihat dari semakin banyak warga Natuna yang memiliki sepeda motor.

BACA JUGA: Beri Dampak Positif, BBM Satu Harga Harus Berlanjut

Selain itu, tingkat kepatuhan masyarakat Natuna membayar premi asuransi kecelakaan lalu lintas juga semakin tinggi.

“Ini indikasi bahwa kesejahteraan memang meningkat. Itu terjadi karena harga BBM sudah sama,” kata Zulkarnain.

Pengamat ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) Wahyu Ario Pratomo juga tidak menampik fakta bahwa program BBM Satu Harga meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah.

Wahyu menjelaskan, turunnya harga BBM meningkatkan aspek produksi pada masyarakat. Produksi yang meningkat membuat pendapatan masyarakat baik.

Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah, juga semakin meningkat.

"Dengan peningkatan kesejahteraan, konsumsi (terhadap barang atau jasa) naik, kegiatan bisnis juga berkembang,” ujar Wahyu.

Wahyu pun berharap program itu dibarengi dengan peningkatan pengawasan sehingga lebih tepat sasaran.

"Program ini meningkatkan aspek produksi pada masyarakat sehingga mendorong kegiatan ekonomi. Namun, karena aspek konsumsi (terhadap BBM) juga meningkat, maka pengawasan harus lebih diperketat,” kata Wahyu.

Warga Desa Malakoni, Kecamatan Enggano, Bengkulu Utara, pun merasa sangat terbantu dengan adanya program BBM Satu Harga.

Warga bernama Marlon Siahaan mengaku merasa senang ketika program tersebut diberlakukan di wilayah mereka. Pasalnya, sebelumnya harga BBM memang sangat memberatkan.

Misalnya, premium yang bisa mencapai Rp 10 ribu per liter. Marlon mengatakan, saat ini harga premium hanya Rp 6.450 per liter. Itu berarti harga premium di sana berarti sama dengan di Pulau Jawa.

“BBM Satu Harga membuat kami semakin ringan. Sebab, biaya transportasi selama ini memang sangat berat," ujar Marlon.

Warga Mentawai, Sumatera Barat, juga merasakan manfaat besar dengan adanya program BBM Satu Harga.

Warga Siberut bernama Hendra Sirebere mengatakan, harga BBM yang sudah turun membuat biaya hidup masyarakat berkurang.

Hal itu berbeda dengan sebelum program BBM Satu Harga berjalan. Hendra mengatakan, sebelumnya BBM bisa mencapai Rp 15 ribu per liter.

"Hal itu tentu saja sangat memberatkan karena juga berdampak pada harga kebutuhan pokok yang sangat tinggi," ujar Hendra. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BBM Satu Harga Berdampak Positif Terhadap Pendidikan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler