Bea Cukai Catatkan Kinerja Positif dalam Pemberian Insentif Kepabeanan dan Pengawasan

Senin, 01 Juli 2024 – 22:55 WIB
Bea Cukai mencatatkan kinerja positif dalam pemberian insentif kepabeanan dan pengawasan. Foto: Dokumentasi Humas Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kondisi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga Mei 2024 tetap terjaga di tengah tantangan ekonomi global yang belum menentu.

Kondisi perekonomian nasional juga terjaga stabil dengan inflasi yang terkendali serta konsumsi dan produksi yang berada pada level yang baik.

BACA JUGA: Kinerja Positif APBN Dukung Momentum Pemulihan Ekonomi Indonesia

Menkeu Sri Mulyani dalam paparannya menyampaikan, hingga Mei 2024 tercatat pendapatan negara mencapai nilai Rp 1.123,5 triliun atau 40,1 persen dari target APBN (turun 7,1 persen yoy), sedangkan belanja negara telah terealisasi sebesar Rp 1.145,3 triliun atau 34,4 persen dari pagu (naik 14 persen yoy).

Kondisi ini mengakibatkan terjadinya defisit APBN di angka Rp 21,8 triliun atau setara dengan 0,10 persen dari produk domestik bruto (PDB).

BACA JUGA: Sri Mulyani Beberkan Kabar Baik soal Kondisi APBN

Neraca perdagangan Indonesia justru menunjukkan surplus berturut-turut hingga bulan ke-49.

Data per Mei 2024 mencatatkan penurunan pertumbuhan impor sebesar 8,8 persen (yoy), sementara ekspor tumbuh sebesar 2,9 persen (yoy), yang tentunya memberikan sinyal positif bagi perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global.

BACA JUGA: Kinerja APBN Awal 2023 Capai Hasil Sangat Positif, Ada Kontribusi Bea Cukai

Terkait hal tersebut, Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai Encep Dudi Ginanjar menyampaikan penerimaan di bidang kepabeanan dan cukai juga mengalami sedikit hambatan.

Hingga Mei lalu penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai nilai Rp 109,1 triliun atau 34 persen dari target yang ditetapkan, tetapi nilai ini turun 7,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya dalam periode yang sama.

Menurut Encep, penurunan tersebut dipicu oleh penerimaan bea masuk dan cukai yang melambat.

Hingga akhir Mei lalu, tercatat realisasi bea masuk sebesar Rp 20,3 triliun atau 35,4 persen dari target (turun 0,5 persen yoy), bea keluar sebesar Rp 7,7 triliun atau 43,9 persen dari target (naik 49,6 persen yoy), dan cukai sebesar Rp 81,1 triliun atau 33 persen dari target (turun 12,6 persen yoy).

Encep mengungkapkan penurunan bea masuk dipengaruhi turunnya rata-rata tarif efektif dan penerimaan dari komoditas utama seperti gas alam, kendaraan roda empat, suku cadang kendaraan, dan besi atau baja lembaran.

Sedangkan penurunan cukai dipengaruhi oleh shifting produksi hasil tembakau (HT) golongan I ke golongan II dan III, serta kebijakan relaksasi penundaan pelunasan cukai.

"Namun penerimaan kepabeanan dan cukai masih ditopang sektor bea keluar yang tumbuh 49,6 persen, karena adanya dampak implementasi kebijakan relaksasi mineral,” jelas Encep.

Di sisi lain, kinerja fasilitasi dan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) hingga Mei 2024 menunjukkan hasil yang positif.

Kinerja fasilitasi, termasuk pemberian insentif kepabeanan tercatat sebesar Rp 13,8 triliun dengan kontribusi signifikan dari kawasan berikat yang mampu memberikan dampak ekonomi melalui ekspor senilai USD 37,6 miliar, investasi USD 12,3 miliar, dan penyerapan tenaga kerja mencapai 1,97 juta orang.

Sejalan dengan hal tersebut, kinerja pengawasan juga menunjukkan peningkatan jumlah penindakan, yaitu sebanyak 14.752 kasus, dengan fokus utama pada pengawasan komoditas seperti hasil tembakau, minuman mengandung etil alcohol (MMEA), NPP, obat, dan tekstil.

Menurut Encep, capaian positif ini tidak lepas dari kontribusi seluruh lapisan masyarakat dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.

"Kami mengucapkan terima kasih, besar harapan kerja keras bersama ini dapat berlanjut sehingga dapat mendukung kinerja APBN dan DJBC di tahun 2024 serta memperkuat fondasi ekonomi Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan global ke depan,” ucap Encep. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler