jpnn.com, JAKARTA - Bea Cukai memberikan asistensi ekspor kepada para pelaku usaha di Malang, Banten, dan Langsa untuk menggali potensi ekspor komoditas dalam negeri.
Asistensi ini sejalan dengan upaya Bea Cukai untuk mendorong program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
BACA JUGA: Ini Cara Bea Cukai Mencegah Penyalahgunaan Sisa Pita Cukai 2021
Kegiatan asistensi di Malang dilakukan dengan mengunjungi kelompok usaha petani melon yang terletak di Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang.
“Bea Cukai bersinergi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang untuk menggali potensi ekspor dan menyosialisasikan fasilitas kepabeanan dan cukai,” ungkap Hatta Wardhana, Kasubdit Humas dan Penyuluhan Bea Cukai.
BACA JUGA: Bea Cukai Magelang Gagalkan Pengiriman Tembakau Gorila via Jasa Ekspedisi
Saat ini, kendala utama yang dialami petani melon adalah ketersediaan bibit atau benih melon asal impor sehingga mengganggu proses tanam dan produksi melon ke pasaran baik domestik dan mancanegara.
Selain itu, dijajaki agar kelompok usaha tani ini dapat melakukan eksportasi menggunakan bendera sendiri melalui wadah unit bisnis koperasi.
BACA JUGA: Bea Cukai Jalin Sinergi dengan Pemda untuk Sukseskan Ekspor di Dua Daerah Ini
"Bea Cukai akan mendampingi melalui media klinik ekspor agar mereka dapat melaksanakan ekspor mandiri,” tambah Hatta.
Di Banten, Bea Cukai memberikan asistensi untuk PT GMP Multi Agro yang bekerja sama dengan pengusaha pengguna fasilitas pembebasan cukai etil alkohol PT Follow Me dalam rencana melakukan ekspor ke Inggris.
Dalam asistensi yang dilaksanakan pada Januari di Kanwil Bea Cukai Banten ini, dijelaskan persyaratan, prosedur, ketentuan, dan mekanisme tata laksana eskpor.
Rencana ekspor tersebut akan diteliti kembali mengingat perlu adanya penambahan etil alkohol dalam jumlah banyak dan membutuhkan penambahan jumlah pembebasan cukai.
“Rencana ekspor hand sanitizer ini merupakan bentuk dukungan negara Indonesia kepada negara lain yang tengah dilanda Covid-19. Harapannya, pengiriman hand sanitizer ini untuk menekan peningkatan kasus Omicron di Inggris,” ujar Hatta.
Sementara itu, di Langsa, Bea Cukai mengunjungi salah satu produsen budi daya vanili.
Kunjungan kali ini bertujuan menyaksikan dan mendengarkan secara langsung paparan dan rencana proyeksi ke depan yang disampaikan Amaluddin selaku pemilik budi daya vanili.
Lokasi budidaya vanili berada di Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, setiap pohon dapat menghasilkan vanili yang bisa dipanen sekitar 5 kg-10 kg per pohon.
Nilai jual sekitar Rp 200 ribu per 1 kilogram untuk jenis vanili basah dan Rp 5 juta-Rp 7 juta untuk jenis vanili kering mengilap.
Target pasar untuk hasil panen vanili tersebut masih mencakup wilayah di Indonesia, seperti Bali, Lombok, dan Medan.
Hasil panen vanili tersebut dibeli agen pembeli. Kegiatan budi daya ini tidak lepas dari bantuan Mitra Komunitas, yaitu Komunitas Petani Vanili Aceh Tamiang (KPVAT) yang saat ini telah terdapat 20 orang petani vanili.
Bea Cukai Langsa siap mengasistensi dan mendukung setiap pelaku usaha yang ingin mengeskpor produknya agar dapat bersaing di pasar internasional serta dapat mendukung pemerintah dalam merealisasikan program PEN. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi