SEBAGAI orang yang kalau di luar negeri saya sangat membangga-banggakan demokrasi di Indonesia, saya agak kecewa dengan larangan sepak bola selama masa pemilu legislatifKesannya, larangan itu seperti membenarkan bahwa sebenarnya Indonesia ternyata belum siap dengan demokrasi.
Larangan sepak bola itu, menurut pendapat saya, menjadi salah satu cacat demokrasi kita
BACA JUGA: Lawan-Lawan Obama yang Mulai Tumbuh (5-Habis)
Seolah-olah kita tidak bisa melakukan pemilu kalau masih ada sepak bolaBACA JUGA: Lawan-Lawan Obama yang Mulai Tumbuh (4)
Demokrasi dengan catatan.Saya yakin, penyebabnya adalah kurang gigihnya pengurus sepak bola dalam memperjuangkan dirinya
BACA JUGA: Lawan-Lawan Obama yang Mulai Tumbuh (3)
Mengapa kian lama justru kian ada masalah?Memang masalahnya, antara lain, juga ada di sepak bola sendiriPertama, sepak bola sudah sangat berbau politikPengurus sepak bola juga memanfaatkan sepak bola untuk kepentingan politiknyaPemilihan pengurus sepak bola memakai pertimbangan politik juga.
Kedua, kerusuhan-kerusuhan sepak bola tidak segera diatasi oleh masyarakat sepak bola sendiriTidak ada pemikiran yang mendasar untuk menyelesaikan persoalan itu.
Ketiga, tidak ada usulan yang baik kepada pihak keamanan agar pertandingan sepak bola tetap berjalan tanpa harus mengganggu jalannya pemilu.
Saya tidak tahu apakah organisasi sepak bola internasional membolehkan larangan bertanding oleh penyebab politik seperti ituSeharusnya organisasi sepak bola internasional juga ikut menekan pemerintah Indonesia untuk tidak mudah membatalkan jadwal kompetisi dengan alasan yang kurang masuk akalBisa saja pengurus sepak bola Indonesia minta tolong pengurus internasional untuk perjuangannya itu.
Tapi, ya sudahlahLarangan sudah keluarPengurus sepak bola sendiri juga sudah menerima larangan ituMaka, sudah nasib sepak bola untuk sulit diperjuangkan menjadi olahraga yang punya masa depan yang gemilangKalau jadwal kompetisi saja bisa diintervensi demikian jauhnya, bagaimana semangat untuk bersepak bola bisa terus berkembang?
Mengurus sebuah klub sepak bola tidak gampangBiayanya besar, tenaganya besar, dan tekanan batinnya juga dalamMolornya jadwal berarti juga menggelembungnya dana.
Di lain pihak, kalau kita ingin bisa dikatakan semakin dewasa, pemisahan politik dari kehidupan di luarnya harus semakin nyataKini, antara politik dan bisnis sudah kian terpisahPolitik dan tentara sudah terpisah jauhKok malah politik dan sepak bola masih berhubungan begitu kentalnya.
Maka, seruan yang harus lantang diteriakkan adalah: bebaskan sepak bola dari politik! (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lawan-Lawan Obama yang Mulai Tumbuh (2)
Redaktur : Tim Redaksi