jpnn.com - JAKARTA - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, selama tiga hari pasca aksi terorisme di kawasan Sarinah, Kamis lalu (14/1), pihaknya telah menangkap 12 orang yang diduga terkait dengan teror tersebut.
Salah satu di antara 12 orang itu dipastikan merupakan penerima dana secara langsung dari Bahrun Naim, sosok yang diyakini merupakan perancang dan penyandang dana 'kelompok teror Sarinah'. "Ini aktor yang cukup krusial dalam aksi teror Sarinah. Identitas 12 orang tidak bisa kami sebut,” ujarnya, seperti dikutip dari Jawa Pos, Minggu (17/1).
BACA JUGA: Polri Temukan Dua Lokasi Sasaran Baru Teroris
Apakah masih ada orang lain yang dikejar? Badrodin menuturkan bahwa semua itu masih dalam pengembangan. Yang pasti, bila masih ada yang terlibat dan masih bebas, tentu pengejaran dan penangkapan akan dilakukan. ”Semua yang terlibat harus ditangkap dan penegakan hukum dilakukan,” tegasnya.
Berapa kali transfer Bahrun Naim pada orang yang telah ditangkap? Badrodin mengungkap, Bahrun mentransfer beberapa kali pada orang yang ditangkap tersebut. Kiriman uang itu dilakukan secara bertahap dengan nominal antara Rp 40 juta hingga Rp 70 juta.
BACA JUGA: Jelang Gerhana Matahari, Pengamanan Wisatawan Diperketat
Salah satu pengiriman inilah yang digunakan untuk membiayai perakitan bom dan pengadaan senjata teror Sarinah. ”Saat ini transfer dana ini terus didalami,” papar jenderal berbintang empat tersebut.
Dia menerangkan, transfer dana tersebut sesuai keterangan pelaku yang ditangkap, sebagian besar akan digunakan untuk melakukan aksi teror. Sebagian kecil ditujukan untuk pengembangan sel-sel ISIS di Indonesia. ”Dari sini kekhawatirannya, tapi kami berupaya maksimal,” ujarnya.
BACA JUGA: Ini Jumlah Oknum yang Ditangkap Polisi Terkait Bom Sarinah
Selain itu, juga ditemukan barang bukti berupa sembilan pucuk senjata api jenis revolver dan FN. Lalu, ada enam magazin, lima ponsel dan satu sepeda motor. ”Bukti ini didapatkan dari 12 tersangka yang ditangkap di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur,” tuturnya.
Senjata-senjata itu telah diperiksa di Puslabfor dan hasilnya, senjata berasal dari luar negeri. Senjata berbagai jenis itu diselundupkan masuk ke Indonesia melewati berbagai jalur.”Ya bisa laut dan udara,” jelasnya.
Untuk hasil analisa bom yang meledak di Plaza Sarinah, ditemukan adanya kemiripan dengan bom di Polres Cirebon pada 2011. Hal itu berdasarkan kesamaan zat kimia yang digunakan, yakni Potasium Nitrat. Penggunaan paku dan serpihan besi yang ditujukan memperbesar dampak bom juga menguatkan kemiripan karakter bom.
”Dari karakter bom yang sama ini, maka bisa disimpulkan memang ada pelaku aksi Plasa Sarinah yang terhubung dengan pengeboman di Polres Cirebon. Semua itu telah dijadikan dasar untuk mengembangkan kasus,” tuturnya.
Mantan Wakapolri tersebut menjelaskan, kemungkinan besar kelompok yang mengebom Polres Cirebon itu kemudian bergabung dengan kelompok yang mengebom Plasa Sarinah. ”Ya ini ilmunya sama, maka bisa terhubung. Ya kolaborasi tadilah,” ujarnya. (idr/dim/byu/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenhub Siapkan Rp5,83 triliun untuk Bangun dan Kembangkan 15 Bandara
Redaktur : Tim Redaksi