Begini Analisis Peneliti Bencana ITS soal Gempa Malang

Minggu, 11 April 2021 – 16:43 WIB
ITS Surabaya. Foto: Istimewa - radarsurabaya

jpnn.com, SURABAYA - Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo menyebut gempa di Kabupaten Malang terjadi akibat adanya aktivitas zona subduksi.

Hal itu terbentuk akibat tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia yang terjadi sekitar 200 kilometer dari pantai selatan Jawa.

BACA JUGA: Sebanyak 1.189 Rumah Rusak Akibat Gempa Malang

"Akibat posisi tumbukan yang miring, maka sepanjang jalur tumbukan dua lempeng tersebut terjadilah gempa," kata Amien, Minggu (11/4).

Menurut dosen Departemen Teknik Geofisika ITS itu, kejadian tersebut hal yang lumrah mengingat letak geografis Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.

BACA JUGA: Pelni Larang Ceramah, Komunitas Sarjana Hukum Muslim Bereaksi, Simak Kalimatnya

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, gempa Malang yang tidak berpotensi tsunami ini terasa hingga di 17 kabupaten/kota di Jawa Timur.

Dilansir dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di 90 kilometer barat daya Kabupaten Malang dan berpusat di Laut Banda yang berada di lepas pantai dengan kedalaman 25 kilometer.

BACA JUGA: Pelni Larang Ceramah dan Copot Pejabatnya, Bang Saleh: Kesannya Ada Kesalahan Besar

"Titik gempa itu memang sudah lumrah menjadi penyebab terjadinya gempa di daerah sekitarnya," ucap Amien.

Dia menjelaskan tumbukan dua lempeng tersebut terus mengalami pergeseran yang kecepatannya mencapai tujuh sentimeter per tahun.

Pergeseran akan terus terjadi hingga ada bagian tumbukan yang pecah dan menimbulkan gempa.

"Jalur tumbukan ini berada dari daerah Banten hingga Banyuwangi," ungkap alumnus Universitas Gadjah Mada itu.

Beruntung gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Hal itu disebabkan pergeseran lapisan terjadi secara horizontal dan tidak menyebabkan gelombang tinggi air laut.

Amien berharap seluruh masyarakat Indonesia lebih waspada dan mengenali potensi-potensi bencana alam agar mampu meminimalisir korban jiwa.

"Indonesia terletak di daerah rawan bencana alam, maka masyarakat harus bisa mengenali ancaman-ancaman ini dan beradaptasi dengannya," ujar Amien Widodo. (mcr12/jpnn)


Redaktur & Reporter : Arry Saputra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler