jpnn.com, JAKARTA - Psikolog Seto Mulyadi mengatakan seorang anak-anak kecanduan smartphone terjadi pada saat pandemi Covid-19.
Pasalnya, anak-anak saat itu tidak bisa pergi ke sekolah dan belajar menggunakan HP karena pandemi.
BACA JUGA: Asyik Memasak Sambil Main HP, Ajeng Wahyuni Tewas Tersambar Petir, Innalillahi
Namun sayangnya, HP tersebut tak hanya dipakai untuk belajar karena dianggap kurang menyenangkan.
Akhirnya, sang anak mengeksplor sendiri penggunaan gawai itu untuk mengakses situs-situs lainnya.
"Sekarang terbalik anak-anak tidak boleh ke sekolah, harus pegang gadget. Karena mula-mula untuk belajar. Setelah itu mungkin belajar kurang menyenangkan, kenapa enggak keterusan saja bisa mengakses ke berbagai situs yang kadang negatif atau berbahaya," ujar pria yang akrab disapa Seto itu.
BACA JUGA: Vivo Bakal Kedatangan HP 5G Baru Pekan Depan, Spesifikasi Tak Main-Main
Kak Seto menyarankan agar terhindar dari kecanduang HP.
Dia mengatakan agar orang tua bisa mendekatkan diri menjadi sahabat anak.
BACA JUGA: Asyik Main Gim Sambil Mengecas Hp, Kadrie Tiba-Tiba Kejang, Innalillahi
Dengan demikian, anak pun akan merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan orang tuanya.
Sebaliknya, jika orang tua hanya melarang anak untuk bermain gadget, tetapi tetap sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Hal tersebut akan membuat anak merasa frustasi atau bahkan menyebabkan melakukan hal yang negatif.
"Jadi, marilah mulai diubah gaya mendidik orang tua. Mulai banyak berdialog dengan anak, bermain bersama, dan sebagainya," kata Kak Seto.
Menurut dia, orang tua jangan mengambil HP anak kemudian melarangnya untuk bermain.
Dengan perlakukan tersebut membuat anak menjadi sakit hari dan bisa menyebabkan frustasi.
"Itu anak akan sakit hati sekali dan frustasi sekali. Malah salah-salah bisa melakukan tindakan yang nekat mungkin. Jadi, tetap dengan cara ramah anak dan memposisikan ayah bunda itu adalah sahabat anak," saran Kak Seto. (Antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lagi Santai Main HP, Putri Tiba-Tiba Ditarik Paksa Bapaknya ke Kamar Mandi, Terjadilah
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian