jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan berbagai upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekspor.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi dalam sosialisasi Program Good Design Indonesia (GDI) ke-6 dengan tema “Gateway towards Global Markets”, secara hibrida, Rabu (1/3).
BACA JUGA: Bea Cukai Permudah Layanan Satu Pintu dan Dukung Ekspor Produk UMKM
Didi berharap program Good Design Indonesia (GDI) menjadi salah satu upaya dalam menjaga momentum peningkatan ekspor dan mampu mentransformasi produk ekspor Indonesia.
“Perhelatan GDI 2022 digelar untuk menjaga momentum peningkatan ekspor Indonesia dan menggerakkan sektor ekonomi perdagangan di masa pandemi,” tegas Didi.
BACA JUGA: Bersama Kang Emil, IPB dan Astra Melepas Ekspor Kopi Cikajang
Didi mengatakan banyak tantangan dihadapi agar sektor ekonomi dan perdagangan terus tumbuh.
Oleh karena itu, GDI menjadi bentuk apresiasi kepada desainer dan pelaku usaha berpotensi ekspor, sekaligus inisiatif mengkurasi barang dan jasa bernilai tambah
BACA JUGA: Ini Cara Kemendag Meningkatkan Ekspor Nonmigas di Masa Pandemi
"Kami yakin akan memiliki nilai komersial baik di pasar lokal maupun global,” ungkap Didi.
Sebagai upaya membuka peluang pasar global yang semakin besar bagi pelaku industri manufaktur bernilai tambah, ajang GDI 2022 membuka pendaftaran bagi 17 kategori produk dan jasa yang memiliki nilai komersial tinggi di pasar domestik dan internasional.
Di antara kategori tersebut, yakni produk elektronik, perlengkapan rumah tangga, peralatan berkebun dan kendaraan.
Didi mengatakan hal tersebut sejalan dengan permintaan pasar dunia yang mayoritasnya berupa produk-produk manufaktur berteknologi tinggi termasuk produk elektronik (HS 85) dengan pangsa pasar sebesar 16,7 persen.
Sementara itu, produk mesin atau peralatan (HS 84) dan otomotif (HS 87) masing-masing memperoleh pangsa 12,2 dan 7,3 persen.
“Ajang GDI diharapkan memotivasi desainer dan pelaku usaha untuk terus berinovasi menciptakan produk dan jasa kreatif dan solutif, khususnya bagi masyarakat urban,” kata Didi.
Didi mengungkapkan bahwa struktur pasar ekspor Indonesia yang selama ini didominasi komoditas primer berupa barang mentah dan setengah jadi kini telah bertransformasi.
Hal tersebut ditandai oleh meningkatnya pangsa pasar produk manufaktur bernilai tambah sebesar USD 110,74 miliar.
Pada 2021, kata Didi, Indonesia tidak hanya berhasil meraup nilai transaksi ekspor tertinggi sepanjang sejarah ekonomi Indonesia yang tercatat sebesar USD 231,54 miliar.
Struktur pasar ekspor yang semula didominasi komoditas primer juga bertransformasi dengan bertambahnya pangsa bagi produk-produk olahan bernilai tambah hingga 47,83 persen dari total ekspor.
Secara komprehensif, Kemendag berupaya mempertahankan momentum peningkatan ekspor di 2021.
Sejumlah langkah strategis pun ditempuh, seperti memfokuskan kembali ekspor dari produk primer ke produk industri atau olahan bernilai tambah, mendiversifikasi produk ekspor, dan menjalin perjanjian perdagangan dengan negara mitra dagang baru. (mcr28/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Wenti Ayu