jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman yakin bisa mengantisipasi potensi kekeringan yang melanda beberapa wilayah di Indonesia saat ini khususnya pada bulan Juli - September.
Tiga tahun belakangan ini Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai upaya dengan membuat program jangka panjang dan jangka pendek.
BACA JUGA: Ini Persiapan Kementan Jelang Iduladha 1438 H
Untuk jangka pendek dengan membuat sumur pantek dan pompanisasi air sungai di wilayah potensial, penyediaan benih unggul tahan kekeringan, pongaturan pola tanam, dan minimalisir risiko kekeringan.
Kemudian penyediaan asuransi usaha tani dan menggenjot pertanaman di lahan rawa, lebak, pasang surut.
BACA JUGA: Penting Menyediakan Daging Kurban Yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal
Sedangkan jangka panjang melalui program perbaikan irigasi, bantuan alsintan, pembangunan embung, pengembangan tata air mikro di lahan rawa dan pasang-surut, dan bantuan benih tahan kekeringan untuk mengantisipasi potensi kekeringan dan menghindari penurunan hasil produksi petani.
Untuk menjamin ketersediaan air irigasi, Kementan bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terkait pembangunan bendungan, DAM, jaringan irigasi primer dan sekunder serta melakukan normalisasi sungai, serta pembangunan irigasi tersier 3,0 juta hektar.
BACA JUGA: Produksi Kelapa Sawit Sumbang Sumber Devisa Rp 239 triliun
Sementara itu untuk penyediaan air irigasi secara berkelanjutan Kementan juga turut bekerjasama dengan Kementerian Desa dan PDT dalam pembangunan embung di seluruh Indonesia.
Tahun ini, pemerintah menargetkan akan membangun minimal 11.000 embung dari total 30.000 embung dengan jangkauan 1,5 juta ha hingga 2 juta ha.
Bahkan untuk mendukung ketersediaan air pada lahan pertanian, Amran telah menyiapkan puluhan ribu pompa air untuk pengairan sawah seluruh Indonesia
“Sumber air ini nantinya dapat meningkatkan jumlah produksi lahan 2 kali lipat, artinya nanti pada bulan November, Desember, Januari tidak ada paceklik, “ jelas Mentan saat berada di Kompleks Istana Negara, kemarin.
Pengaturan pola tanam dengan sistem percepatan tanam juga dilakukan melalui optimalisasi penggunaan alat mesin pertanian yang dibagikan secara gratis oleh Mentan sehingga saat musim kemarau tiba akan dapat dilewati karena stok pangan yang telah tercukupi.
Secara terpisah Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Yanuardi mengatakan Kementan telah mengantisipasi musim kemarau melalui beberapa upaya.
Di antaranya menyebarluaskan informasi Prakiraan Iklim Musim Kemarau Tahun 2017 dan Peningkatan kewaspadaan terhadap kekeringan kepada seluruh gubernur dan dinas provinsi terkait, melakukan budidaya pertanaman sesuai iklim dan kondisi setempat melakukan penanaman menggunakan varietas padi tahan/toleran kekeringan dan berumur, melakukan budidaya tanaman hemat air/SRI serta melakukan pemantauan langsung secara intensif.
Menurut data Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan tercatat luas kekeringan pada pertanaman padi Musim Kemarau 2017 (periode April – Agustus) hanya 5.379 ha.
"Jumlah ini hanya 0,11% dari total keseluruhan areal tanam pada periode yang sama 4.869.051 ha" papar Yanuardi
Upaya lain terkait antisipasi musim kemarau, Kementan mulai tahun 2016 memberikan jaminan asuransi terhadap petani melalui Program Asuransi Usaha Tani (AUT).
Jika terjadi gagal panen atau puso baik akibat serangan Organisme Pengganggu Tanaman, banjir maupun kekeringan petani mendapatkan ganti rugi Rp. 6 juta per ha.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan: Insyaallah Tidak Ada Paceklik
Redaktur & Reporter : Natalia