Begini Cara Selamatkan Pasien Serangan Jantung Saat Darurat

Senin, 06 Juni 2016 – 13:45 WIB
Cara menyelamatkan pasien serangan jantung. Foto: Jawa Pos

Saat ini kasus kematian karena serangan jantung dan stroke begitu tinggi. Padahal, dengan pertolongan dasar, nyawa mereka bisa tertolong. Karena itu, 320 warga Surabaya mengikuti pelatihan basic life support (BLS) di lantai I Grand City Mall kemarin (5/6).

Kegiatan bertajuk Save a Life itu digelar Departemen Anestesiologi dan Reanimasi RSUD dr Soetomo-FK Unair, IDI Surabaya, Perkumpulan Masyarakat dan Pengusaha Indonesia Tionghoa (Permit) Jatim, serta tabloid Nyata (Jawa Pos Group).

''Time saving is life saving,'' ujar Prof Eddy Rahardjo SpAn KIC.

Menurut dia, setiap menit sangat berharga bagi korban gawat darurat. Selama ini, seseorang yang mendadak jatuh dengan kondisi tidak bernapas bukan berarti sudah meninggal.

Ada pula yang tubuhnya sudah membiru dan dingin. Itu adalah fase mati suri. Lamanya 5-10 menit setelah kejadian. Jika dalam jangka waktu itu ditolong dengan BLS, seseorang bisa hidup lagi.

Supaya benar-benar mempraktikkan cara pertolongan yang benar, puluhan boneka digunakan dalam pelatihan. Jumlahnya 32 buah. Satu boneka digunakan untuk satu grup yang berisi sepuluh orang. Setiap grup didampingi seorang dokter. Mereka bergantian mencoba melakukan pijat jantung.

''Pijatan 2-3 menit awal memberikan peluang 50 persen hidup kembali,'' ucap Eddy. Dia mengungkapkan, pijat yang dimaksud adalah 30 kali tekanan kuat di tengah tulang dada. Setelah 30 kali pijatan, korban diberi dua kali pernapasan buatan. ''Usahakan selama pemijatan, kaki korban diangkat lebih tinggi dari dada,'' imbuhnya.

Lama pemijatan untuk BLS tidak terbatas. Tujuannya, sampai korban bernapas lagi. Di luar negeri, ada yang melakukan pijat jantung sampai sembilan jam. Tindakan itu bisa dilakukan untuk semua penyakit yang mengakibatkan korban tidak bernapas. Misalnya, serangan jantung, stroke, alergi berat, tersedak, tenggelam, dan tersengat listrik.

Dokter berusia 68 tahun itu menyebutkan, tidak perlu ragu menolong korban. Sebab, setiap menit keterlambatan, kesempatan berhasil bisa turun 10 persen. ''Terlambat 10 menit, habis kesempatan untuk menyelamatkan. Jika 30 menit, sayonara. Makanya, kalau lihat ada yang kritis, tidak perlu pikir panjang. Langsung pijat saja,'' tegasnya.

Selain itu, selama memberikan pertolongan, sebaiknya tetap menghubungi ambulans. Bisa juga memanfaatkan automatic external defibrillator (AED). Yakni, alat kejut jantung yang biasanya tersedia di lokasi publik seperti bandara. Peranti itu bisa bersuara dan tinggal mengikuti arahan pemakaiannya.
(nir/c5/fat)

BACA JUGA: Belum Ada Perpres, Pembangunan Bandara Internasional Jalan Terus

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penghasilan Muncikari Lewat Medsos Banyak Juga Ya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler