Begini Cara WN Tiongkok Penjahat Siber Sewa Rumah di Bali

Kamis, 03 Mei 2018 – 13:03 WIB
Rumah milik Hendrik Pardede di Perumahan Mutiara Abianbase, Mengwi, Badung yang menjadi tempat puluhan WN Tiongkok melakukan aksi kejahatan siber. Foto: Maulana Sandijaya/Radar Bali

jpnn.com, BADUNG - Penggerebekan terhadap 44 orang warga negara (WN) Tiongkok di sebuah rumah di Perumahan Mutiara Abianbase No 1, Banjar Semate, Kelurahan Abianbase, Mengwi, Kabupaten Badung oleh Polda Bali, Selasa (1/5) tidak hanya mengegerkan masyarakat. Pemilik rumah yang bernama Hendrik Pardede pun terkejut.

Pria 55 tahun itu mengaku baru mendapat informasi soal rumahnya yang telah dijadikan tempat kejahatan siber lintas negara sehari setelah penggerebekan. Hendrik mengaku dihubungi oleh kelian atau kepala banjar tempat rumahnya berada.

BACA JUGA: Polisi Tangkap Dua WN Tiongkok Lagi

“Pak kelian telepon saya, bilang kalau rumah saya digerebek polisi dan kuncinya dibawa polisi,” ujar Hendrik kepada Jawa Pos Radar Bali.

Hendrik lantas bercerita soal rumahnya yang jadi lokasi kejahatan. Pria asal Sumatera Utara itu mengaku sudah dua tahun lebih tidak menempati rumahnya di Perumahan Mutiara Abianbase lantaran pindah ke kawasan Kuta.

BACA JUGA: LIhat Nih, WN Tiongkok Penjahat Siber Mau Kabur Lewat Atap

Baca juga: Cara Ratusan WN Tiongkok Menyusup ke Bali demi Jadi Penjahat

Hendrik memilih mengikuti istrinya yang bekerja di Kuta. Karena itu, dia mengiklankan rumahnya untuk dijual atau dikontrakkan pada sebuah agen properti.

BACA JUGA: WN Tiongkok Penjahat Siber Beroperasi di Bekas Rumah Ibadah

Pada Oktober 2017, kata Hendrik, ada seorang laki-laki berniat mengontrak rumahnya. Pria yang mengaku dari Surabaya itu mencari mengaku sedang mencari rumah di daerah yang tenang untuk istrinya yang sedang hamil.

Hendrik pun tak menaruh rasa curiga. Lelaki pengontrak rumahnya juga terlihat muda.

Namun, Hendrik sempat curiga lantaran rumahnya terlalu besar untuk ditempati berdua. Rumahnya berlantai dua berdiri di atas lahan seluas 14 are.

“Saya juga heran, kalau cuma berdua suami istri harusnya mengontrak rumah yang lebih kecil. Tapi, lelaki itu bilang istrinya hamil butuh suasana tenang,” paparnya.

Meski sempat curiga, Pardede tetap berprasangka baik. Selanjutnya, Hendrik mengontrakkan rumahnya selama setahun dengan harga Rp 170 juta.

Pengontrak rumah langsung membayar lunas uang kontrakan. Hendrik menyarankan kepada lelaki pengontrak rumahnya agar sering bersih-bersih karena sering ada ular.

Baca juga: Lihat Nih, WN Tiongkok Penjahat Siber Mau Kabur Lewat Atap

Apalagi, lelaki itu mengaku membawa istri yang sedang hamil. “Laki-laki itu datang, harga cocok saya tidak masalah karena saya juga butuh uang untuk bayar listrik, air dan perawatan. Asal bayar ya sudah,” tuturnya.

Sebelumnya, Hendrik sudah sepuluh tahun lebih tinggal di rumah tersebut. Dia merupakan developer yang mengembangkan Perumahan Mutiara Abianbase pada 1996/1997.

“Istri saya kerja di Kuta, dulu dari Abianbase ke Kuta kan lancar. Sekarang sudah macet. Makanya biar dekat kami pindah,” tukasnya.

Kini, rumah Hendri telah dipasangi garis polisi. Dia hanya bisa menunggu sampai garis polisi dilepas.

Hendrik juga tak merasa waswas terhadap rumahnya yang sedang disegel oleh polisi. Sebab, dia hanya berniat mengontrakkan rumah yang kosong tanpa tahu tindak kejahatan yang dilakukan penyewanya.(rb/san/mus/mus/JPR)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 103 WN Tiongkok Jadi Penjahat Siber di Bali, Modusnya Begini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler