Begini Cerita Megawati Menjadi Juri Zayed Award dan Berdialog dengan Paus Fransiskus

Kamis, 18 Januari 2024 – 23:06 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati dalam perayaan Natal yang digelar PDIP dan Relawan Damai Sejahtera for Ganjar-Mahfud (Reds) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (18/1). Foto: DPP PDIP

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menceritakan tentang perjalanan terakhirnya ke Vatikan dan bertemu Paus Fransiskus dalam rangka penentuan pemenang Zayed Award for Human Fraternity (ZAHF 2024).

Hal itu disampaikan Megawati dalam perayaan Natal yang digelar PDIP dan Relawan Damai Sejahtera for Ganjar-Mahfud (Reds).

BACA JUGA: Megawati dan Elite PDIP Berkumpul Peringati Natal di Kemayoran

Mulanya, presiden kelima RI ini mengungkapkan refleksi soal bagaimana cobaan untuk manusia dan keteguhan untuk selalu memegang jalan kebenaran.

Di dalam khotbah di perayaan Natal tersebut, Pendeta Gilbert sebelumnya membeberkan butir-butir refleksi tentang jalan kebenaran yang harus teguh dipegang. Sementara Megawati memberi gambaran bagaimana tema jalan kebenaran memang mendapatkan kontekstualisasinya di tahun pemilu ini.

BACA JUGA: Anies Hormati Megawati dan PDIP yang Tolak 3 Periode Jokowi

Megawati, di dalam pidatonya di acara itu, mengawali dengan cerita tentang perjalanan terakhirnya ke Vatikan, mengaku sebelumnya tak membayangkan bisa bertemu pemimpin Katolik tertinggi tersebut.

“Padahal semua tahu saya beragama Islam. Perempuan lagi. Itu peristiwa luar biasa. Tetapi itu terjadi karena saya terpilih menjadi salah satu juri yang dipilih Paus dan Imam Besar Mesjid Al Azhar,” kata Megawati dalam acara di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis (18/1) malam.

BACA JUGA: Pengamat Membedah Pidato Megawati, Sarat Pencerahan & Pendidikan

Ternyata, Imam Besar Mesjid Al Azhar dan Paus Fransiskus menyimak laporan tentang Megawati yang selalu menyatakan kebenaran bagi kepentingan umat manusia.

Masih berkaitan dengan itu, di dalam perayaan HUT PDIP tahun ini, Megawati memilih tema “Satyam Eva Jayate”, bahasa Sansekerta yang berarti “Kebenaran Pasti Menang”.

“Itu bukan kata-kata saya. Itu adalah ketika abad ke-13, Raden Wijaya sepertinya dibuat sengsara. Dan ada Mpu yang mengatakan, jangan takut dan jangan lemah, beranilah, jujurlah, kemenangan selalu ada, kebenaran selalu ada, dan pasti menang,” urainya.

Baginya, prinsip ini sangat penting untuk jadi pegangan. Seperti diajarkan semua agama apa pun, manusia pasti selalu akan diberi cobaan. Dan jalan kebenaran harus selalu menjadi pegangan, jangan takut membela kebenaran.

“Sebagai manusia selalu kita diberi cobaan. Itu semua agama mengajarkan begitu. Kita akan selalu dicoba untuk apakah menjadi orang baik, atau orang tidak baik,” ujarnya.

Dia juga menyampaikan kekuasaan itu enak. Namun, apabila waktunya berhenti, maka seharusnya tidak memaksakan diri.

"Jangan malah lupa daratan. Itu cobaan, jangan lupa. Manusia selalu dicoba," katanya.

Dia memaparkan di Islam itu ada dua malaikat, pencatat kebaikan dan keburukan manusia.

Menjelang pemilu 2024, Megawati mengajak seluruh rakyat Indonesia bahwa pemilu itu adalah untuk rakyat sendiri. Rakyat harus berani memperjuangkan yang benar.

“Saya pikir, untuk memberi sebuah jalan penerangan kepada seluruh rakyat Indonesia, pemilu ini sebenarnya untuk anda, bukan siapa-siapa, bahwa hak anda lah menentukan siapa yang jadi pemimpin akan datang.”

Dia menegaskan hak rakyat untuk menang. Karena itu, dia meminta rakyat hangan takut kepada intimidasi.

"Jangan takut kepada kekuasaan, karena kekuasaan tidak langgeng, yang langgeng adalah Allah SWT. Ingat,” tegas Megawati. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Halili: Pernyataan Megawati Sangat Relevan, Kondisi Demokrasi Indonesia Mengkhawatirkan


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler