jpnn.com, JAKARTA - Perkumpulan Jaga Pemilu meluncurkan platform jagapemilu.com di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (5/1/24).
Platform jagapemilu.com ini dibuat untuk mengajak masyarakat mengawal proses demokrasi yang jujur, adil, dan transparan.
BACA JUGA: TNI dan Polri di Kuansing Bersinergi Ciptakan Suasana Damai Menjelang Pemilu 2024
Peluncuran platform ini dihadiri sejumlah tokoh seperti mantan Komisioner KPK Erry Riyana Hardjapamekas, mantan Wakil Koordinator BP ICW Luky Djani, Guru Besar Antropologi Hukum Universitas Indonesia Profesor Dr. Sulistyowati Irianto, Ahli Hukum Tata Negara Bivitri Susanti, Pendiri Gusdurian Alissa Wahid.
Hadir juga Sisiolog Fisip UI Meuthia Ganie, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio, mantan Ketua Bawaslu RI Abhan, mantan Komisioner KPU RI Hadar Nafis Gumay, dan Pemerhati Pemilu Bersih Eddy Wijaya.
BACA JUGA: Aktivis Berharap Proses Pemilu 2024 Berjalan dengan Demokratis
Eddy Wijaya menyambut positif peluncuran platform digital jagapemilu.com ini.
Menurut dia, ini merupakan hal yang baik untuk mengawal supaya Pemilu ini bisa berlangsung secara jujur adil dan juga netral.
BACA JUGA: Qodari: Peluang Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024 Satu Putaran Capai 70 Persen
“Dengan demikian, proses perjalanan Pemilu ini bisa aman dan kondusif. Itu yang paling penting,” kata Eddy seusai acara peluncuran platform tersebut.
Meski demikian, Eddy mengimbau kepada Perkumpulan Jaga Pemilu ini supaya memverifikasi secara ketat sukarelawannya. Jangan sampai ada yang berasal dari pihak-pihak tertentu yang justru ingin melakukan kecurangan.
“Nah, supaya bisa berjalan dengan netral, tentunya semua orang yang ikut menjadi sukarelawan harus diverifikasi dengan benar. Termasuk nantinya dapat menyaring dengan benar jika ada laporan dan bukti kecurangan yang di-upload ke website jagapemilu.com,” ujarn Eddy.
Jika relawannya tidak netral, kata Eddy, bisa saja laporan yang dibuat tidak sesuai dengan kenyataan atau direkayasa.
“Sehingga menyudutkan salah satu Paslon atau peserta Pemilu lainnya,” katanya.
Menurut Eddy, pengawasan dari masyarakat itu jauh lebih penting. Pasalnya, jumlah personel dari pihak penyelenggara Pemilu sangat terbatas.
“Saya optimistis keberadaan platform ini dapat mendorong Pemilu berjalan dengan jujur dan adil,” ungkap Eddy.
Adapun potensi kecurangan dan pelanggaran Pemilu yang besar, Eddy menilai semua pasti berujung ke persoalan perolehan suara.
“Nah, ini yang selalu menimbulkan permasalahan, yaitu salah satunya konflik horizontal antarpendukung,” ujar Eddy.
Untuk meminimalisasi konflik, Eddy menyarankan masing-masing paslon ataupun pihak yang berkontestasi meminta pendukungnya agar tenang dan tidak anarkistis.“
Semua Paslon harus mengimbau pemilih dengan cara yang positif. Tidak sebaliknya melakukan black campaign atau menjelek-jelekkan paslon lain.
“Nah, apapun hasilnya, siapa pun Paslon yang menang, itu harus diterima dengan legawo,” ujar Eddy.
“Termasuk partai pengusungnya, ketua umumnya juga harus menyampaikan kepada masyarakat pendukungnya supaya jangan terlalu fanatik. Jangan sampai terjadi kekerasan, dan nanti siapa pun yang menang harus legawa,” ujar Eddy lagi.
Eddy pun mengingatkan kembali pada pengalaman Pemilu sebelumnya pendukung Presiden Joko Widodo dan pendukung Prabowo Subianto terlalu fanatik.
“Sampai ada yang pisah ranjang, berantem dengan sanak saudara, teman juga jadi musuh, tetapi ujung-ujungnya Pak Prabowo jadi menterinya Pak Jokowi. Mereka bersatu kembali. Sementara masyarakat yang bertikai tidak kunjung berbaikan,” pungkas Eddy.(fri/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari