jpnn.com - JAKARTA - Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Suprasetyo mengatakan, maskapai penerbangan di Indonesia sejauh ini masih bisa bertahan di tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menyentuh Rp14.680.
Menguatnya dolar sejauh ini juga belum berdampak pada tingginya harga tiket pesawat. Suprasetyo yakin, maskapai lebih memilih mengejar tingkat keterisian dibanding harus menaikkan harga tiket. Strategi itu sejauh ini dirasa ampuh untuk bertahan di tengah dolar yang makin menguat.
BACA JUGA: Jangan Tertawa Bos! Sudah 100 Ribu Buruh Kena PHK
"Itung-itungan bisnis mereka kalau okupansi di atas 60 persen. Itu akan lebih baik dibanding naikkan harga, tapi load faktor kecil yang penting penuh, harga nggak dinaikkan. Daripada dinaikkan harganya tapi penumpang nggak sampai 50 persen malah merugikan mereka," beber Suprasetyo di Jakarta, Rabu (30/9).
Lantas, kalau harga tiket masih lebih rendah dari batas atas, apa maskapai nggak rugi? "Mereka ngejar di load factor. Nggak rugi, masih bisa tertutupi. Fuel kan juga belum naik," imbuhnya.
BACA JUGA: Penyelenggaraan Sistem Tabungan Perumahan Rakyat Sudah Mendesak
Meski demikian, Suprasetyo memastikan pihaknya terus memantau perkembangan para maskapai di tanah air di tengah dolar yang makin kuat. (chi/jpnn)
BACA JUGA: Pertamina Kurangi Impor Premium 30 Persen, Kenapa Bu?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Loyo Pengaruhi Operasional Penerbangan, Begini Komentar Menteri Jonan
Redaktur : Tim Redaksi