Begini Jadinya Bila Anda Jualan Cilok Pakai Peci, Jas, Dasi, dan Pantofel

Senin, 02 Agustus 2021 – 10:40 WIB
Lutfi Ramli, pedagang Cilok Pejabat yang sedang jadi perbincangan. Foto: TONI/LOMBOK POST

jpnn.com, MATARAM - Mendadak pedagang cilok yang satu ini jadi buah bibir. Dialah Lutfi Ramli, biasa mangkal di Jalan Airlangga, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Idenya yang sederhana membuatnya menjadi perbincangan semua orang. Tak hanya di seputar Mataram, tetapi antarkota hingga antarprovinsi.

BACA JUGA: Penjual Cilok di Sidoarjo Kena Pungli, Begini Pengakuannya

Selain berdagang cilok, Lutfi juga Kepala Lingkungan Karang Kateng Kelurahan Punia. Namun, bukan gara-gara itu dia menjadi viral.

Lutfi Ramli tengah memegang handphone saat didatangi awak Lombok Post di pangkalannya, Sabtu (31/7) lalu.

BACA JUGA: Ahmad Dhani Ajak Mulan Jualan Cilok

Lutfi terlihat tak sendirian. Ia ditemani istrinya berjualan.

Salah satu pelanggan datang, ia seketika melepas telepon genggamnya langsung melayani pelanggan.

BACA JUGA: Sandiaga Uno Ajak Anak Muda Kembangkan Ekonomi Syariah

"Ciloknya Rp 10 ribu," ujar salah satu pembeli.

Lutfi pun melayani pelanggannya dengan ramah dan penuh senyum.

Eka, salah satu pelanggan cilok buatan Lutfi mengaku sudah berlangganan lama.

Bukan karena penjual cilok tersebut kini sedang ramai diperbincangkan. “Ciloknya memang enak, makanya saya suka,” kata Eka.

Lutfi mengaku, jualannya sudah sepekan terakhir ini memang laku keras. Cilok Pejabat. Begitu biasa dagangannya dikenal orang.

Lutfi kebanjiran pesanan dari pelanggan. Semenjak ia memutuskan berjualan setiap hari dengan menggunakan setelan jas layaknya seorang pejabat. Beberapa instansi bahkan sampai memesan khusus agar ia datang.

Menggunakan peci hitam, jas, dasi, celana kain hitam serta sepatu pantofel membuatnya terlihat rapi.

Berbeda dari pedagang cilok pada umumnya. “Sudah delapan hari saya mengenakan setelan jas ini,” ucapnya.

Lutfi mulai berjualan cilok sejak 2014. Namun, ia memilih menggunakan jas setelah mendapat saran salah satu kakaknya.

Ya, kakaknya yang memiliki salon menyarankannya agar menggunakan pakaian layaknya pejabat untuk berjualan.

“Dia menyarankan saya begitu karena kebetulan saya juga memang ada jabatan jadi Kepala Lingkungan,” tutur anak bungsu dari enam bersaudara ini.

Dua hari pertama, ia mengaku merasa sempat malu dan minder.

Terlebih setelan jas yang ia kenakan harganya cukup murah. Sepatu pantofel ia beli dengan harga Rp 70 ribu. Jas yang ia kenakan itu pun pemberian seseorang.

“Makanya kakak saya yang pertama cukup keras menolak. Istri juga mengaku sempat malu melihat saya jualan pakai jas,” ujarnya.

Namun, ia berupaya menjelaskan, pilihannya menggunakan jas hanyalah salah satu strategi pemasaran.

Tujuannya untuk mencari nafkah bagi keluarga.

Benar saja, setelah tiga hari menggunakan jas untuk berjualan, dagangannya laku keras.

Ia yang semula bisa berjualan per hari Rp 300-500 ribu ternyata mendapatkan hasil yang berlipat.

“Bisa sampai Rp 1 juta per hari jualannya. Kalau dulu hanya buat dua kilogram, sekarang bisa sampai empat kilogram,” ujar ayah satu anak tersebut.

Lutfi pun kemudian makin dikenal semenjak viral di media sosial.

Alumni SMKN 5 Mataram yang pernah menjadi anggota Paskibra Kota Mataram tersebut akhirnya mendapat dukungan kakak dan istrinya yang semula meragukan keputusannya.

“Bahkan karena sudah viral, Pak Sandiaga Uno mau video conference dengan saya. Kebetulan dihubungkan oleh Pak Taufan Rahmadi,” ungkap pria yang dulu sempat jadi staf Kantor BPBD NTB itu.

“Alhamdulillah, dari yang awalnya sempat malu justru sekarang merasa percaya diri,” katanya. (hamdaniwathoni/r3)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler