jpnn.com - KUANSING - Pembuatan jalur atau kano, atau sampan yang digunakan masyarakat Kabupaten Kuansing, Riau untuk Pacu Jalur ternyata tidak mudah. Banyak ritual untuk membuat satu jalur.
Kepala Dinas Pariwisata Riau Roni Rakhmat mengatakan bahwa pembuatan satu jalur yang dimiliki oleh masyarakat Kuansing harus melalui beberapa ritual penting.
BACA JUGA: Festival Pacu Jalur di Kuansing Dibuka, 193 Perahu Adu Cepat di Arena
Mulai dari Maelo Jalur, satu di antara budaya Pacu Jalur.
"Kegiatan ini merupakan sebuah tradisi menarik kayu gelondongan dari hutan ke desa,” kata Roni kepada JPNN.com Kamis (24/8).
BACA JUGA: Sebegini Tarif Parkir Resmi Festival Pacu Jalur di Kuansing
Dahulu kala, jalur atau kayu gelondongan itu ditarik beramai-ramai oleh masyarakat setempat. Mereka menggunakan rotan yang diikatkan di sebuah kayu bulat jenis kempas.
“Kayu yang dipilih bukan kayu sembarangan, harus dicari di tengah hutan melalui prosesi magis oleh sang pawang,” ujar Roni.
BACA JUGA: 338 Personel Polri Dikerahkan ke Lokasi Event Pacu Jalur Kuansing
Ukuran kayu yang akan ditebang berdiameter 60-80 cm dengan panjang 30–50 meter. Tujuannya agar nantinya bisa ditumpangi 40 hingga 60 pedayung Pacu Jalur.
“Sebelum kayu jalur ditebang, masyarakat menggelar doa bersama atau syukuran,” tutur Roni.
Hal itu dilakukan agar ketika pohon ditebang bisa terhindar dari roh jahat. Prosesi olah batin yang mengandung unsur magis juga dilakukan oleh pawang atau dukun.
Setelah prosesi menarik jalur selesai, selanjutnya kayu bulat itu dibuat jalur (perahu atau sampan).
“Biasanya dilakukan oleh satu orang ahli didampingi 5 orang asisten. Proses pembuatannya bisa menghabiskan waktu satu hingga dua bulan,” tutur Roni.
Biaya pembuatan satu jalur bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Kemudian setelah Maelo Jalur, seluruh warga kampung tadi makan bersama di lokasi yang tidak jauh dari tempat prosesi.
“Biasanya di bawah pohon rindang. Santapan yang dihidangkan adalah konji borayak (bubur khas Kuansing) yang dibungkus dengan daun pisang,” kata Roni.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran Dispar Riau, Beni Febrianto menuturkan, dalam prosesi Maelo Jalur biasanya harus melalui musyawarah desa.
Ada beberapa aturan yang harus disepakati untuk menjaga kekompakan.
"Pada masa lalu aktivitas maelo jalur ini diikuti oleh hampir seluruh penduduk kampung. Mereka bergotong royong menjalin rasa kekompakan dan kebersamaan, sehingga kayu atau jalur bisa sampai ke kampung," ujar Beni.
Maelo Jalur adalah suatu kebudayaan yang masih dipertahankan. Kegiatan menjadi tradisi oleh masyarakat, terutama para remaja di Kuantan Singingi.
"Nilai budaya yang terkandung dalam Maelo Jalur ini adalah, kerja keras, keuletan, dan kerja sama," ujar Beni.
Untuk diketahui, kali ini Kharisma Event Nusantara (KEN) Pacu Jalur dihelat mulai 23 hingga 27 Agustus 2023.
Pada Pacu Jalur 2022 lalu, 1,3 juta orang yang menyaksikan acara tersebut.
Mereka berasal dari kalangan pedagang luar daerah dan masyarakat Kuansing yang kembali dari perantauan, hingga wisatawan lokal dan asing.
Untuk tahun ini, Pemprov Riau sudah menyiapkan hadiah, totalnya sekitar Rp 250 juta untuk para pemenang.
Ada juga dari Pemda Kuansing sebesar Rp 300 juta. Banyak juga masyarakat Kuansing yang juga menyiapkan hadiah, secara pribadi. (mcr36/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejarah Pacu Jalur & Peran 3 Bocah Perahu yang Viral
Redaktur : Mufthia Ridwan
Reporter : Rizki Ganda Marito