Beginilah Akting 3 Mas Menteri Sampaikan Pesan Antikorupsi Lewat Komedi

Senin, 09 Desember 2019 – 20:52 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim, Menteri BUMN Erick Thohir dan Menparekraf Wishnutama saat berakting dalam drama komedi antikorupsi di SMK N 57 Jakarta, Senin (9/12). Foto: BPMI

jpnn.com, JAKARTA - Tiga menteri Kabinet Indonesia Maju tampil beda pada Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2019. Adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, Menteri BUMN Erick Thohir, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang adu akting di SMK N 57 Jakarta.

Tiga tokoh yang kini menyandang predikat ‘Mas Menteri’ itu bermain drama komedi. Ada pula komedian Bedu dan Sogy Indraduadja yang membantu tiga menteri itu menyampaikan pesan antikorupsi melalui komedi.

BACA JUGA: Ini Alasan Jokowi Tak Peringati Hari Antikorupsi di KPK

Penonton drama komedi itu pun orang-orang penting. Ada Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, serta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Nadiem dan Sogy berperan sebagai siswa sekolah kelas X lengkap dengan seragam SMA. Adapun Wishnutama dan Bedu menjadi siswa kelas XII.

BACA JUGA: Gagal Memeluk Jokowi, Saut Situmorang Gigit Jari

Satu lagi adalah Erick Thohir yang penampilannya lain. Pengusaha sukses itu berperan sebagai tukang bakso.

Drama komedi itu dipentaskan pada jam istirahat sekolah. Pemain yang terlebih dahulu naik panggung adalah Sogy, Nadiem dan Erick.

Sogy menjadi bendahara yang memperoleh amanah menjaga uang kas. Namun, dia malah ingin menggunakan uang kas itu untuk membeli bakso.

Nadiem yang mengetahui hal itu langsung mencegah penyalahgunaan duit tersebut. “Enggak boleh begitu,” ujar Nadiem.

Erick yang tampil berkaus, handuk di leher dan topi lantas menimpali. “No money no bakso,” ujarnya.

Rupanya Bedu menanti Wishnutama yang berlama-lama melihat brosur. “Tam, lama banget sih lo, Tam?” ucapnya.

Kemudian Wishnutama muncul. “Gue lagi lihat-lihat ini, yang ini bagus, yang itu bagus, gue jadi bingung,” katanya.

Bedu langsung menyahut. “Lo lihat-lihat brosur melulu. Lo mau jadi menteri pariwisata?” ujar Bedu mengundang tawa.

“Gue lagi lihat tempat kuliah buat masa depan gue, bro,” tutur Wishnutama.

“Santuy aja kali, santuy,” kata Bedu.

“Maksud lo?” ucap Wishnutama menyela.

“Yang penting kita sebagai anak sekolah punya sopan santuy,” kata Bedu.

Selanjutnya, keduanya melihat Sogy dan Nadiem sedang duduk di bangku tukang bakso. “Lo anak kelas satu, ya? Kok mukanya kayak kepala sekolah?” ucap Bedu lagi-lagi memancing tawa.

Sogy pun langsung menimpali. “Tujuh kali enggak naik.”

Saat tawa belum reda, Bedu kembali melontarkan ucapan ke arah Nadiem. “Gue tau lo siapa. Lo yang keliling naik ojek, kan loe?” ucapnya.

Wishnutama lantas menyahut dengan pantun. “Langit biru hati pilu, eh anak baru minggir lu,” ujarnya menyuruh Sogy dan Nadiem menyingkir.

“Bang Thohir, bakso, Bang Thohir,” kata Bedu berteriak. “Bang Thohir, bakso satu pake akhlak,” ucap Wishnutama mengundang tawa.

“Bang, boleh pakai akhlak tapi jangan pakai urat,” kata Bedu.

Sementara Wishnutama tampak sibuk dengan brosur-brosur. “Lo udah tau mau kuliah di mana? Lo enggak tahu bapak gue siapa. Bapak gue pejabat terus,” kata Bedu. “Pakai koneksi bapak gue, selesai.”

Namun, Wishnutama menyanggah. “Yaelah, bro, hari gini masih ada lo pakai nepotisme. Koneksi-koneksian, kagak zaman bro,” katanya.

“Lah kalau gak ada koneksi kita gak bisa internetan,” kata Bedu yang langsung ditimpali tawa penonton.

“Bukan koneksi internet!” sahut Wishnutama.

“Itu kan fasilitas bokap gue, gue manfaatin aja. Mumpung ada,” kata Bedu.

“Mentang-mentang anak bos lo belagu,” kata Wishnutama.

Erick tiba-tiba masuk. Wishnutama seolah-olah kaget dengan kemunculan Erick.

“Bukannya bikin bakso malah ngageting orang,” kata Wishnutama.

“Ini yang katanya anak bos?” kata Erick bertanya.

“I...i...iya, bang. Sikat. Kayak menteri BUMN tuh nyikat-nyikat yang kagak beres,” kata Wishnutama.

“Jangan mentang-mentang anak bos malah manfaatin fasilitas, relasi. Namanya nepotisme, enggak boleh. Entar kalau lo sudah gede, terus jadi dirut, malah nitip barang-barang lo. Tukang bakso aja ngerti yang beginian,” kata Erick.

Adegan berganti saat ada suara bel. “Duh bel. Lo sih, Du, kebanyakan gaya,” kata Wishnutama kepada Bedu.

Erick lantas menyuruh keempat siswa itu balik ke kelas. “Sudah kalian balik. Baksonya siap ane bikinin entar,” ucapnya.

“Bang kan laparnya sekarang, telat-telat sedikit enggak apa-apa dong,” ujar Sogy.

“Lo udah korupsi uang sekarang lo korupsi waktu, lo mau jadi koruptor?” kata Erick.

“Tadi uang, sekarang waktu, ya, udah deh aku punya pantun buat kakak-kakak nih. Makan sagu jangan pakai terasi, gue gak mau jadi tukang korupsi,” kata Sogy.

“Daripada korupsi uang korupsi waktu, mending pikirin nih hal-hal inovatif kreatif buat bangga sekolah kita,” timpal Wishnutama.

“Cocok jadi menteri ekonomi kreatif, lo,” kata Erick kepada Wishnutama.

“Tadi lo bilang jadi menteri pariwisata, sekarang menteri ekonomi kreatif, Bang,” kata Wishnutama menjawab Erick.

“Ya, digabungin saja menteri pariwisata dan ekonomi kreatif,” kata Erick mengundang tawa.

“Memang situ presiden?” kata Wishnutama.

“Masuk kelas deh, yang penting sudah tau semua kalau korupsi, kolusi, nepotisme itu salah, lebih baik kalian disiplin belajar aja, gua doain prestasi belajar kalian makin kinclong tanpa korupsi,” kata Erick.

Presiden Jokowi saat menyampaikan kata sambutan usai pementasan drama komedi para pembantunya itu menyatakan bahwa semua pihak harus menjauhi praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. “Bahwa namanya korupsi tidak boleh, sekecil apa pun tetap korupsi, kecil gede tetap korupsi enggak boleh," katanya.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler