Beginilah Cara Dirjen PAS Blak-blakan soal Penjara

Rabu, 26 April 2017 – 18:53 WIB
Penjara. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Pemasyakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) menunjukkan komitmennya dalam rangka transparansi. Salah satunya melalui acara “Buka-bukaan tentang Pemasyarakatan” yang digelar di Ditjen PAS, Jl Veteran 11 Jakarta, Rabu (26/4).

Kegiatan itu dalam rangka menyambut Hari Bakti Pemasyarakatan ke-51. Dalam acara yang mengundang seluruh media massa itu, Ditjen PAS memberikan penjelasan tentang pelaksanaan tugas dalam melakukan pembinaan, pengamanan dan pengelolaan lapas dan rutan.

BACA JUGA: Kemenkumham Berbagi Kebahagiaan Paskah dengan Warga Binaan

Dirjen Pemasyarakatan I Wayan Dusak mengatakan, masalah terbesar yang saat ini dihadapi lapas dan rutan adalah masalah narkoba. “Ada 50 persen narapidana di lapas terlibat kasus narkoba dan ini menjadi tantangan kami,” katanya.

Lebih lanjut Dusak mengatakan, narkoba bukan hanya masalah pemasyarakatan tapi masalah semuanya. Siapa saja bisa terjerat narkoba hingga masuk penjara.

BACA JUGA: Ditjen HKI Gencarkan Kampanye Antipembajakan

Dirjen PAS Kemenkumham I Wayan Dusak. Foto: dokumen JPNN.Com

BACA JUGA: Menkum-HAM Ajak Umat Kristen Tebar Bibit Perdamaian

Bahkan 50 persen narapindana saat ini karena kasus narkoba. “Kalau kami hitung lebih dari 50 persen (napi, red) terkait narkoba," katanya.

Mengenai peredaran narkoba di lapas, Dusak menegaskan bahwa selama barang haram itu beredar di luar penjara maka akan sulit untuk sulit untuk mengontrolnya di dalam.  Sebab, peredaran narkoba memang ada di mana-mana.

“Sepanjang di luar ada narkoba di dalam pasti ada. Karena tidak ada yang dari dalam dibawa keluar. Kalau ada yang dari dalam asalnya pasti dari luar juga. Seperti dulu ditengarai pabrik di dalam lapas barangnya kan dari luar juga," ujarnya. 

Meski demikian Dusak menegaskan, Ditjen PAS tidak tinggal diam dengan kondisi itu. Sebab, ada upaya pencegahan termasuk dengan menggunakan anjing pelacak.

“Tapi kemudian maslah timbul begitu kami pakai anjing ada yang pingsan, protes makanannya diendus. Untuk napi teroris nggak mau sekali ada anjing. Nah ini kan menimbulkan kaos,” katanya.

Terkait dengan kurangnya tenaga pengamanan lapas, Dusak juga mengaku sudah mencoba untuk menambah petugas dengan bantuan tentara untuk memperkuat pengamanan. Hanya saja usulan itu tidak disetujui. 

"Memang persoalan SDM kurang, kami mau pakai tentara dibilangnya orang sipil dijaga tentara itu sadis. Selalu ada tantangannya," kata dia.

Karenanya, Ditjen PAS mengembangkan teknologi informasi untuk pengamanan maupun antisipasi dampak negatif yang muncul di lapas.

Namun, ada juga hal yang membanggakan dari warga binaan di lapas. Yakni hasil kreasi warga binaan yang sudah menembus pasar ekspor.

“Dan ini akan terus dikembangkan dalam lapas industri. Diharapkan dari ke depan mereka yang masuk ke dalam penjara mempunyai kemampuan atau keterampilan yang bisa dikembangkan di luar,” jarapnya.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menkumham Nyalakan Obor Paskah di Minahasa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler