jpnn.com - SELEBRASI bersujud setelah mencetak gol ke gawang lawan telah menjadi ritual wajib Muhammad Abduh Lestaluhu saat membela Timnas Indonesia U-23 di kualifikasi Piala AFC akhir Maret lalu.
Sidik Maulana Tualeka – Jakarta
BACA JUGA: Dulu yang Masukin Umar Patek ke Moro itu Saya
Namun, kebiasaan tersebut sudah harus berganti gaya ketika Abduh bergabung di TNI Angkatan Darat dan membela PS TNI dalam turnamen Piala Jenderal Sudirman.
Style Abduh dan kawan-kawan ketika ada rekan setim di PS TNI yang berhasil mencetak gol adalah, berlari ke tepi lapangan bagian tengah, berdiri sempurna, kemudian menghadap ke kursi VVIP dan memberikan hormat. Di sana, memang ada Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang menyaksikan penampilan mereka di tengah lapangan.
BACA JUGA: Ya Tuhan! Si Anak Menangis Kelaparan, Ibu Pura-pura Memasak
Pemain kelahiran Ambon, Maluku 16 Oktober 1993 itu mengatakan bahwa dia sangat bangga dengan status barunya setelah menjadi bagian dari keluarga besar tentara nasional. Menjadi tentara memang sudah menjadi cita-citanya sejak kecil.
Sehingga saat ada tawaran untuk menjadi bintara unggulan bagi putra putri terbaik Indonesia yang memiliki prestasi di bidang olahraga, Abduh langsung menyambar.
BACA JUGA: Drama Papa Minta Saham dan Jebakan Batman, Setya Novanto Akhirnya...
Kedua orang tuanya, Marwa Lestaluhu dan Syam Lestaluhu pun merestui setelah dia meminta pertimbangan mereka. Apalagi, kakak kandungnya, Rafid Lestaluhu, yang saat ini berkostum Persija Jakarta sudah beberapa kali mendaftar sebagai tentara, namun selalu gagal.
“Ini rejeki kamu nak, jangan lewatkan kesempatan ini,” kata Abduh menirukan kalimat ibunya.
Menurut Abduh, restu kedua orang tuanya tersebut memiliki kekuatan tersendiri. Selain proses pendaftarannya sebagai prajurit bintara selalu berjalan mulus, dia juga mendapat banyak kemudahan tak terduga.
Salah satunya saat mereka mendengar adanya perhelatan turnamen Piala Jenderal Sudirman dan PS TNI harus berpartisipasi di dalamnya.
Lantas rejekinya di mana? Menurut Abduh, ketika itu Panglima TNI Gatot Nurmantyo langsung mengambil kebijakan agar semua pemain timnas Indonesia yang telah menjadi Anggota TNI untuk dibebaskan dari masa pendidikan keprajuritan yang seharusnya berlangsung selama enam bulan. Sebagai ganti, mereka harus terbang ke Medan untuk bergabung dengan PS TNI.
“Bagi saya, ini sebuah keberuntungan. Sebab, masa pendidikan prajurit itu sangat ketat dan keras yang harus berlangsung berbulan-bulan. Jadi, saat ada Keputusan Panglima (TNI, Red) seperti itu, saya dan beberapa pemain lain yang dipanggil membela kesatuan langsung sujud syukur di dalam kamar,” cerita anak ketiga dari lima bersaudara itu. Karena, mereka sudah terbebas sederet program latihan keras ala militer.
Sebelumnya, Abduh bersama sejumlah rekannya yang juga sama-sama pemain timnas, Ravi Murdianto, Manahati Lestusen, Wawan Febriyanto, Teguh Amirudin, Dimas Drajad serta Ahmad Nufiandani memang sudah menjalani masa pendidikan selama 1,5 tahun. “Jadi, kami tinggal menunggu untuk dilantik saja,” ujarnya.
Pemain jebolan Sociedad Anonima Deportivo (SAD) Uruguay 2011 itu mengatakan, mendapat kemudahan seperti itu tidak lantas membuat mereka berbesar kepala. Sebaliknya, mereka memiliki tanggung jawab besar untuk membawa PS TNI ke podium juara. Apalagi, Jenderal Sudirman adalah tokoh pendiri tentara nasional Indonesia.
“Kami akan berusaha untuk memenangkan setiap pertandingan, dan sebagai prajurit, saya menganggap bahwa setiap pertandingan itu adalah medan pertempuran,” kata pria yang pernah berkostum Persis Solo ini. “Dan, bagi kami para prajurit, lebih baik pulang nama daripada gagal dalam tugas,” tegasnya. (*/tom)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wenri Wanhar, Sempat jadi Mata-mata, Memburu Denyut Peristiwa Sejarah
Redaktur : Tim Redaksi