Bekasi Bentuk Sukarelawan Perlindungan Anak dan Perempuan

Senin, 10 Juni 2024 – 22:53 WIB
Puluhan kader Posyandu Kecamatan Rawalumbu, Bekasi, membentuk Relawan Perlindungan Anak dan Perempuan Pelita. Foto: Pelita

jpnn.com, BEKASI - Berbagai kasus kekerasan terhadap anak terus meningkat di berbagai daerah, salah satunya di Kota Bekasi, Jawa Barat.

Teranyar, kasus pembunuhan disertai kekerasan seksual terhadap GH (9) oleh tetangganya sendiri di Kampung Ciketing Udik, Bantargebang.

BACA JUGA: Sahabat Yatim Buat Program Perlindungan Anak-Anak Palestina

Hal itu mendorong puluhan kader Posyandu Kecamatan Rawalumbu membentuk Relawan Perlindungan Anak dan Perempuan Pelita.

Pembina Pelita Adelia mengatakan, tujuan didirikannya sukarelawan ini untuk memberikan penyuluhan, pendampingan serta edukasi kepada masyarakat, terutama tentang pola asuh anak yang benar.

BACA JUGA: Komnas Perlindungan Anak Kirim Surat Terbuka untuk Presiden, Ini Isinya

Sukarelawan Pelita menggandeng Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi sebagai lembaga yang dikhususkan untuk melindungi perempuan dan anak.

"Kami menyadari bahwa membantu itu kalau tidak sesuai koridor tetap salah jadi harus sesuai koridor. Jadi, kami menggandeng KPAD," kata Adelia, dalam keterangannya, Senin (10/6).

BACA JUGA: Pimpinan Komisi IX DPR RI Desak Penegak Hukum Implementasikan UU Perlindungan Anak

Dengan adanya dukungan KPAD, lanjut Adelia, diharapkan bisa cepat membantu jika ada kasus berkaitan anak dan perempuan di masyarakat.

"Kalau tidak ada payung hukumnya, salah nanti. Harapannya dengan adanya KPAD, apa pun permasalahannya ada pendampingan lebih cepat," tuturnya.

Sementara itu, Wakil Ketua KPAD Kota Bekasi Novrian mengapresiasi pembentukan Relawan Perlindungan Anak dan Perempuan Pelita yang merupakan kader dari 15 Posyandu di Kecamatan Rawalumbu,

"Dengan adanya kader-kader Posyandu yang mungkin punya jejaring ke bawah, bisa membantu kami mengidentifikasi berbagai kasus kekerasan," paparnya.

Menurutnya, fenomena kekerasan terhadap anak saat ini ibarat gunung es yang mungkin belum banyak terungkap di tingkat bawah, sehingga perlu menjadi perhatian seluruh pihak.

"Satu korban pun adalah darurat. Jadi, bukan hanya dari jumlah karena itu sudah fenomena sosial atau mungkin fenomena gunung es yang hanya terlihat bagian atas, tetapi di bawahnya banyak. Buat saya, di mana pun, bahkan di Indonesia darurat kekerasan anak," tegasnya.

Novrian pun mengajak masyarakat untuk menjadi pelopor dalam mencegah kasus kekerasan terhadap anak di lingkungannya masing-masing.

Dengan begitu, akan membantu menekan angka kekerasan dan menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi anak.

"Masyarakat sadar harus menjadi pelopor, sehingga kasus-kasus tingkat bawah bisa terdeteksi sejak dini," tandasnya. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler