jpnn.com - JAKARTA - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu tetap menjalankan program bela negara meski gagasannya itu sempat menjadi polemik. Dia yakin, bela negara yang akan melibatkan puluhan juta penduduk itu akan menciptakan deterrence effect.
"Ini memberikan daya getar negara lain," kata Menteri Pertahanan Ryamizard saat meresmikan pendidikan instruktur bela negara di Kantor Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Kemenhan, kemarin (22/10). Menurut dia, hal itu akan membuat negara lain berpikir jika ingin mengganggu keutuhan dan kedaulatan Indonesia.
BACA JUGA: Bejat! Margriet Buka Paksa Celana Dalam ANG, Lalu Tarik Tangan Agus
Ryamizard mengakui, program bela negara menjadi bagian dari strategi asimetris dalam pertahanan negara. Sebab, potensi kekuatan pertahanan Indonesia akan sulit diprediksi. "Intelijen mereka akan bingung untuk mencari celah," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tersebut.
Hal itu, dinilainya berbeda dengan strategi pertahanan dengan penguatan alutsista. Sebab menurut dia, alutsista merupakan hal yang terukur sehingga mudah mengalkulasi celah dalam mengantisipasinya.
BACA JUGA: Widihhh... Lewat Skenario Ini Lho Kemungkinan Risma Dijegal
Meski demikian, Ryamizard membantah program bela negara terkesan sangat militeristik. Dia menegaskan, persoalan pertahanan secara fisik ada di tangan TNI sebagai komponen utama pertahanan. Sedang bela negara, lanjut dia, lebih menekankan pada pertahanan secara ideologis.
Sebab, dia memprediksi konteks peperangan yang dihadapi Indonesia ke depan bukan tembak-menembak. "Tapi mengubah pemikiran atau yang kita sebut cuci otak," terangnya.
BACA JUGA: Ternyata, Segini Jatah Dewie Yasin Limpo, Sisanya Menyusul
Terkait pernyataan berbagai kalangan yang meminta Kemenhan menelurkan perundang-undangan tentang bela negara, purnawirawan TNI AD itu menegaskan tidak perlu. Dia mencontohkan, program kepanduan pramuka yang juga tidak memiliki undang-undang.
Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kemenhan Mayjen Hartind Asrin menambahkan, indikator keberhasilan bela negara terukur pada perubahan perilaku masyarakat. Mulai dari penurunan angka kriminalitas, perbaikan moral, dan peningkatan nasionalisme. "Jadi bukan semata-mata dilihat secara militer," terangnya.
Terhitung sejak kemarin (22/10), pelatihan 4.500 instruktur bela negara digelar di 45 kabupaten/kota di seluruh Indonesia selama sebulan penuh. Mereka nantinya akan menurunkan ilmu yang didapat kepada masyarakat luas. (far/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ANG: Mama, Cukup, Ma... Lepaskan, Ma...
Redaktur : Tim Redaksi