Belajar Mentas dari Krisis Ala TP Rachmat Pendiri Grup Triputra

Jumat, 26 Februari 2021 – 10:47 WIB
Pendiri Triputra Group TP Rachmat berbagi tips untuk CEO keluar dari krisis. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Membawa perusahaan bertahan dari krisis ekonomi pada 1998 dan saat Pandemi Covid-19 tidak mudah.

Pengusaha legendaris yang juga pendiri Grup Triputra TP Rachmat berbagi pengalaman bagaimana seorang pemimpin perusahaan atau CEO bisa membawa organisasi keluar dari krisi yang masih berlangsung hingga saat ini.

BACA JUGA: CEO Perusahaan Dituntut Mampu Lakukan Berbagai Perubahan di Kala Pandemi

"Hope yaitu harapan dan conviction yaitu keyakinan bahwa krisis akan berakhir menjadi kata kunci yang membedakan kualitas pemimpin," kata mantan CEO Grup Astra TP Rachmat pada webinar dengan topik “Leadership Challenges in the Double-Disruption Era: Wisdom from the Senior”, Kamis (25/2).

Pria yang Teddy Rachmat mengatakan, harapan dan keyakinan pemimpin tersebut akan membawa perusahaan keluar dari krisis akibat pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Sukses Lahirkan Inovasi di Kala Pandemi, Dirut BRI Sunarso Raih Best CEO of The Year

Menurut dia dua hal tersebut harus dimiliki seorang pemimpin, sehingga mampu mengendalikan apa yang disebutnya "gas dan rem" dalam perusahaan.

"Kapan harus menginjak gas dan rem agar perusahaan tetap kompeten, kontekstual, dan relevan dengan situasi kini dan pasca-pandemi," ujar Teddy Rachmat.

Dia menilai krisis akibat pandemi saat ini masih jauh lebih baik dibanding krisis ekonomi 1998.

Hal itu terlihat dari data bahwa tidak ada lembaga perbankan yang harus ditutup,

"Saat ini tidak terjadi negative spread, NPL 2020 hanya 3-5 persen, inflasi hanya 1,68 persen dan investmen grade 2020 berada di triple B, yang jauh lebih tinggi dari dari level selective default pada 1998," jelas dia.

Selain itu, TP Rachmat menjelaskan, pemimpin perusahaan juga harus memiliki core values, business model, core competence, dan cash flow.

"Krisis untuk menguji seberapa kuat dan dalam keyakinan pada core values yang diyakini," ujar dia.

Namun, kata dia, disrupsi akibat pandemi juga harus terus dicermati karena akan menguji business model, core competence, serta cash flow perusahaan. Jika dilakukan maka perusahaan terhindar dari optimistis yang tidak realistis yang menyebabkan perusahaan tidak dapat bertahan sampai krisis berakhir.

"Krisis dapat menjadi sarana menempa kualitas anda sebagai pribadi maupun sebagai pemimpin," pungkas TB Rachmat.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler