Belajar Soal-Soal di Internet, Tiga Mapel Dapat Nilai 10

Minggu, 15 Juni 2014 – 10:05 WIB
ANAK CERDAS: Jilan diapit orang tuanya, Rakhmad Puja dan Wisma Pratiwi. Siswi SMPN 99 Jakarta itu lulus dengan nilai tertinggi di Indonesia. Foto: Bayu Putra/Jawa Pos

jpnn.com - NOTIFIKASI pesan BlackBerry Messenger yang diterima Jilan Zahra Jauhara Rakhmad, Jumat sore (13/6) membuat gempar seisi rumahnya. Pesan dari seorang teman sekolahnya itu mengabarkan bahwa Jilan dinyatakan sebagai peraih nilai ujian nasional (unas) SMP tertinggi se-Indonesia. Kabar itu didapat dari sebuah situs berita online.

Sejenak gadis belia itu shock. Namun, setelah sadar dari kekagetannya, Jilan tidak lagi mampu menahan luapan kegembiraan. Dia langsung mencari ayahnya. Bendungan air mata bahagia pun jebol di hadapan sang ayah. Sembari terisak, dia berkali-kali mengucap syukur atas keberhasilan yang tidak pernah disangkanya itu.

BACA JUGA: Tersinggung Berat Dipanggil Mister Monkey

Kabar gembira itu makin terang kemarin (14/6) setelah pihak sekolah mengumumkan secara resmi lewat website. Apalagi, pengumuman itu juga disertai perincian nilai yang diraih Jilan.

Dia meraih nilai sempurna (10) untuk tiga mata pelajaran, yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan matematika. Untuk pelajaran IPA Jilan mendapatkan nilai 9,75. Bila ditotal, nilai unas Jilan 39,75 (dari nilai sempurna 40) atau rata-rata 9,93.

BACA JUGA: Pilih yang Inspiratif, Mengaku tak Pernah Ikut Casting

Saat ditemui di rumahnya, kawasan Jakarta Timur kemarin, senyum semringah terus menghiasi wajah putri pasangan Rakhmad Puja dan Wisma Pratiwi itu. ”Waktu mengerjakan soal-soal sih saya yakin bisa, tapi nggak sampai membayangkan dapat nilai tertinggi,” tutur gadis berjilbab itu.

Saat ujian Jilan berusaha meyakinkan diri kalau bisa mengerjakan soal-soal tersebut. Dia menganggap unas seperti latihan-latihan soal yang dikerjakannya selama ini. Dengan keyakinan itu Jilan pun melahap soal-soal ujian dengan santai.

BACA JUGA: Selalu Ingat Cerita Komjen Pol Anang Iskandar

Modal Jilan dalam menghadapi unas sebenarnya sama dengan rata-rata siswa lain. Dia mengikuti pendalaman materi di sekolah, bimbingan belajar seminggu tiga kali, dan melatih diri dengan soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya.

Yang membedakan, Jilan memanfaatkan betul hobinya berselancar di dunia maya untuk berlatih mengerjakan soal itu. Bagi dia, sangat disayangkan jika internet hanya digunakan untuk hiburan. Semestinya, selain bisa untuk bermain game, dunia maya sangat membantu siswa untuk menyelesaikan soal-soal ujian yang sulit.

”Saya akui, saya juga senang main game di internet. Tapi, saya juga memanfaatkan untuk belajar,” ujarnya.

Berkali-kali Jilan membuat simulasi ujian dengan menggunakan soal berstandar internasional yang diunduhnya dari berbagai situs. ”Menurut saya, materinya relatif sama dengan unas sehingga saya pakai sebagai latihan,” ucapnya.

Soal-soal yang digunakan di sekolah luar negeri itu cenderung bersifat analitik sehingga dirasa lebih menantang. Selain itu, perbendaharaan soalnya menjadi makin beragam.

Jilan mengaku tidak banyak melakukan persiapan untuk menghadapi unas. Saat duduk di bangku kelas 7 dan 8, dia belum terlalu serius dalam belajar. Dia baru menambah porsi jam belajar setelah naik kelas 9, seraya membatasi aktivitas untuk berkumpul bersama rekan-rekannya. Sebab, pada saat yang sama rekan-rekannya juga meningkatkan aktivitas belajar.

Sebagai pengganti pergaulan dengan teman-temannya, dia memilih internet sebagai penyaluran. Jilan meningkatkan frekuensi berselancar di internet. Sejak lama dia selalu me-update hal-hal baru di internet. ”Kalau ada video yang bagus di YouTube, saya akan mencari informasi tentang isi video itu,” terangnya.

Bagi Jilan, metode belajar yang paling efektif adalah mendengar dan bertanya. Jika guru menerangkan, dia akan menjadi pendengar yang baik. Dia tidak akan memedulikan aktivitas rekan-rekan di sekitarnya.

”Kalau ada yang tidak mengerti, ya langsung saya tanyakan. Guru itu ada buat ditanya. Kalau nggak dimanfaatkan untuk bertanya, ya buat apa,” ucapnya.

Karena itu, dia sangat menyayangkan jika ada siswa yang enggan bertanya meski tidak mengerti. Menurut dia, guru akan menjawab apa pun kesulitan siswa dalam pelajaran. Guru akan makin senang jika siswanya banyak bertanya karena menandakan dia antusias dengan apa yang diajarkan.

Di luar persiapan yang cenderung umum itu, Jilan memang terbilang cukup cerdas. Saat lulus SMP ini dia masih berusia 13 tahun, tujuh bulan. Normalnya, siswa SMP baru lulus pada usia 15 tahun. Hal itu tidak lepas dari percepatan pendidikan yang ditempuh Jilan semasa SD.

Gadis kelahiran 25 November 2000 itu masuk SD di usia yang masih enam tahun delapan bulan. Saat duduk di bangku kelas 2, gurunya membaca potensi dalam diri Jilan. Dia pun langsung naik kelas dua tingkat, yakni di kelas 4, karena dianggap mampu menaklukkan pelajaran kelas 4.

Ditanya tentang mata pelajaran favoritnya, Jilan menjawab lugas. ”Saya suka pelajaran IPS, terutama geografi dan sejarah. Saya nggak suka IPA, terutama biologi karena hafalannya sulit,” tutur bungsu dari dua bersaudara itu.

Untuk pilihan SMA, awalnya Jilan mempertimbangkan untuk masuk di SMA 81 atau SMA 68 Jakarta. Namun, setelah dirinya meraih nilai tinggi, banyak yang menyarankan Jilan masuk ke salah satu SMA favorit di Jakarta, yakni SMA 8. Kelak, Jihan ingin kuliah di jurusan hubungan internasional untuk mewujudkan cita-citanya menjadi diplomat.

”Tapi, saya juga ingin kuliah di jurusan kriminologi,” ujarnya tersipu.

Sang ayah, Rakhmad Puja, menjelaskan, kebiasaan belajar putrinya itu terbentuk sejak SD. ”Saya tidak pernah menyuruh dia belajar karena sudah bisa mengatur waktunya sendiri,” ujarnya bangga.

Ibunda Jihan, Pratiwi, tak kalah bangga. Dia mengatakan, putrinya tidak selalu bisa meraih prestasi yang diinginkan. Saat SD, Jilan mendapatkan nilai cukup bagus di ujian akhir. Rata-rata rapor dan ujiannya sekitar 8,9. Namun, itu tidak cukup untuk membuatnya diterima di sekolah yang diinginkan kala itu, yakni SMP 216.

Jilan dilorot ke pilihan kedua dalam rayon tersebut, yakni SMP 99. Siapa sangka, saat bersekolah di SMP 99 prestasinya justru melejit. Tadinya Pratiwi berancang-ancang untuk mencarikan SMA yang dekat dengan rumahnya di Jakarta Timur. Kini, dengan perkembangan yang tidak terduga itu dia mempertimbangkan untuk menyekolahkan Jilan di pusat kota Jakarta.

Selama ini, tutur Pratiwi, dirinya tidak pernah memberikan target berlebihan kepada Jilan. ”Saya hanya minta agar dia berupaya untuk selalu diterima di sekolah negeri karena pertimbangan ekonomi,” tuturnya.

Sebagai ibu yang juga berkarir, Pratiwi berharap Jilan kelak berkarir di bidang yang disukai. ”Sekaya apa pun suamimu kelak, upayakan kamu tetap bekerja,” ucapnya.

Sementara itu, pihak SMP Al Muslimin, Pandan, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, amat bangga kepada Hasnan Pratama Sitorus karena meraih nilai unas tertinggi se-Indonesia. ”Syukur alhamdulillah, usaha keras kami selama ini memberikan hasil yang mengembirakan,” kata Kepala SMP Al Muslimin Pandan Hj Siti Nursyiah, Jumat (13/6).

Hasil nilai unas Hasnan itu tidak diraih seperti membalikkan telapak tangan. Butuh kerja keras dari semua civitas SMP Al Muslimin, termasuk para orang tua siswa serta dukungan Pemkab Tapteng. Apalagi, tahun ini seluruh siswa SMP Al Muslimin yang berjumlah 102 orang lulus 100 persen.

”Sukses ini berkat kerja keras semua pihak yang menginginkan sekolah ini dapat meraih prestasi hingga tingkat nasional,” tambahnya.

Menurut Siti, selama di sekolah Hasnan dikenal sebagai siswa yang cerdas dan tekun. ”Tidak hanya pintar, dia juga menjadi salah satu siswa pelopor kebaikan di antara siswa lain,” cetusnya. (Bayu Putra/c2/ari)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Raeni, Wisudawan IPK 3,96 Bangga Diantar Ayahnya dengan Becak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler