Misrata adalah wilayah kekuasaan terbesar terakhir pasukan pemberontak di Libya Barat
BACA JUGA: Kerahkan Robot untuk Deteksi Radio Aktif PLTN Fukushima
Pasukan pemerintah melancarkan serangan ke kota di pesisir Mediterrania tersebut, beberapa pekan terakhirBACA JUGA: Massa Desak Pembebasan Tahanan Politik Palestina
Selain itu, desakan juga ditujukan kepada pasukan NATO untuk mengintensifkan serangan udara terhadap tentara Kadhafi.Minggu (17/4), pasukan pemerintah, yang berhasil merangsek ke pusat kota dalam peperangan beberapa hari terakhir, menghujani Misrata dengan mortir dan roket peluncur granad
BACA JUGA: Pilih Bayar Tebusan, Pemerintah Tolak Disebut Lemah
"Para penembak jitu masih bersiaga di atas atap gedung-gedung tinggi dan menembak apapun yang bergerak di tengah kota," tandasnya.Aktifis lokal Rida al-Montasser, yang dihubungi melalui Skype, pemberontak melawan pasukan pemerintah dari sebuah daerah di sekitar pasar induk di Misrata dan berhasil memperluas sedikit wilayah kekuasaan merekaDia menambahkan, sebuah laporan rumah sakit yang didapat dari dokter jaga menyatakan, 17 orang, termasuk pasukan pemberontak tewas dan 74 lainnya terlukaDia menuturkan, pasukan Kadhafi telah menembaki rumah sakit tersebut, Minggu (17/4).
Seorang anggota LSM asing yang mengunjungi rumah sakit tersebut juga membenarkan data korban tewas tersebutBahkan menurutnya, salah satu korban adalah gadis kecil yang tertembak di kepalaBeberapa korban anak-anak lainnya termasuk dalam daftar nama yang terluka.
Al Montasser menambahkan, suara ledakan terus terdengar larut malamPasukan NATO yang diberi wewenang PBB melancarkan serangan udara untuk melindungi warga sipil dan mengawasi pemberlakukan zona larangan terbang dinilai gagal menghentikan gempuran tentara KadhafiIndikasinya, penduduk setempat melihat adanya serangan menarget rumah sakit, pelabuhan, dan perumahan penduduk di Misrata.
Serangan udara pasukan internasional tak membantu pasukan pemberontak memenangkan pertempuran di daratKarena pasukan pemerintah yang lebih terlatih dan dilengkapi peralatan lebih canggihBahkan di Libya timur, dimana pemberontak menguasai hampir semua wilayah sejak perlawanan muncul 15 Februari lalu, tidak mampu memperluas kekuasaannya ke barat menuju Tripoli.
Dari Paris, Menteri Pertahanan Gerard Longuet membantah pernyataan dari pejabat tinggi NATO yang menyebut pasukan aliansi kekurangan pesawat tempurLonguest menambahkan bahwa misi pasukan NATO di Libya terkendala kurang informasi di lapangan.
"Tidak ada itu kekurangan pesawatYang ada kekuarangan identifikasi obyek bergerak," jelasnya dalam sebuah wawancara yang dilansir harian Le Parisien"Masalahnya adalah kami kekurangan informasi konkrit dan valid tentang obyek teridentifikasi di medan perang," tukasnya.
Longuet menjelaskan, pasukan udara koalisi mampu mencegah mobilisasi logistik pasukan Kadhafi menuju ke timurNamun dia memahami dalam perang kota, jika pasukan udara koalisi harus menghindari terjadinya tragedi, hal itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Setelah pertemuan menteri luar negeri NATO pekan lalu di Berlin, Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen menyatakan, pihaknya membutuhkan beberapa pesawat yang mempunyai tingkat ketepatan menembak tinggi, untuk menyerang pasukan KadhafiFogh Rasmussen menyatakan kebutuhan untuk menambah pasukan tersebut karena situasi di medan perang telah berubah(cak)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jepang akan Stop Krisis Nuklir dalam 9 Bulan
Redaktur : Tim Redaksi