Benarkah Perokok Elektrik Rentan Tertulari Corona? Ini Kata APVI & Pakar Kesehatan

Senin, 13 April 2020 – 12:22 WIB
Ilustrasi. Rokok elektrik/vape. Foto Drake

jpnn.com, JAKARTA - Kalangan pelaku usaha dan pakar kesehatan publik, merespon terkait penyebaran informasi pengguna rokok elektrik lebih rentan terpapar corona virus.

Di tengah pandemi saat ini, mereka meminta agar seluruh pihak fokus dalam mencegah penyebaran virus tersebut, ketimbang menyebarkan asumsi yang hanya semakin meresahkan masyarakat.

BACA JUGA: Penelitian tentang Rokok Elektrik Perlu Dikaji Lagi

Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Aryo Andrianto menyatakan masyarakat Indonesia saat ini tengah berada dalam posisi yang tertekan, baik secara fisik dan psikologis, dengan masifnya penyebaran COVID-19.

Menurut dia, penyebaran informasi yang tidak valid hanya akan semakin memperkeruh suasana.

BACA JUGA: Karier Agnez Mo Moncer, Bagaimana dengan Kekasihnya Raphael Maitimo?

“Hidup kita sekarang ini sedang dalam momen yang sangat menantang. Kami mengharapkan agar semua pihak fokus memberikan dukungan kepada mereka yang telah terinfeksi COVID-19 dan keluarganya serta mencegah penyebaran virus ini dengan mengikuti arahan Presiden Jokowi,” kata Aryo.

Aryo meneruskan APVI sudah memberikan arahan kepada seluruh anggotanya untuk mengikuti instruksi dari pemerintah pusat terkait protokol kesehatan.

BACA JUGA: Tagar Rokok Elektrik Bukan Penjahat Sempat Viral

Dengan begitu, dia berharap penyebaran COVID-19 tidak semakin meluas dan kesehatan masyarakat tetap terlindungi.

“Kepada para pengguna rokok elektrik kami meminta untuk mengikuti aturan seperti physical distancing, isolasi diri, dan karantina wilayah serta menggunakan produk secara bijak, seperti tidak menghembuskan uap kepada orang-orang di sekitarnya, selalu cuci tangan sebelum menggunakan produk tersebut, dan rutin membersihkan rokok elektriknya dengan disinfektan,” ujarnya.

Adapun terkait informasi bahwa pengguna rokok elektrik lebih rentan terinfeksi COVID-19, Aryo mengatakan perlu adanya kajian ilmiah yang menyeluruh dengan menggandeng seluruh pemangku kepentingan, seperti pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha.

Harapannya, hasil dari penelitian tersebut komprehensif sehingga menciptakan informasi yang akurat bagi publik.

Sementara, Peneliti Senior Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Prof. Achmad Syawqie menyatakan kajian ilmiah yang dilakukan di luar negeri sejauh ini lebih fokus terhadap rokok, ketimbang rokok elektrik.

“Karena rokok menyebabkan permasalahan terhadap paru-paru dan organ vital lainnya, para peneliti akhirnya menyimpulkan bahwa pengguna rokok elektrik juga sama dengan perokok, yaitu lebih mudah terpapar COVID-19. Kami mendukung adanya kajian ilmiah berbasis lokal tentang rokok elektrik,” kata Syawqie.

Sebelumnya, dalam laporan Scientific American pada 17 Maret lalu menyebutkan merokok menekan fungsi kekebalan di paru-paru dan memicu peradangan. Adapun terkait dengan rokok elektrik dan COVID-19, penelitiannya belum ada.

“Jadi, belum ada bukti yang menunjukkan jika penggunaan rokok elektrik akan meningkatkan risiko terjangkit COVID-19. Ketika mengevaluasi risiko pengguna rokok elektrik, perlu mempertimbangkan apakah sebagian besar adalah mantan perokok atau masih perokok, serta menilai pola hidup dan riwayat penyakit sebelumnya, karena COVID-19 rentan terjangkit pada lansia dan orang yang memiliki penyakit penyerta, seperti kanker, diabetes, penyakit kardiovaskular dan gangguan pernapasan kronis,” papar Syawqie.

Menurut Syawqie, hal tersebut perlu dipertimbangkan agar hasil kajian ilmiahnya akurat.

Sebab, berdasarkan sejumlah hasil penelitian, produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk yang dipanaskan, memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok.

“Yang terpenting untuk saat ini, mari kita bersama-sama menjaga kesehatan, melakukan physical distancing, dan self-quarantine agar tidak mudah terpapar COVID-19 dan berharap pandemi ini segera berakhir,” harapnya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler