Benarkah Virus Corona Bisa Bertahan di Sepatu dan Pakaian?

Selasa, 21 April 2020 – 04:30 WIB
Ilustrasi virus corona. Foto: Pixabay

jpnn.com - Berbagai cara telah dilakukan untuk mengurangi angka penularan virus corona, seperti physical distancing hingga imbauan untuk memakai masker saat keluar rumah.

Namun, tidak sedikit masyarakat yang bertanya, apakah coronavirus (COVID-19) bisa bertahan di pakaian dan sepatu? Simak ulasan lengkap di bawah ini untuk mengetahui jawabannya.

BACA JUGA: Jangan Sampai ada yang Berbohong Lagi!

Faktanya, sampai saat ini belum ada penelitian yang benar-benar membuktikan bahwa penularan COVID-19 terjadi melalui pakaian dan sepatu. 

Menurut CDC, penyebaran virus COVID-19 terjadi melalui percikan ketika penderitanya batuk atau bersin di dekat orang yang tidak terinfeksi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa virus jenis baru ini dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia, di permukaan benda dan menginfeksi orang lain saat disentuh. 

BACA JUGA: Mengapa Pasien Virus Corona ada yang Tidak Jujur?

Kemungkinan bahwa coronavirus bertahan dan menempel di pakaian dan sepatu cukup besar. Akan tetapi, keduanya bukan sumber penularan yang tinggi. 

Begini, kelembapan lingkungan yang mempengaruhi pakaian ternyata dapat menjadi faktor apakah virus bisa berkembang atau tidak. Hal ini dikarenakan sebagian besar bahan pakaian tidak mendukung kondisi tersebut. 

BACA JUGA: Di Tengah Pandemi Corona, Serangan Siber Ikut Melonjak Tajam

Maka itu, dengan langsung mandi dan mengganti baju setelah dari luar rumah sangat direkomendasikan saat wabah ini berlangsung. Selain itu, dianjurkan langsung mencuci baju untuk mengurangi risiko menempelnya virus di baju dan membawanya ke dalam rumah. 

Kapan perlu melakukan pencegahan ekstra terhadap pakaian?

Walaupun berapa lama tepatnya coronavirus dapat bertahan di pakaian dan sepatu belum diketahui, tidak ada salahnya melakukan upaya pencegahan ekstra. 

Terlebih lagi jika Anda sering berkontak dengan pasien COVID-19. Mencuci dan mengganti pakaian adalah bagian penting dari kebersihan untuk mengurangi penyebaran virus, terutama bagi dokter dan petugas medis. 

Menurut dr. Jimmy Tandradynata, ahli penyakit dalam melalui wawancara eksklusif dengan Hello Sehat, melakukan pencegahan ekstra sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan virus dapat bertahan lebih lama di barang-barang yang tidak berpori, seperti metal dan karet. 

Oleh karena itu, ketika ia bepergian ke rumah sakit untuk bekerja ia melakukan beberapa upaya mengurangi risiko coronavirus bertahan di pakaian dan sepatu serta benda lainnya dengan beberapa hal, seperti:

  • tidak menggunakan aksesoris, seperti cincin kawin atau jam tangan
  • membawa barang dan isi dompet seperlunya
  • melepas dan mencuci sandal dan sepatu setelah digunakan
  • mencuci kaki dan tangan sebelum masuk ke rumah 
  • mandi dan mengganti baju setelah bepergian

Dengan demikian, petugas medis bisa mengurangi tingkat risiko penularan meskipun tidak mengetahui apakah coronavirus sempat bertahan dan menempel di pakaian dan sepatu.

Bagaimana dengan masyarakat awam? Bepergian ke luar rumah untuk membeli sesuatu di minimarket dalam waktu yang sebentar sebenarnya tidak mengharuskan Anda untuk mencuci pakaian setiba di rumah. 

Akan tetapi, ketika Anda tidak dapat menjaga jarak dengan orang lain atau ada seseorang yang batuk dan bersin di sekitar Anda, cuci pakaian adalah cara yang efektif.

Intinya, menjaga kebersihan dan menjaga jarak dari orang lain adalah metode yang dinilai paling efektif mencegah penularan COVID-19. 

Bagaimana dengan coronavirus yang menempel di sepatu?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, coronavirus sangat mungkin bertahan dan menempel di pakaian dan sepatu. Sepatu dapat terkontaminasi oleh virus, terutama ketika dipakai di daerah padat penduduk atau di tempat kerja. 

Namun, tetap saja masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui berapa lama coronavirus dapat bertahan di sepatu. 

Lantas, adakah bahan sepatu tertentu yang rentan terhadap virus? Penyebaran virus COVID-19 dapat terjadi melalui percikan air ketika penderitanya batuk atau bersin.

Jika percikan tersebut menempel di sepatu yang berbahan sintetis, seperti spandex, mungkin saja virus dapat bertahan selama beberapa hari. 

Sebenarnya, ada satu bagian dari sepatu yang perlu diperhatikan, terlepas Anda menggunakan sepatu kerja atau kets, yaitu sol sepatu. Sol biasanya terbuat dari bahan tidak berpori, seperti karet dan kulit, sehingga mampu membawa bakteri dalam jumlah yang banyak.

Walaupun demikian, para ahli berpendapat, sama seperti pakaian, sepatu bukan sumber penularan coronavirus COVID-19. Anda tidak meletakkan sepatu di meja dapur atau mendekatkannya ke mulut karena menganggap sepatu sebagai benda kotor. 

Usahakan untuk tetap menjalankan langkah-langkah pencegahan tambah agar virus dan bakteri tidak masuk ke rumah. Mulai dari membersihkan sepatu hingga membukanya sebelum masuk ke rumah adalah cara yang tepat.

Apabila Anda masih diharuskan untuk pergi ke kantor, sebaiknya pakai sepatu dan kaus kaki hanya untuk bekerja. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko menempelnya virus di sepatu hingga masuk ke dalam rumah ketika Anda membuka sepatu.

Anda pun perlu membersihkan sepatu kerja dengan kain yang sudah diberikan desinfektan agar terbebas dari bakteri dan virus. Selain itu, sebaiknya pilih sepatu yang dapat dicuci dengan mesin atau air panas dan sabun. 

Durasi berapa lama coronavirus bisa bertahan di pakaian dan sepatu memang masih belum jelas. Akan tetapi, tidak ada salahnya untuk tetap melakukan upaya pencegahan ekstra agar risiko penularan berkurang, terutama saat Anda bepergian ke luar rumah.(HelloSehat)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler