jpnn.com, SURABAYA - Meski hanya berjarak 100 meter dari kaki Jembatan Suramadu, namun keberadaan Benteng Kedung Cowek tak banyak yang tahu. Untuk itu, kemarin tim Cagar Budaya Pemkot Surabaya mendatangi kawasan tersebut. Tujuannya sebagai langkah awal untuk menghidupkan kembali tembok pertahanan Surabaya di masa penjajahan tersebut.
''Ini jadi mimpi saya waktu masih kecil,'' ujar Prof Johan Silas, anggota tim cagar budaya yang paling senior. Tokoh arsitektur Indonesia dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu menerangkan, tidak semua kota punya satu set benteng lengkap dengan latar belakang pemandangan pantai yang indah. Kota lain bisa saja membangun benteng. Namun, nilai historisnya tidak akan bisa dibeli.
Silas memimpikan benteng dengan bungker-bungker perlindungan tersebut direstorasi. Jadi museum atau apa saja. Di dalam bungker benteng, dia membayangkan ada pelantang suara yang dipasang dengan melantunkan nuansa perjuangan.
Namun, ada satu hal yang kurang di kawasan itu. Yakni, akses jalan. Bus yang dia tumpangi bersama tim cagar budaya sempat mengalami kesulitan untuk masuk benteng di pesisir Pantai Nambangan itu. Akses jalan masih berupa tanah dengan pemandangan pepohonan tinggi dibalut tanaman rambat yang lama tak dipangkas. Padahal, gerbang masuknya berada persis di kaki Jembatan Suramadu.
Silas menceritakan pengalamannya berwisata ke Thailand. Ada tempat wisata pemandian air panas yang begitu ramai. Karena penasaran, dia pergi ke sana. Setelah melihat tempat pemandian tersebut, Silas merasa tidak ada hal yang istimewa. Di Jawa Timur, tempat seperti itu banyak. Namun, yang membedakan tempat itu adalah akses jalannya. Begitu pula ketersediaan ruang parkir dan pertokoan. Ruang publik yang disiapkan sedemikian rupa bakal menyedot wisatawan dengan sendirinya.
Pria kelahiran Samarinda, 24 Mei 1936, tersebut mengatakan, saat ini merupakan momen yang tepat bagi Surabaya untuk mengembangkan Benteng Kedung Cowek. Mengapa? Silas menerangkan bahwa lahan itu merupakan kawasan militer. Saat ini Silas dan pemkot punya hubungan baik dengan TNI, bahkan hingga Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. ''Kapan lagi. Jangan sampai momentumnya hilang. Ayo, gandeng mereka. Pasti mau diajak mengembangkan benteng ini,'' lanjut Silas setelah keluar dari bungker benteng.
Pemkot juga tak perlu mengeluarkan anggaran besar untuk mengembangkan kawasan tersebut. Mereka cukup menyediakan akses dan sarana-prasarana. Sementara itu, untuk pengembangan kawasan wisata, pemkot bisa mencari investor. Silas yakin banyak investor yang tertarik untuk mengembangkan kawasan itu. Apalagi, di indeks pariwisata nasional, Surabaya sudah berada di peringkat kedua. ''Itu yang mengeluarkan kementerian lho, bukan pemkot,'' jelasnya.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya Irvan Widyanto menyatakan, usul Silas tersebut bakal disampaikan kepada Wali Kota Tri Rismaharini. Tujuannya, nanti usul itu bisa dimasukkan ke rencana pembangunan. ''Makanya, saya ajak Prof Silas ke sini. Kalau beliau yang ngomong, semua percaya. Kalau saya yang ngomong, kan nggak enak,'' jelas pejabat eselon II b tersebut.
Irvan menerangkan, mempersiapkan pariwisata bukan hanya tugas disbudpar. Semua lini perlu berkoordinasi. Mulai dinas pekerjaan umum, bina marga, dan pematusan (DPUBMP) untuk merealisasikan akses jalan hingga dinas perumahan rakyat dan kawasan permukiman cipta karya dan tata ruang (DPRKP CKTR) untuk menyiapkan sarpras gedung dan restorasinya. (sal/c16/ady/JPNN/pda)
BACA JUGA: HJKS Ke 724, Risma: Pokoknya Wisatawan Dipaksa Nginap
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sstt, Ada Oknum Wartawan Diduga Terlibat Kasus Striptis
Redaktur : Tim Redaksi