jpnn.com - SETELAH ditetapkan Teluk Karimata menjadi titik jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 seluruh tim relawan bersama yang terdiri dari Basarnas TNI,Polri serta bantuan beberapa negara sahabat melakukan pencarian.
Ternyata, tidak mudah menembus lokasi yang dituju. Lebih-lebih, sampai saat ini perairan Selat Karimata sedang dilanda cuaca buruk.
BACA JUGA: Cerita Romeo dan Julia di Pemakaman Ibunda Bupati Tana Toraja
---------------
SONY IMAN, Pangkalan Bun
--------------
GELOMBANG tinggi antara dua hingga lima meter disertai hujan dan angin kencang, menjadi tentangan terberat.
BACA JUGA: Yusniar Pilih Jadi Penyelam agar Bisa Tolong Korban
Seperti saat beberapa awak media beserta 50 anggota mengikuti perjalanan bersama dengan tim penyelam dari TNI AD Korem 102 Panju Panjung yang dipimpin langsung Kolonel Kav Sulaiman Agusto, Rabu (31/1) lalu.
Perjalanan dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, melalui Pantai Kubu menggunakan tiga kapal jenis tugboat milik salah warga yang ikut peduli. Diperkirakan perjalanan menuju Gosong Aling sekitar lima hingga enam jam, apabila cuaca sedang bersahabat dengan gelombang yang tidak tinggi.
BACA JUGA: Hujat Saya, Maki Saya, Jika yang Saya Lakukan Tidak Sesuai...
Baru sekitar 10 menit berangkat ternyata hujan mengguyur dengan lebat. Awan gelap cukup pekat. Hingga satu jam perjalanan, kondisi laut saat itu sangat ekstrem.
Hantaman gelombang tinggi sudah terasa menggoyangkan kapal yang berjalan normal. Bahkan dentuman suara jangkar menghantam lambung kapal membuat seluruh penumpang kapal merasa waswas mengingat kapal sudah berada di laut lepas.
Kapal yang awalnya berjalan cukup tenang menjadi tidak menentu sehingga membuat seluruh penumpang kapal mabuk laut dan tidak bisa berbuat apa-apa. Selain itu nahkoda mulai mengalami kepanikan karena gelombang tinggi mencapai tiga hingga empat meter. Air laut juga masuk kedalam kapal yang ditumpangi.
Semakin membuat nyali ciut, melihat tingginya deburan gelombang yang mencapai kaca ruang kemudi. Benturan terus terjadi hingga beberapa kali yang mengakibatkan korsleting dan sempat memunculkan api di bagian air conditioner (AC).
Selain itu pengendali jangkar langsung rusak dan sempat membuat para seluruh penumpang sempat begitu panik. Tetapi melihat jam terbang kapten Kapal bernama Sudarmin yang sudah malang melintang menjadi nakhoda bertahun-tahun, kecemasan terkurangi.
Tanpa terasa 10 jam perjalanan telah dilalui tetapi tidak kunjung sampai tujuan. Hanya mencapai kawasan Tanjung Selaka, setelah melakukan koordinasi akhirnya tim memutuskan kembali ke posko dengan alasan pertimbangan keamanan.
"Kondisi cuaca begitu berbahaya sehingga tidak mungkin perjalanan dilanjutkan. Jangan mengambil resiko karena tim keselamatan juga harus diutamakan," ujar Agusto kepada jurnalis Kalteng Pos (grup JPNN) yang turut dalam proses pencarian hari itu.
Komandan Korem 102/PJG Kol Kav Sulaiman Agusto sempat memerintahkan kapten kapal Senggora Escort Sudarmin kembali ke pantai.
Keputusan ini diambil mengingat kondisi gelombang begitu tinggi. Hujan deras disertai angin tak henti-hentinya menghantam tim relawan di atas kapal.
Dari beberapa laporan radio di atas kapal, beberapa KRI memilih kembali. Rasa-rasanya tidak mungkin harus berjibaku dengan ombak dan cuaca ekstrem.
Ternyata tidak mudah memutar balik kapal dengan gelombang cukup besar. Akhirnya, kapten kapal harus memutar cukup jauh dengan perhitungan matang. Salah perhitungan sedikit saja taruhannya kapal terbalik dihantam ombak.
Ternyata setelah kapal berputar dan arah kembali pulang, kepanikan di dalam kapal masih terjadi, beberapa anak buah kapal (ABK) berusaha memadamkan api yang masih menyala akibat korsleting Air Conditoner (AC) yang kemasukan air.
Setelah beberapa jam akhirnya masalah kebakaran mampu diatasi dengan baik. Sekitar lima jam perjalanan cuaca kembali memburuk, hujan disertai angin kembali mengguyur kapal yang ditumpangi. Sehingga para penumpang tampak terkantuk-kantuk. Ada pula yang tertidur.
Beberapa anggota TNI berusaha untuk terus menghangatkan diri berada di sekitar mesin kapal.
Setelah beberapa jam kapal berjalan menuju Pantai Kubu dimana kapal berangkat, tiba-tiba suara radio mendapat panggilan dari KRI Banda Aceh yang mengabarkan baru saja menemukan dua jenazah. KRI Banda Aceh membutuhkan bantuan untuk proses mengevakuasi.
Dengan penuh semangat serta mendapatkan harapan karena kembali ke daratan dengan membawa dua jenazah. Beberapa awak media tv Nasional yang semuanya berasal dari Palangka Raya sempat bertanya-tanya siapa dua jenazah tersebut.
Betapa kagetnya setelah KRI Banda Aceh memindahkan ke kapal, ternyata di atas kantong jenazah tertulis nama Khairunnissa, salah seorang pramugari. Sedangkan korban satunya berjenis kelamin laki-laki, namun tidak diketahui identitasnya. (Kalteng Pos/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Mau Kecewakan Keluarga Korban, Buat 162 Peti dalam 24 Jam
Redaktur : Tim Redaksi