Beralih Bertani Melon

Senin, 20 September 2010 – 23:31 WIB

SUMENEP- Krisis air bersih di Kecamatan Giligenting sudah menjadi sesuatu yang biasaTapi, di tengah sulitnya mendapatkan air dan dengan kondisi tanah yang tandus ternyata lahan di sana masih bisa dimanfaatkan untuk bertani melon

BACA JUGA: Banyak PSK Berhenti, Lokalisasi Sepi

Bahkan dengan hasil produksi yang cukup menggiurkan.

Kekhasan hasil tanaman melon para petani di Pulau Giligenting mampu bersaing di pasaran, baik di Sumenep sendiri maupun di daerah lain
Kini, hasil produksi melon di sana menjadi pilihan utama para konsumen yang mengetahui rasa maupun tekstur melon Giligenting

BACA JUGA: Kurang Tangkas, Pencopet Digeret Petugas

Ketua Asosiasi Petani Melon Giligenting Firman Hidayat mengatakan, dilihat dari tekstur buahnya, melon di pulau dengan sekitar 12 ribu penduduk memiliki ciri khas berbeda
"Kalau dibandingkan dengan melon pada umumnya, tekstur melon Giligenting lebih kenyal dan renyah

BACA JUGA: GM Pelindo Semarang Jadi Tersangka

Kalau biasanya kan lembek," katanya.

Sedangkan dari rasa, tanaman yang dibudidayakan sejak 2004 di pulau dengan empat desa (Gedungan, Bringsang, Aeng Anyar dan Galis) atau satu kecamatan dengan dua pulau dengan Giliraja itu lebih manis dibanding melon biasanya"Beberapa kali yang kami bandingkan dengan melon di daerah lain memang lebih manis," ujarnya lalu tersenyum.

Padahal kedalaman sumur untuk mendapatkan air bersih di Kecamatan Giligenting antara 17 meter hingga 25 meterItupun tidak sembarang tempat dapat digali menjadi SumurSehingga untuk mendapatkan air bersih mereka rela antre lama dengan warga lain di wilayahnya.

Kondisi seperti itu membuat para petani melon memeras otak menyiasati kebutuhan air tanamannyaMereka menggunakan sistim hidroponik yang ditanam dalam polibag (plastic media tanam)Pembibitan melon menggunakan karung bekas yang didalamnya juga sudah terisi tanah dan pupuk kandang dengan ukuran yang ditentukan"Satu banding satuArtinya, kalau satu sak tanah berarti dibutuhkan satu sak pupuk kandang," tuturnya.

Hal yang sama disampaikan Kepala UPT Pertanian Giligenting Fathan KarimKebutuhan air terhadap melon yang mereka tanam tergolong sedikitUntuk 250 pohon, dari umur 1 hingga 45 hari butuh hanya sekitar 15 liter air per hari"Itu (jumlah air yang disiramkan, Red) tergolong sedikit," katanyaSedangkan melon siap dipanen memasuki umur 55 hari hingga 60 hari.

Kalau kondisi tanaman sehat, mereka hanya menyisakan dua hingga tiga buah di ruas daun dengan tiga cabangYakni ruas daun ke 11, 12, dan 13Tapi kalau kondisinya tidak memungkinkan, maka hanya disisakan satu buah ruas daun"Rata rata kalau yang satu cabang berat buah melon berkisar 2,5 kilogram, tapi kalau dua cabang satu melon 1,6 kilogram per melon," tuturnya.

Karim mengungkapkan, di awal membudidayakan melon hanya sekitar 200 pohonTapi, musim kemarau tahun ini jumlah budidaya melon di Giligenting tercatat hingga 115 ribu pohon yang ditanam oleh ratusan petani dengan luas lahan sekitar lima hektar dengan rata-rata 23 ribu tanaman per hektare.

Sementara itu, pemasaran melon Giligenting sekarang sudah merambah hingga ke sejumlah wilayahMeskipun pola pemasarannya tergolong sederhana, tapi mampu bersaingPara petani juga sudah mampu menjualnya hingga ke luar Sumenep, seperti Pekalongan, Jakarta dan sejumlah kota lainnya.

Harga satu kilogram melon Rp 4 ribu di tingkatan petaniSedangkan tanaman melon dari sejak awal masa tanam hingga panen hanya membutuhkan modal Rp 2.400 per pohonDiungkapkan, pihaknya apresiatif dengan dengan pembudidayaan melon oleh wargaSehingga, kesejahteraan maupun kemandirian petani dapat terus ditingkatkan"Petani berarti mulai melaksanakan program pemerintah untuk beragrobisnis dengan pola intensifikasi," ujarnya(zam/aj/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bupati Bantu Gereja HKBP Rp1 M


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler