Beras Buatan Berbahan Kulit Pisang, Lebih Murah, Bernutrisi Tinggi

Selasa, 16 Mei 2017 – 00:05 WIB
Dari kiri: Fajar Rifa’i, Lanny Julistian, dan Mohammad Lutfi Alibi saat mengikuti kompetisi di Universitas Hasanuddin, Makassar, April lalu. Foto: Fajar Rifa’i for Radar Malang

jpnn.com - Tiga mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB), Malang, melakukan penelitian untuk mencari bahan pangan alternatif.

Fajar Rifa’i, Mohammad Lutfi Alibi, dan Lanny Julistian memanfaatkan bahan-bahan yang selama ini dipandang sebelah mata.

BACA JUGA: Bulog Tampung Masukan Bupati Banyumas Sebagai Bahan Evaluasi

ASHAQ LUPITO - Malang

Beras analog atau beras buatan yang diproduksi oleh Fajar, Lutfi, dan Lanny memang sedikit berbeda dengan beras dari padi. Mulai dari bentuk, warna, dan rasanya juga berbeda.

BACA JUGA: Banyuwangi Bidik Swasembada Daging

Beras yang diberi nama Betul (kependekan dari beras natural) itu lebih mirip dengan tiwul (makanan yang dibuat dari singkong) instan.

Baik dari sisi bentuk maupun rasanya. Ketika dimasak, Betul mengeluarkan aroma seperti singkong rebus.

BACA JUGA: Mendadak, Ceramah Ustaz Felix Siauw di 2 Tempat Dibubarkan

”Agar lebih nikmat, beras Betul sangat cocok disajikan dengan garam dan parutan kelapa muda,” kata Fajar, ketika ditemui bersama Lutfi dan Lanny di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB), beberapa waktu lalu.

Kebanyakan orang mungkin akan berpikir bahwa Betul terbuat dari singkong. Memang benar. Tapi, masih ada bahan-bahan lain yang digunakan. Yakni kulit pisang, jagung, dan tepung maizena.

Dari keempat bahan utama pembuat Betul, bahan kulit pisang yang mungkin membuat Anda bertanya-tanya. Berbeda dengan buahnya, kulit pisang selama ini memang jarang dimanfaatkan untuk makanan manusia.

Kulit pisang lebih banyak digunakan untuk pakan ternak. Tapi, kalau Anda tahu, kulit pisang ternyata memiliki kandungan nutrisi yang tak kalah jika dibandingkan dengan manfaat buahnya.

Fajar menyatakan, kulit pisang mengandung zat antioksidan. Zat ini seperti diketahui memiliki banyak manfaat. Mulai dari menangkal radikal bebas, mencegah penuaan dini, hingga mencegah kanker.

Selain itu, kulit pisang juga mengandung vitamin A. ”Kulit pisang juga aman untuk dikonsumsi orang-orang yang memiliki penyakit diabetes,” ujar Fajar yang menjadi ketua kelompok penelitian Betul.

Fajar mengungkapkan, beras analog sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Penelitian serupa pernah dipublikasikan Institut Pertanian Bogor (IPB) beberapa tahun silam.

Tapi, beras analog yang dibuat oleh IPB, bentuknya lebih mirip plastik. ”Sehingga banyak orang yang meragukan beras analog,” kata mahasiswa semester VI ini.

Penelitian yang dilakukan oleh IPB itu coba disempurnakan oleh tiga mahasiswa Fakultas Peternakan UB. Meski selama ini lebih banyak bergulat dengan hewan ternak, mahasiswa Fakultas Peternakan ini juga sering ditantang untuk membuat produk-produk makanan manusia.

Fajar menyatakan, penelitian soal beras analog, mereka lakukan pada 2016 lalu. Setelah menjajal berbagai bahan, mereka mendapatkan komposisi pas dari perpaduan singkong, jagung, kulit pisang, serta tepung maizena.

Beras Betul yang mereka buat pernah diikutsertakan dalam kompetisi tingkat nasional di Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta, 2016 lalu. Tapi, waktu itu mereka mentok di babak sepuluh besar.

Baru, di awal 2017, beras Betul karya tiga mahasiswa Fakultas Peternakan UB itu mendapatkan apresiasi lebih. Yakni mendapatkan juara III Business Plan tingkat nasional yang digelar di Universitas Hasanuddin, Makassar, April lalu.

”Awalnya, kami sempat tidak yakin bisa meraih juara. Sebab, ada banyak kompetitor hebat. Salah satunya tim dari Universitas Indonesia (UI) Jakarta. Mereka menyertakan inovasi yang pernah dilombakan di Swiss,” ungkap pemuda 21 tahun tersebut.

Fajar dan dua rekannya bersyukur bisa meraih prestasi tingkat nasional. Tapi, prestasi bukanlah target utama yang ingin mereka capai.

Cita-cita ketiga pemuda itu yaitu beras Betul bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah pangan. Terutama ketika harga beras makin mahal, bahkan stoknya terbatas.

Perlu diketahui, beras menjadi salah satu komoditas pertanian yang cukup rentan mengalami kegagalan panen. Faktor cuaca dan juga ketersediaan air bisa menjadi pemicunya.

Sementara untuk bahan singkong, kulit pisang, jagung, dan tepung maizena (yang juga terbuat dari jagung) relatif lebih mudah untuk dikembangkan. Juga relatif lebih murah harganya.

”Hanya butuh biaya Rp 8.000 untuk membuat 1 kilogram Betul. Kalau dilempar ke pasaran, harga jualnya bisa Rp 8.500 per kilogram,” jelas dia.

Angka itu lebih murah dari beras IR 64 atau beras setra ramos yang harga pasarannya sekitar Rp 8.800 per kilogram. Lalu, bagaimana cara pembuatannya?

Secara sederhana, tiga bahan pembuat beras Betul, yakni singkong, kulit pisang, dan jagung lebih dulu diproses menjadi tepung. Pada proses selanjutnya, tiga bahan itu dicampur dengan tepung maizena.

”Di tahap akhir, ada proses peng-oven-an selama 10 jam,” jelas pemuda kelahiran Ponorogo, 6 Desember 1996 tersebut.

Lebih lanjut, Fajar menyatakan, untuk sementara ini, beras Betul belum mereka komersialkan. Selain belum didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Fajar dan timnya masih ingin mengembangkan penelitian mereka.

Mereka ingin beras Betul memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap. Selain itu, beras Betul harus bisa dikonsumsi oleh semua usia.

”Kalau untuk saat ini, beras Betul baru bisa dikonsumsi orang berusia 8 tahun ke atas,” pungkasnya. (*/c2/muf)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kendalikan Inflasi, BI Bentuk Klaster Beras Organik


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler