Kendalikan Inflasi, BI Bentuk Klaster Beras Organik

Jumat, 28 April 2017 – 02:18 WIB
Ilustrasi beras. Foto: Radar Semarang/JPNN

jpnn.com, BANYUWANGI - Bank Indonesia (BI) mulai mengembangkan sektor pertanian lewat pembentukan klaster beras organik sebagai upaya pengendalian inflasi.

Klaster yang sudah ada di Jember dan Banyuwangi itu, bahkan, disiapkan untuk ekspor.

BACA JUGA: Hamdalah, Batam tak Kekurangan Beras dan Gula hingga Desember

Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Jember Muhammad Lukman Hakim menyatakan, inflasi dipengaruhi dua aspek, yaitu permintaan dan suplai.

Selama ini, BI hanya bisa memengaruhi inflasi dari sisi permintaan dengan mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat.

BACA JUGA: Perdagangan Antarpulau Jatim Surplus Rp 54 Triliun

”Kami mengatur jumlah uang dengan penentuan suku kredit,” katanya.

Namun, kebanyakan kenaikan inflasi di Indonesia ternyata banyak dipengaruhi aspek suplai barang.

BACA JUGA: BI Dorong Nasabah Korporasi Transaksi Hedging

Contohnya, harga cabai yang sempat melambung karena pasokan yang tidak mencukupi permintaan.

Karena itulah, BI berusaha menyentuh aspek suplai barang untuk mengendalikan inflasi dengan mengembangkan klaster beras organik.

Pengembangan tersebut juga bertujuan membantu para UKM di Banyuwangi yang memiliki produk unggulan beras.

Sebab, hingga kini beras menjadi komoditas pertanian terbesar yang memengaruhi kenaikan inflasi.

Tahun lalu, klaster beras organik binaan BI tersebut berhasil menjual hingga 174 ton dengan nilai Rp 2,9 miliar.

Sementara itu, untuk tahun ini, penjualan ditargetkan bisa mencapai 642 ton dengan nilai Rp 10,9 miliar.

”Target pada 2019, kami bisa produksi 5.500 kilogram per hektare dengan jumlah petani mencapai seribu orang,” kata Lukman.

Di Banyuwangi, lahan klaster beras organik yang dikembangkan sejak 2014 tersebut memiliki luas 42 hektare.

BI membantu, mulai budi daya sampai pemasaran, dengan mendatangkan berbagai ahli.

 ”Kami juga membantu dengan ketersediaan alat, tapi peningkatan pengetahuan petani yang lebih utama,” kata Lukman.

Menurut dia, pasar beras organik belum terlalu luas jika dibandingkan dengan beras konvensional.

Namun, BI justru optimistis komoditas beras organik yang akan mengangkat perekonomian para petani karena memiliki segmen pasar tersendiri.

”Beras organik juga memiliki nilai jual yang sangat tinggi,” ungkapnya. (pus/c25/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Respons Pasar Positif, Rupiah Bakal Menguat


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler