Berawal dari Galau, Erik Priyono jadi Pengrajin Miniatur Motor Jadul

Minggu, 06 Agustus 2017 – 00:35 WIB
KREATIF: Erik menunjukkan tiga miniatur sepeda motor jadul di rumahnya. Foto: DHARAKA R. PERDANA/Radar Tulungagung/JPNN.com

jpnn.com - Erik Priyono, warga Desa Beji, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Jatim, mampu menyulap benda-benda bekas menjadi miniatur motor jadul. Padahal ini pelampiasan atas menurunnya animo pada bonsai.

DHARAKA R. PERDANA

BACA JUGA: Dokter Ryan Thamrin, Sang Juara Umum, Begitu Sayang pada Ibunya

Tak ada yang istimewa dari sebuah rumah di Desa Beji, Kecamatan Boyolangu ini. Saat Radar Tulungagung (Jawa Pos Group) berkunjung, justru disambut celoteh anak kecil yang sedang asyik bermain di halaman yang tak seberapa luas.

Ternyata, Erik Priyono, si tuan rumah juga berada di sekitar halaman. Namun dia sedang mencuci tangan setelah beraktivitas.

BACA JUGA: Kisah Purel di Tempat Karaoke Plus-Plus, Nyambi Menari Penghasilannya…

Begitu mengetahui ada tamu, dia pun lantas mempersilakan masuk dan sejurus kemudian dia ke ruang dalam mengambil miniatur sepeda motor yang tersisa.

“Hanya tinggal ini. Yang lainnya sudah laku sejak bulan lalu,” katanya memulai obrolan.

BACA JUGA: Kisah Purel di Tempat Karaoke Plus-plus, Dua Jenis Tarian Bertarif Mahal

Menurut dia, aktivitasnya tersebut sebenarnya dimulai belum begitu lama, yakni pada 2016 lalu. Semua bermula dari pikiran yang sumpeg lantaran aktivitasnya mengembangkan bonsai sudah tidak bisa diandalkan lagi.

Dia pun memutar otak untuk mencari bahan inspirasi membuat kerajinan. Hingga akhirnya pilihannya jatuh miniatur sepeda motor jadul.

“Lagipula untuk miniatur seperti ini masih jarang di kota ini dan bahan bakunya bisa dicari dengan mudah,” imbuhnya.

Sekilas membuat miniatur seperti ini terlihat mudah. Namun sebenarnya butuh ketelatenan, karena harus detail hingga setiap lekuk kendaraan harus diperhatikan.

Bahkan untuk urusan membuat roda dan bannya, dirinya harus belajar selama sebulan penuh. Wajar saja, apa yang diperlihatkan pada koran ini sama persis dengan sepeda motor pada umumnya.

Namun jangan membayangkan jika ayah satu putra ini memiliki dasar di bidang permesinan. Dia justru tidak pernah berkecimpung di bidang itu, karena sebatas suka pada kerajinan.

Dimana sebelumnya ditumpahkan untuk membuat bonsai maupun kerajinan berbahan baku koran.

Sayangnya, untuk penjualan di dalam kota terhitung cukup sulit. Apalagi dengan harga Rp 200 ribu per unit dianggap terlalu mahal.

Padahal, konsumen dari luar kota justru menganggap harga yang ditawarkannya itu terlalu murah. Dia ingin mengembangkan miniatur jenis ini.

“Makanya, saat ini lebih banyak membuat jika ada pesanan. Terakhir ada 10 miniatur saya yang dibeli orang Jombang,” ujarnya.

Disinggung mengenai animo dunia miniatur di Kota Marmer, pria 46 tahun ini mengaku sangat berharap ada inovasi lagi dari para penggemarnya.

Apalagi ini masih memiliki prospek bagus untuk dikembangkan lebih lanjut. Namun khusus untuk miniatur sepeda motor yang saat ini dilakoninya, lebih terbentur pada sulitnya mencari bahan baku aluminium untuk membuat seluruh body motor. “Cukup sulit mencari bahan baku yang pas,” akunya.

Kendati demikian, pria berkulit sawo matang ini bersyukur masih bisa menularkan keterampilan yang dimilikinya itu.

Dimana beberapa waktu lalu ada siswa sekolah yang minta diajari cara membuatnya. “Saya senang jika ada yang mau belajar,” tandasnya. (and)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tamatan SMP Buka Usaha Modal Rp 400 Ribu, Kini Omzetnya Wouw!


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler