Berawal dari Jejak Patahan Kayu, Satgas Tinombala Sergap Anggota MIT

Rabu, 17 Mei 2017 – 06:15 WIB
Satgas Tinombala bertugas menumpas seluruh jaringan MIT. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Dua terduga anggota kelompok Mujahid Indonesia Timur (MIT) tewas saat baku tembak dengan Satgas Tinombala, yang merupakan gabungan personel Polri dan TNI.

Setelah baku tembak, ditemukan dua jenazah yang diduga merupakan anggota MIT bernama Askar dan Barok. Dengan begitu, anggota kelompok MIT yang saat ini dipimpin Ali Kalora hanya tinggal tujuh orang.

BACA JUGA: Dor! Dor! Jenazah Barok dan Askar Diangkut ke Palu

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Wuryanto menjelaskan bahwa baku tembak antara Satgas Tinombala dengan sekelompok anggota MIT bermula dari observasi wilayah yang mereka lakukan di Desa Kilo Atas, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Senin (15/5).

”Sekitar pukul 10.30 WITA mereka menemukan jejak bekas patahan kayu di kordinat 1701-5842,” ungkap dia.

BACA JUGA: Anggota Satgas Tinombala Bunuh Diri di Masjid

Temuan tersebut lantas ditindaklanjuti dengan menelusuri jejak yang mereka temukan. Tidak berselang lama, mereka mendapati tenda yang diduga berisi sekelompok MIT. ”Selanjutnya dilakukan penyergapan dan terjadi kontak tembak,” jelas Wuryanto.

Enam orang personel Satgas Tinombala dari unsur Sandha Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Yonif Batalyon Infanteri 514 Raider/Kostrad pun baku tembak dengan delapan anggota MIT.

BACA JUGA: Vonis Bersihkan Hakim dari Suap, KPK Ajukan Banding

Berdasar laporan yang diterima Wuryanto, baku tembak terjadi pada kordinat 1699-5842 di daerah Simpang Angin Pegunungan Biru. ”Terjadi sekitar pukul 11.05 WITA,” kata dia.

Dua di antara delapan anggota MIT tumbang setelah tertembus peluru prajurit TNI yang turut serta dalam baku tembak tersebut.

Lantaran tersudutkan, enam anggota MIT tersisa memilih melarikan diri. ”Mereka meninggalkan jenazah dua anggota MIT yang tewas berikut senjata api yang digunakan,” jelasnya.

Tidak kurang dua senjata api diamankan dari lokasi baku tembak. Yakni senjata laras panjang jenis SS-1 dan senapan angin berikut magazen dan amunisinya. Sedangkan jenazah kedua anggota MIT langsung dievakuasi untuk diidentifikasi.

”Jenazah sudah berhasil dievakuasi. Langsung dibawa ke RS Bhayangkara untuk proses identifikasi,” terang Wuryanto. Namun demikian, dia belum bisa menyebutkan identitas dua jenazah tersebut.

Pengejaran tetap dilakukan terhadap enam anggota MIT lainnya yang berhasil kabur. Mereka memprediksi, anggota MIT jaringan Santoso itu kabur ke arah hutan Pegunungan Biru. ”Enam anggota MIT lainnya tetap dalam pengajaran satgas,” jelasnya.

Itu dilakukan guna mencari tahu keberadaan mereka bersama anggota MIT lainnya. Mengingat tugas Satgas Tinombala adalah menumpas seluruh jaringan tersebut.

Disamping berhasil mementahkan perlawanan sekelompok anggota MIT, salah satu dari enam prajurit TNI yang turut terlibat baku tembak terluka. Dia terkena tembakan pada bagian ketiak.

Untuk itu, prajurit TNI dengan nama Pratu Zulfiqar tersebut dievakuasi ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. ”Sudah dievakuasi ke RSPAD Gatot Soebroto Jakarta untuk perawatan lebih lanjut,” terangnya.

Sementara Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Polri Kombespol Martinus Sitompul menjelaskan, sebenarnya sesuai data Polri selama ini masih ada sembilan anggota MIT, dengan adanya dua yang diduga tewas. Maka, masih ada tujuh orang anggota MIT yang masih lolos.

Kelompok ini saat ini dipimpin Ali Kalora menggantikan Santoso yang berhasil dilumpuhkan Satgas Tinombala ”Mereka kemungkinan terpisah-pisah, memecah kelompok,” ujarnya.

Untuk dua terduga anggota MIT itu diduga bernama Askar dan Barok. Keduanya tercatat sudah lama mengikuti kelompok yang sudah beberapa tahun ini dikejar. ”Ciri-ciri dilihat dari karakter wajah memang mirip Askar dan Barok,” ungkapnya.

Namun begitu, untuk memastikan identitas keduanya harus dilakukan sejumlah tes yang akurat. Dari tes sidik jari hingga tes DNA. ”Tes ini penting agar tidak salah mengidentifikasi keduanya,” paparnya.

Menurutnya, pengejaran terhadap kelompok MIT memang makin sulit. Sebab, jumlah anggotanya semakin kecil.

Berbeda dengan sebelumnya yang jumlah anggotanya puluhan, sehingga bisa lebih mudah untuk dideteksi. ”Apalagi medannya perbukitan yang begitu terjal,” ujarnya. (syn/idr)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler