jpnn.com, JAKARTA - Ketua Pemuda Katolik Jakarta Selatan, Yustinus Oswin M mengatakan Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak negatif kepada kesehatan tubuh, tetapi juga berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Salah satu aspek yang paling terdampak adalah ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, langkah pemerintah mengajak masyarakat untuk berdamai dengan Covid-19 merupakan pilihan solusi yang kontekstual sekaligus paling mungkin pada saat ini.
BACA JUGA: Pemuda Katolik Desak DPRD DKI Panggil Gubernur Anies Terkait Data Bansos
Menurut Oswin, pandemi Covid-19 menahan laju ekonomi di semua Negara. Mobilitas ekonomi dan distribusi mandek. Dampak paling berat dari pandemi Covid-19 adalah tekanannya terhadap sektor riil dan keuangan Negara.
Padaha sektor riil menyerap banyak tenaga. Akibat Covid-19, banyak sektor usaha tidak berproduksi yang menimbulkan kelesuan ekonomi.
BACA JUGA: Demi Bansos Tunai, Khawatir Muncul Klaster PT Pos
“Menurut Kementerian Ketenagakerjaan, pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan di tengah pandemi Covid-19 sejauh ini telah mencapai 2,9 juta,” papar Yustinus Oswin M dalam rilisnya pada Minggu (23/5/2020).
Pada saat yang sama, survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dilakukan pada Mei 2020 menemukan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan kegiatan usaha terhenti dan kemampuan bertahan dari pengusaha/pemilik industri semakin rendah.
BACA JUGA: Berdamai dengan Covid-19, Ansy Lema DPR: Bukan Berarti Negara Gagal
Sementara dampak Covid-19 pada usaha mandiri menyebabkan bisnis terhenti dan sebagian mengalami penurunan produksi.
Sebanyak 40% usaha mandiri terhenti kegiatan usahanya, dan 52% mengalami penurunan kegiatan produksi. Sebanyak 41% pengusaha hanya dapat bertahan kurang dari tiga bulan. Artinya, pada bulan Agustus usaha mereka akan terhenti.
“Kita bisa membayangkan apabila pengusaha menyerah. Bagaimana nasib para pekerja formal ataupun informal,” tanya mahasiswa pascasarjana Ilmu Ekonomi Konsentrasi Kebijakan Publik Universitas Trisakti tersebut.
Lebih lanjut, Oswin M menjelaskan akibat Covid-19, keuangan negara mulai terbebani, sehingga bakal terjadi defisit lantaran penambahan belanja negara yang tidak disertai dengan penerimaan. Pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kita saat ini bahkan sangat lambat dan rendah mencapai 2,97 %.
“Jika aktivitas ataupun gerak ekonomi tidak dilakukan maka pertumbuhan ekonomi kita akan semakin menurun. Kita tahum bahwa turunnya pertumbuhan ekonomi berseiring dengan hilangnya pekerjaan, dan makin munculnya kemiskinan dan ancaman kelaparan. Ketika pertumbuhan ekonomi turun 1 persen, maka 1 juta orang di Indonesia kehilangan pekerjaan,” imbuhnya.
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa vaksin Covid-19 belum ditemukan, bahkan akan tetap berada dalam hidup manusia. Jika tetap berada di rumah atau work from home (WFH) dan tidak berproduksi maka kemungkinan besar terjadi pengangguran besar-besaran.
Oleh karena itu, Oswin menyetujui ajakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdamai dengan Covid-19. Artinya di sini kita tidak menyerah, tetapi menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang dihasilkan Covid-19. Masyarakat, termasuk para pelaku ekonomi bisa beraktivitas lagi sambil tetap disiplin mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan penanganan Covid-19.
Menurutnya, masyarakat harus menyesuaikan diri dengan berbagai pola dan perubahan akibat Covid-19. Anjuran pemerintah agar berdamai perlu dimengerti sebagai upaya untuk tetap produktif selama Covid-19.
Namun, ketika mulai menjalankan aktivitas ekonomi di luar rumah, setiap orang harus tetap konsisten jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, dan jaga imunitas tubuh.
“Jadi kita tetap aktif melawan Covid-19 sambil tetap aktif berkegiatan,” kata Tenaga Ahli Anggota DPR RI Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) Fraksi PDI Perjuangan tersebut.
Pria kelahiran Ende tersebut meminta pemerintah untuk menjalankan kebijakan jangka pendek dengan memberikan bantuan kepada pekerja sektor formal maupun informal yang kini kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
Bantuan sosial jangka pendek bisa juga diiikuti jaring pengaman sosial, agar mereka dapat merasakan kehadiran Negara. Bantuan harus berorientasi pada pemenuhan ketersediaan pangan. Tidak kalah penting Negara harus memberikan stimulus ekonomi sehingga sektor ekonomi cepat pulih seperti sediakala.
“Namun, berbagai skema bantuan harus didasarkan data yang akurat, agar tepat sasar, menjangkau mereka yang paling membutuhkan. Data harus menyasar pada para petani, peternak, karyawan, buruh tani, buruh pelabuhan, dan lain-lain yang harus segera diberikan bantuan. Negara harus hadir untuk mereka,” tutupnya.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich