jpnn.com, JAKARTA - Pakar semiotika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Acep Iwan Saidi menilai gaya komunikasi Presiden Joko Widodo terkesan lebih mengutamakan pencitraan daripada substansi. Menurutnya, kesan itu terlihat pada jargon-jargon yang diusung pemerintahan Jokowi selama ini seperti Nawacita, revolusi mental, poros maritim dunia dan tol laut.
"Pak Jokowi sepertinya menggunakan model komunikasi yang lebih mengedapankan luarannya daripada substansinya. Dan itu terus dilakukan," ujar Acep pada diskusi bertema Karut Marut Komunikasi Kebijakan Jokowi: Konsistensi, Inkonsistensi dan Ambivalensi yang digelar Sekretariat Nasional (Seknas) Prabowo-Sandi di Jakarta, Selasa (4/12).
BACA JUGA: Ketum PGRI Sampaikan Masalah Honorer dan PPPK ke Presiden
Acep lantas memaparkan alasan untuk memperkuat argumentasinya. Misalnya konsep revolusi mental yang menurutnya mustahil diwujudkan dalam lima tahun kepemimpinan Jokowi.
"Bagaimana mental bisa direvolusi, diubah dengan cepat? Tapi tetap diangkat karena terdengar bagus. Kemudian poros maritim, daya tarik kata itu luar biasa," ucap Acep.
BACA JUGA: Kasus Habib Bahar Masuk Penyidikan, Tersangkanya Belum Ada
Namun, kata Acep, pada kenyataannya pemerintahan Presiden Jokowi lebih fokus mengurus infrastruktur daripada revolusi mental. Kemungkinan karena hasilnya lebih terlihat.
"Kenapa infrastruktur yang digarap, bukan mental? Karena infrastruktur ada jejaknya. Pembangunan tidak bisa dilepaskan untuk membangun image,” kata Acep.(gir/jpnn)
BACA JUGA: Munajat Penyandang Disabilitas demi Kemenangan Prabowo
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Lanjutkan Trans Papua Meski Pekerjanya Bertaruh Nyawa
Redaktur : Tim Redaksi