Kompetisi Film Pendek Australia-Indonesia untuk tahun 2017 kembali digelar. Para pembuat film di kedua negara didorong untuk mengikuti kompetisi berhadiah sekitar Rp 150 juta untuk enam kategori yang diperlombakan.
Kompetisi bertajuk ReelOzInd! Australia Indonesia Short Film Competition and Festival digelar pertama kali tahun 2016 oleh Australia-Indonesia Centre (AIC).
BACA JUGA: Sebabkan Jari Siswa Kerja Praktek Hancur, Pabrik Ini Didenda 2,5 M
Lembaga AIC dibentuk Pemerintah Australia tahun 2013 untuk memfasilitasi inovasi berbasis riset serta memperkuat hubungan Australia dan Indonesia.
Koordinator Festival Dr Jemma Purdey menjelaskan, negara bertetangga seharusnya tidak saling terasing melainkan menjadi sahabat yang berbagi kisah dan saling pengertian. "Film pendek merupakan wahana yang bagus untuk mewujudkan hal itu," katanya kepada wartawan ABC Farid M. Ibrahim.
BACA JUGA: Polisi Australia Sita 900 Kg Shabu Shabu Bernilai Rp 9 T
Untuk kompetisi tahun lalu, ratusan karya film pendek dari kedua negara dikirimkan ke panitia dan sejumlah film terpilih diputar di berbagai bioskop baik di Australia maupun di Indonesia.
Selain itu, lebih dari lima ribu penonton online turut ambil bagian dalam memilih film favorit mereka untuk kategori People's Choice Award.
BACA JUGA: Komunitas Ahmadiyah di Queensland Kerja Bakti Bantu Korban Banjir
Jemma menjelaskan, tema film pendek tahun ini adalah Air.
"Air menjadi taman bermain, situs ritual, serta menyediakan bahan makanan, namun sering pula menimbulkan kesulitan dan ketidakamanan," katanya.
Sebagai negara kepulauan dan bertetangga, warga Australia dan Indonesia memiliki hubungan khusus degan laut dan perairan yang mengelilingi mereka.
"Kita sama-sama memiliki kekhawatiran dan tantangan masa depan, salah satunya adalah air sebagai sumber daya berharga," jelas Jemma. Kompetisi film pendek ini berhadiah total sekitar Rp 150 juta untuk enam kategori.
(Foto: Istimewa/AIC)
ReelOzInd! 2017 mencari film pendek berbentuk dokumenter, fiksi dan animasi dengan mengusung "Air" sebagai tema narasi atau sebagai elemen visual.
Film-film yang lolos seleksi akan dinilai tim juri ternama dari industri perfilman Australia dan Indonesia.
Kategori yang diperlombakan meliputi Best Film, Best Documentary, Best Animation, Best Fiction, Best Youth Film (karya pembuat film usia 13-18 tahun) serta Best Collaboration between Australian and Indonesian.
Film-film yang memenangkan tiap kategori akan diputar di berbagai tempat antara September hingga November 2017.
âReelOzInd! memberi pengalaman berharga karena karya kami dipertontonkan di banyak tempat di Indonesia dan di luar negeri, Australia. Hal ini mendorong kami bersuara lebih lantang melalui film. Tadinya kami ragu, namun kami telah melihatnya sendiri. Kami berharap kesempatan tersebut datang kembali untuk proyek kami selanjutnya," ujar Stephanie Pascalita, produser film âThe Eaglesâ Eyesâ yang tahun lalu memenangkan kategori Best Documentary.
Film-film terpilih, menurut Ina Riyanto, Head of Film and Television, Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, mencerminkan keunikan budaya dan hubungan Australia dan Indonesia yang kurang diketahui orang. "ReelOzInd! berperan penting menumbuhkan pemahaman generasi muda, pemimpin masa depan kedua negara," katanya.
Sementara menurut Blair Harris, animator film âDog and Robotâ yang memenangkan kategori Best Animation tahun lalu, mengaku senang karena filmnya diputar di layar lebar ACMI di Melbourne. "Saya bahkan satu panel dengan produser The Matrix, salah satu favoritku," ujarnya.
Menurut Jemma, kompetisi mulai dibukan 1April 2017 hingga 31 Juli 2017. Selanjutnya pada 28 September 2017 digelar Festival Premieres di Melbourne dan Jakarta, disusul Traveling Festival pada September - November 2017.
Kategori Best Film akan mendapat hadiah AUD $3.500, Best Collaboration between Indonesian and Australian AUD $2.500, Best Documentary, Best Animation, Best Fiction masing-masing AUD $2.500, serta Best Youth Film sebesar AUD$1.500.
Lihat Artikelnya di Australia Plus
BACA ARTIKEL LAINNYA... PBB Kecam Australia Atas Tingginya Jumlah Anak Aborigin di Penjara